Selasa, 02 Februari 2016

Khutbah Huzur 29 Januari 2016




Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.: ‘Mutiara-mutiara Hikmah.’
Disampaikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad Atba,
Khalifatul Masih Al-Khamis,  di Masjid Baitul Futuh, London UK.


     Setelah mengucapkan "Assalamo-Alaikum wa Rahmatullah", tasyahud, syahadat, ata’awudz, dan tilawat Surah Al-Fatihah, Hazoor Aqdas Atba menyampaikan: ‘Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: 'Allah Swt itu [bersifat] Al-Batin, atau tersembunyi. Akan tetapi dapat dikenali melalui Sifat-sifat Kekuasaan-Nya.
     Setiap insan dapat menemukan Wujud-Nya melalui do’a-do'a. Setiap diri manusia, termasuk Raja-raja ataupun Kaisar pasti pernah mengalami saat-saat yang sulit, yang dapat merendahkan harkatnya dan kehilangan akal. Maka pada masa-masa yang muskil seperti itulah do'a-do’a dapat mengatasinya.

      Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: 'Sebagaimana telah aku nyatakan di berbagai tempat dengan konteks yang berlain-lainan, mengenai kemakbulan do'a, beberapa orang sahabah sungguh-sungguh mengalaminya, dan menyadarkan orang lain mengenai kemujaraban do'a-do'a mereka.

(1) Suatu hari, satu riwayat disampaikan kepada  Hadhrat Masih Mau'ud a.s., yang kemudian bersabda: '...bahwa hal tersebut membuatku tertawa. Yakni, riwayat ini berkaitan dengan    Munshi Aroora Khan Sahib yang dulu biasa berkunjung ke Qadian secara teratur tetapi tak bisa lagi karena kondisi pekerjaannya yang tak boleh sering ambil cuti.
Hadhrat Muslih Mau'ud r.a., masih teringat masa kecil beliau: Manakala Munshi Sahib ini datang di Qadian, ia selalu hangat menyalami orang-orang yang ditemuinya bagai sesama saudara yang sudah lama tak jumpa.
Munshi Sahib bekerja di sebuah Kantor hakim musiman. Suatu kali beliau meminta izin cuti untuk pergi ke Qadian; tetapi pimpinannya tidak mengizinkan dengan alasan banyak pekerjaan. Munshi Sahib menjawab: Baiklah, kalau begitu aku akan berdo’a agar terjadi sesuatu.’
Ternyata benar, tak lama kemudian Hakim tersebut terus menerus dilanda kerugian besar yang menyadarkan dirinya. Maka ia pun memerintahkan staffnya agar pada setiap hari Sabtu menyelesaikan pekerjaan sedini mungkin supaya Munshi Sahib tidak ketinggalan kereta.
Kemudian ia mempersilakan beliau untuk cuti. Begitulah dampak kemakbulan do'a-do’a Munshi Sahib.

(2) Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda: Setiap insan berlain-lainan kepekaan inderanya terhadap derajat panas ataupun dingin. Juga [indera penciumannya] terhadap bebauan.
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bercerita: 'Suatu kali beberapa orang kota berkumpul membicarakan sifat panas biji wijen. Kata mereka: Tak ada orang yang sanggup memakan 230 gram biji wijen sekaligus kecuali kalau ia mau semaput.
Maka salah seorang dari antara mereka pun mengumumkan sayembara: Barangsiapa yang sanggup memakan sekantong (230 grams) biji wijen sekaligus, akan diberi hadiah 5 (lima) Rupees [atau sekira Rp.50.000].
Kebetulan lewatlah seorang petani desa yang menjadi keheranan mendengarnya: Sayembara macam apa pula ini: Masa orang dibayar padahal hanya disuruh memakan sesuatu yang enak !?
Maka ia pun bertanya: Apakah harus dimakan dengan pohonnya ? Karena aku tak percaya: Diberi hadiah besar hanya karena mau makan sekantong biji wijen tanpa dengan pohonnya ?!’
Jadi, begitulah: Di satu pihak ada orang yang berpikir tak mungkin ada yang sanggup makan sekantong biji wijen sekaligus; di lain pihak ada orang yang berani memakannya sekaligus dengan pohon-pohonnya. :-D
Demikian pula di Dunia Rohani: Do'a lebih makbul pada sebagian orang karena mereka lebih berdaya rohani.

(3) Seorang ulama mumpuni di Hindustan di zaman kehidupan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., yang bernama Maulvi Khan Malik berpenampilan sangat sederhana, sehingga orang sering keliru menyangkanya sebagai tenaga buruh biasa.  Suatu kali beliau berziarah ke Qadian. Setelah menyimak berbagai pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., beliau pun Bai'at. Kemudian kembali ke Lahore, dan mengunjungi Maulvi Ghulam Ahmad seorang ulama besar dengan jumlah santrinya yang mencapai ratusan orang, yang pernah menjadi murid Maulvi Khan Malik. Tetapi para santri tersebut tidak mengenali Maulvi Khan Malik karena penampilannya yang bersahaja itu.
Ketika akhirnya Maulvi Khan Malik menceritakan, bahwa beliau baru pulang dari  Qadian dan sudah baiat menerima kebenaran pendakwaan Hadhrat Masih Mau'ud a.s.; maka Maulvi Ghulam Ahmad sang ulama muda itu pun tercengang dan berkata: Tuan [Malik] ini termasuk ulama besar, apa pula yang tuan saksikan pada diri Mirza Sahib itu ?!
Maulvi Khan Malik menjawab: Kalau begitu urus sajalah diri tuan sendiri, karena ternyata tuan ini belum juga tahu banyak !
Sindiran tersebut membuat berang para santri. Namun Maulvi Ghulam Ahmad segera menenangkan mereka, dan berkata, bahwa Maulvi Khan Malik ini adalah benar !

(4) Suatu kali seorang Arab datang bermulaqat kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Ketika ia mengatakan akan pulang kembali,  Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menawarinya uang pengganti ongkos-ongkos; tetapi beliau menolak, dan berkata, bahwa kedatangannya ke Qadian dikarenakan ia mendengar pendakwaan Hadhrat Aqdas a.s.; bukan untuk menerima sesuatu sidqah.
Karena selama ini belum ada orang dari daerahnya yang sengaja datang ke Qadian, hal ini membawa nuansa baru. Maka Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menyeru, agar beliau sudi untuk tinggal beberapa hari lagi.  Kemudian memerintahkan salah seorang sahabah untuk menablighinya. Namun ternyata tak berpengaruh. Terbetik informasi, bahwa beliau ini adalah orang yang lugas dan sedang mencari kebenaran; tak seperti mereka yang sebetulnya berpamrih. Lalu dimohonkanlah do'a bagi beliau itu. Maka  Hadhrat Masih Mau'ud a.s. pun mendoakannya; dan bersabda, bahwa ia akan mendapat petunjuk hidayah.
Keesokan harinya, ia pun bai'at. Kemudian, Hazrat Muslih Mau'ud r.a. mengetahui bahwa beliau pergi Hajji dan giat bertabligh di sana; sampai-sampai ada yang memukulinya hingga terkapar. Tetapi hal itu tidak menggentarkannya untuk bertabligh dan bertabligh kembali.

(5) Masih di zaman kehidupan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. seorang berkebangsaan Amerika yang bernama Alexander Russell Webb menerima Islam [Ahmadiyah] hanya melalui korespondensi dengan Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Kemudian, beliau pun membaktikan kehidupannya untuk syiar Islam. Beliau pergi ke Hindustan dengan maksud untuk menemui Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Tetapi kaum Maulvi menghalang-halanginya dengan mengatakan: Jika tuan menjumpai Mirza Sahib, kaum Muslimin tidak akan memberi tunjangan [mualaf] kepada tuan.
Maka ia pun tertipu, meninggalkan tanah Hindustan tanpa berusaha menemui Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Tetapi kemudian menjadi kecewa karena ternyata tak ada satu pun yang memberi santunan maupun bantuan. Maka beliau pun menyurat kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. di penghujung hayat beliau, bahwa ia menjadi sangat menderita disebabkan tidak mengikuti nasehat beliau a.s.. Tuan menyampaikan kepadaku,  bahwa Kaum Muslimin sudah tidak tertarik lagi untuk mengkhidmati agama; tetapi aku mengabaikannya, sehingga akupun gagal bermulaqat dengan tuan.
Hadhrat Muslih Mau'ud r.a., mengatakan,  bahwa padahal pada waktu itu perkembangan Jama'at di Amerika Serikat lebih maju dibandingkan dengan Europa.

(6) Hadhrat Muslih Mau'ud r.a., menyampaikan, bahwa tarbiyat Anak-anak hendaknya dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan. Misalkan sambil bermain. Untuk Anak-anak Balita melalui penyampaian berbagai Kisah Nyata yang tidak melantur. Contohnya, ketika kami masih kecil, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. suka bercerita tentang Kisah Nabi Yusuf a.s., Nabi Nuh a.s., Nabi Musa a.s. dlsb. Juga cerita ‘Dongeng Seribu Satu Malam’, dan berbagai Hikayat lainnya yang meningkatkan akhlak.
Tetapi untuk golongan Remaja, tarbiyatnya adalah melalui permainan ataupun pertandingan olahraga.

Hazrat Muslih Mau'ud r.a. menyampaikan, bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: 'Dengan penyampaian ceritera, membuat diri kami [Anak-anak] menjadi tenteram dan cepat tidur. Sehingga beliau pun dapat menyelesaikan pekerjaannya. Anak-anak tidak perlu tahu kesibukan dan keseriusan pekerjaan orang tua mereka. Penyampaian ceritera Dongeng Sebelum Tidur dapat membuat suasana menjadi santai, Anak-anak senang mendengarkankannya, dan cepat tidur. Sepatutnyalah berbagai macam Kisah yang baik dan berfaedah yang perlu disampaikan.

(7) Hadhrat Masih Mau'ud a.s. juga suka membacakan ‘Dongeng Seorang Manusia dan Beruang-nya’, yakni ada seorang pria memiliki hewan piaraan seekor Beruang dan mereka bisa berteman satu sama lain. Ini memang hanya sebuah dongeng, tapi sarat dengan muatan nasehat yang menjadi tujuan utama Hadhrat Masih Mau'ud a.s..
Ringkasnya: Pada suatu hari ibu orang ini jatuh sakit. Ia duduk mendampinginya sambil mengusir lalat yang terus datang mengerubunginya. Suatu saat ia harus pergi mengurus sesuatu keperluan. Maka dimintalah si Beruang temannya itu untuk menggantikan. Dan Beruang itu melakukannya dengan baik. Tapi lalat-lalat itu tetap datang kembali, yang ia pikir sangat mengganggu wanita tua ini. Lagipula membuat hilang kesabarannya yang tidak seperti manusia. Maka ia pun mendapat akal untuk menghabisi kerumunan lalat tersebut dengan caranya sendiri. Dengan sebuah batu besar dilemparlah lalat-lalat yang berkerumun di tubuh wanita tua itu, yang tentu saja menewaskannya seketika.
Jadi, pesan moral dongeng ini adalah: Ada setengah orang yang naif dalam mencari teman, tetapi tidak memahami haqigat dan menjaga pertemanannya. Boleh jadi sepertinya ia berniat baik tapi ternyata mendatangkan musibah.

(8) Hadhrat Rasulullah SAW menggambarkan suatu persahabatan yang haqiqi itu adalah dengan cara membantu sesama saudaranya. Baik kepada pihak Penganiaya maupun bagi pihak Penderita. Yakni, berusaha ber-nahi munkar kepada pihak Penganiaya agar mencegah perbuatan buruknya, inilah yang dimaksudkan membantunya juga !
Jadi, persahabatan yang haqiqi adalah dapat juga berbuat hal yang bertentangan dengan keinginan buruk temannya, sebagai pencegahan.

(9) Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. mengisahkan suatu hal lainnya: Ada 2 (dua) orang yang berteman sengit saling silang pendapat. Datanglah seseorang lain yang adalah teman dari salah satu di antara mereka, ikut campur, membela dengan sengit sebagai rasa solider kepada pertemanannya. Orang yang bertikai itu karena fitratnya yang baik, mengalah dan mau berdamai. Tetapi justru teman yang ikut campur dan membelanya itulah, yang kemudian menjadi murtad.
Jadi, pengaruh pertemanan dapat membuat kita lebih dekat kepada Allah; tetapi dapat juga merusak ruhani. Juga, membela teman pun harus berhati-hati dan kontrol emosi.

(10) Ada lagi dongeng fabel [tentang hewan] lainnya yang Hadhrat Masih Mau'ud a.s. suka menceriterakannya kepada kami. Yakni: Ada seorang pria yang berteman dengan seekor Beruang, sehingga istrinya pun suka memperolok dan menghinanya. Bahkan suatu hari sang istri itu melecehkannya dengan suara keras hingga terdengar oleh sang Beruang. Maka ia pun segera mengasongkan sebilah parang untuk dipukulkan ke kepalanya. Tentu saja si pria itu menolak. Tetapi sang Beruang tetap memaksanya. Maka dilayangkanlah parang itu ke kepalanya hingga berdarah-darah. Lalu Beruang itu lari ke hutan pepohonan. Setahun kemudian, ia kembali lagi ke rumah sang suami-isteri itu sambil meminta untuk memeriksa kepalanya: Apakah masih ada bekas luka yang terlihat ? Maka si pria itupun memeriksanya, yang ternyata memang tak ada. Sang Beruang berkata: Waktu itu, aku lari ke hutan dan menemukan dedaunan sebuah pohon yang sangat mujarab untuk menyembuhkan luka-luka. Tetapi luka di hati ini yang disebabkan oleh ucapan istri tuan itu tetap menggores di kalbu.’
Jadi, begitulah seringkali terjadi: cedera batiniah lebih parah dampaknya dibandingkan dengan luka lahiriyah. Maka setiap insan hendaklah senantiasa ingat akan hal ini demi untuk menjaga kedamaian Jamaah. Berhati-hatilah dalam berucap kepada satu sama lain.

(11) Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. meriwayatkan, bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sering menceriterakan kembali aspek lain dari Kisah Nabi Musa a.s.. Yakni: Ketika beliau a.s. [hijrah bersama Kaum-nya] meninggalkan tanah Mesir, bertemu dengan suatu Kaum yang menentang, dan Raja mereka merasa terancam akan terkalahkan. Maka sang Raja itupun memohon seorang waliullah untuk berdo’a buruk atas Hazrat Musa a.s.. Sang waliullah berdo’a. Tetapi mendapat jawaban dari Allah Swt, bahwa beliau itu adalah rasul-Nya. Maka janganlah sekali-kali berdo’a buruk atas dirinya. Lalu disampaikanlah peringatan Ilahi ini kepada sang Raja. Tetapi Raja ini tak kehilangan akal liciknya, sebagaimana Syaitan memperdayai Hadhrat Adam a.s.: Diberinyalah banyak hadiah perhiasan kepada isteri sang waliullah itu. Tetapi ia tetap menyampaikan, bahwa dirinya tak sanggup berdo’a buruk atas diri Hazrat Musa a.s. karena beliau itu adalah kekasih Allah. Begitulah pesan Ilahi yang diterimanya. Tetapi sang istri tetap membujuk-rayu untuk berdo'a sebagaimana yang dikehendaki oleh sang Raja. Lalu mereka pun membawanya ke suatu tempat yang dapat membuatnya terlena. Tetapi ia mengatakan bahwa kalbunya belum juga terbuka untuk berdo’a buruk. Maka mereka bawa lagi ke beberapa tempat yang lain. Sehingga sang waliullah itupun kehilangan keteguhan hatinya. Ia mendoakan buruk atas Hazrat Musa a.s.. Sehingga akhirnya timbulah kekacauan di antara Kaum beliau a.s. itu. Namun, seiring dengan kemerosotan akhlak keimanan Kaum Musawi tersebut, keyakinan diri sang waliullah itupun sirna. Status kemuliaannya jatuh terpuruk.
Kisah ini menyampaikan pesan: Sebagaimana seekor burung di tangan dapat terlepas, begitulah keimanan pun dapat terbang dari dada seorang waliullah. Di satu pihak meningkatkan maqom derajat kerohanian itu memerlukan kerja keras;  di lain pihak, dapat menghilang seketika oleh sesuatu hal yang sepele ! 

(12) Hadhrat Muslih Mau'ud r.a., menyampaikan, bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. suka melantunkan nasehat sebait syair Parsi, yang artinya: Kedua-tangan bolehlah sibuk bekerja, tetapi kalbu pun sibuk pula berzikrullah.’
Suatu kali, ada seorang seseorang yang bertanya kepada seorang Waliullah: Berapa kalikah kita harus berdzikir ? Beliau menjawab: Tuan menghitung-hitung sudah berapa kali mengingat Sang Kekasih ? Berzikrullah yang haqiqi adalah tak terbilang. Dan yang paling afdhol adalah pada waktu-waktunya [Salat 5 Waktu] yang telah ditetapkan dengan cara meninggalkan segala urusan sehingga menjadi saat-saat yang khusus untuk Allah Swt.
Walhasil, kedua-macam Waktu tersebut, yakni baik yang sudah ditetapkan maupun yang di luar itu, adalah sama pentingnya. Jadi, yang paling afdhal adalah senantiasa berdzikrullah baik pada Waktu-waktu yang telah ditetapkan maupun di luar daripada itu. Yakni:
, while one is standing and sitting and doing other things.
Maka kewajiban Kaum Ahmadi adalah menyimak dengan khusyu nasehat untuk keimanannya. Berusaha untuk senantiasa mengingat, dan mempraktekkannya.

(13) Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. menyampaikan: Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: 'Pada suatu rentang waktu, telah aku sampaikan suatu rangkaian Daras khusus bagi kaum Lajnah. Lalu aku bertanya kepada salah seorang di antara kaum wanita itu yang datang dari luar [Qadian]: Perkara apa sajakah yang telah aku sampaikan selama ini ?
Ia menjawab: Mengenai Allah dan Rasul-Nya. ‘
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. berkata: 'Jawaban ini sungguh mengecewakan. Ini menunjukkan banyaknya pengabaian di kalangan kaum Wanita. Sangat boleh jadi mereka ini memerlukan talim tarbiyat yang paling mendasar.  Dan tak mampu untuk mencerna berbagai perkara penting dalam kerohanian.’
Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. berkata: Tapi bandingkanlah dengan para sahabah Hadhrat Rasulullah SAW yang rajin mendengarkan segala ucapan beliau siang dan malam, lalu mempraktekkannya. Mereka sangat mengindahkannya, tak peduli perkara kecil maupun besar mereka sampaikan kepada dunia.

(14 ) Mengoleksi berbagai kitab karya Hadhrat Masih Mau'ud a.s. adalah salah satu kewajiban utama Jama'at yang tidak hanya sekedar dibaca, melainkan sungguh-sungguh difahami dan dipraktekkan.
Jadi, bahkan jika pun seluruh Al-Quran Karim hanya sekedar ditilawatkan, tak akan mendatangkan faedah apapun.
Akan tetapi dengan hanya mengucapkan:

SubanAllah (Mahasuci Engkau Ya Allah) yang disertai dengan mentafakuri berbagai macam Sifat-sifatNya, niscayalah akan dapat membawa anda ke penjelajahan dunia rohani.  Yakni, suatu kali Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda ďi dalam suatu Majlis Irfan: 'Jika dzikir SubhanAllah diucapkan sekali, tetapi sedemikian rupanya, maka niscaya kita pun dapat mengarungi angkasa kerohanian.’
Aku sedang tidak ikut hadir di dalam majlis itu. Tetapi teman sesama remajaku yang hadir dan mendengarkannya menyampaikan perkara itu kepadaku dengan penuh tanda-tanya.
Meskipun pada waktu itu usiaku masih remaja (17 atau 18 tahun) tapi aku sudah pernah mengalami berbagai pengalaman rohani seperti itu. Maka aku yakinkan kepadanya memang begitulah yang terjadi.
Ia bertanya: Bagaimana prosesnya ?
Aku menjawab: Seringkali hanya dengan mengucapkan Subhan Allah, akupun mengalami penerbangan rohani.’
Namun ia memperolokannya. Ini disebabkan dirinya yang tidak pernah mengucapkan SubhanAllah dengan sepenuh hati dan pikiran; tak juga berusaha untuk merenungkannya dengan dalam.

(15) Padahal, Hadhrat Rasulullah SAW sudah menjelaskan hal ini dengan istimewa.
Beliau SAW bersabda: ‘Ada 2 (dua) ucapan yang sangat disukai oleh Allah Swt. Ringan di lidah akan tetapi pada Yaumul Qiyamah ketika segala amal perbuatan dihisab, ucapan tersebutlah yang akan terbukti paling berat timbangannya. Barangsiapa yang banyak mendapatkannya, maka akan semakin condonglah timbangannya itu.
Ucapan tersebut adalah:

MahaSuci Allah, Yang MahaTerpuji. MahaSuci Allah, Yang MahaAgung.’
Dan aku banyak mengucapkannya. Sungguh terbukti kemudian, hanya dengan mengucapkannya sekali saja, maka melayanglah diriku ke angkasa kerohanian.
Jadi, maksud utamanya adalah: Banyak-banyaklah merenungkan berbagai perintah Ilahi dan berusahalah untuk mempraktekkannya.
Jika Asma Allah didzikirkan dengan sepenuh hati, maka dampak rohaninya akan menzahir.
Semoga Allah Taala memberi taufik kepada setiap diri tuan-tuan untuk mengalaminya. Untuk meningkatkan daya kemampuan rohani. Untuk mempraktekkan perolehan berbagai karunia Allah, dan Berdzikrullah. Sehingga kita pun mendapatkan ta’aluq billah [kedekatan dengan-Nya]. Amiin !
Catatan: Pada point (2) di atas, disertai dengan emoticon tertawa untuk menggambarkan begitulah sesungguhnya suasana deraian tertawa para jamaah pada moment tersebut.

(transl.MAS/Wasayya&DiyafatJamaatLA-W /02022016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar