Rabu, 24 Februari 2016

Khutbah Huzur 19 Februari 2016



Nubuatan Tentang Al Muslih Mau’ud
Disampaikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad Atba,
Khalifatul Masih Al-Khamis, di Masjid Baitul Futuh, London UK.

     Setelah mengucapkan "Assalamo-Alaikum wa Rahmatullah", tasyahud, syahadat, ata’awudz, dan tilawat Surah Al-Fatihah, Hazoor Aqdas Atba bersabda: ‘Tanggal 20 Februari sudah dikenal sebagai tanggal dicanangkannya Nubuatan Mengenai Al Muslih Mau'ud di dalam Jamaat Ahmadiyah.  Di dalam Nubuatan ini Allah Taala mengabarkan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., bahwa beliau akan dikaruniai seorang anak laki-laki yang akan mengkhidmati agama dengan berbagai keistimewaan sifat-sifatnya.  Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengatakan, bahwa peristiwa ini bukan hanya sekedar Nubuatan saja, melainkan juga sebagai suatu penzahiran Tanda-Ilahi akan kebenaran dan keagungan Nabi Karim Hadhrat Musthafa Muhammad Rasulullah SAW.

     Dan Tanda-Ilahi ini jauh lebih unggul, agung dan mulia dibandingkan Tanda-tanda lainnya, sehingga dapat menghidupkan kembali orang yang mati.  Adalah nyata bahwa ruh yang sudah mati dapat dihidupkan kembali dengan do'a meskipun banyak mengundang pertanyaan. Akan tetapi dengan karunia Allah Taala dan keberkatan Hadhrat Rasulullah SAW, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menyatakan: Do'a beliau makbul dalam hal ini. Dan kini, suatu Janji [nubuatan] telah dicanangkan: Dia akan mengirimkan suatu ruh yang berberkat dengan berbagai kemampuan tersembunyinya yang istimewa, akan zahir dan menyebar ke seluruh dunia.

     Bahkan bila pun Tanda-nubuatan-Ilahi ini tampak seperti sama halnya dengan Tanda-Ilahi lainnya yang menghidupkan dari kematian, namun setelah dipikirkan lebih dalam: Sesungguhnya Tanda-nubuatan-Ilahi ini ratusan kali lipat lebih afdhal! Berbagai macam ruh yang sudah mengalami kematian dapat hidup kembali dengan perantaraan doa. Akan tetapi ruh yang khas ini dikirim berkat do'a-do’a munajat. Sehingga keduanya berposisi sangat berlainan.

     Sesungguhnya dunia sudah menyaksikan penzahiran Nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini dengan segala keagungannya. Dan saat itu telah nyata terbukti bahwa perwujudan Nubuatan-Agung tersebut tiada lain adalah diri Hazrat Mirza BashirudDin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II (Tsani) r.a. Namun, meskipun ketika itu Jama'ah sudah meyakini bahwa Nubuatan-Ilahi ini berkenaan dengan diri beliau r.a, tetapi beliau sendiri tidak pernah mengatakan ataupun mendakwakannya; bahkan setelah 30 (tiga puluh) tahun masa Khilafat berlalu, hingga akhirnya pada tahun 1944 itulah beliau r.a. menyatakan sebagai Al Muslih Mau'ud.  Yakni, tepatnya pada tanggal 28 Januari 1944 beliau r.a. bersabda: Aku akan sampaikan satu perkara penting yang sama sekali bukan berasal dari nafsi-ku yang tak hendak aku mengutarakannya. Akan tetapi dikarenakan atas Kehendak-Ilahi dan juga risalah Kerasulan, maka tiada pilihan bagi-ku selain harus mendakwakannya.  Setelah mengalami suatu mimpi kasyaf yang panjang, Allah Taala telah menakdirkan diri hamba ini adalah pewujudan dari Nubuatan mengenai Al Muslih Mau'ud itu.

     Jamaah telah berulang-kali menanyakan pendapatku mengenai Nubuatan-Ilahi ini, akan tetapi aku sendiri enggan membacanya dengan seksama karena khawatir menjadi ‘bangga diri’.
Pada suatu kali, Hazrat Khalifatul Masih I (Awwal) r.a. menyurat kepadaku, bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah membuat suatu tulisan mengenai kelahiranku, yang untuk itu naskahnya perlu dipublikasikan di dalam majalah “Tashizul Azhan”.  Karena ini adalah perintah maka akupun menerbitkannya meskipun aku tak membacanya dengan penuh perhatian.

     Bahkan ketika akhirnya Jamaah menyampaikan kesimpulan mereka dengan penuh ghairah bahwa Nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini telah menzahir dalam diriku, akupun hanya berdiam diri. Karena aku merasa tak harus mengumumkan sesuatu hal yang sudah jelas terjadi di dalam diri sendiri.  Sebagaimana Hadhrat Rasulullah SAW telah menubuatkan mengenai [tanda Akhir Zaman] transportasi Kereta Api [Amritsar - Batala]; setelah hal itu zahir, tentulah Kareta Api itu tak perlu mendakwakan dirinya.  Kalaupun orang banyak mendesak agar aku mendakwakan bahwa Nubuatan itu telah zahir di dalam diriku, maka biarkanlah dunia menyaksikannya sendiri. Begitupun jika seandainya tidak zahir pada diriku, lihat sajalah sendiri. Aku tidak akan berdalih dalam hal ini. 

     Sebagian kalimat dari wahyu nubuatan tersebut adalah: ‘...mereka mengatakan, bahwa wujud yang kita tunggu-tunggu itu memang inilah orangnya, ataukah kita harus mencari-cari yang lain lagi?’ Banyak orang yang bertanya berulang-kali kepadaku mengenai Nubuatan ini untuk waktu yang panjang. Sebagaimana yang terjadi pula pada Nubuatan Hazrat Yaqub a.s. mengenai Hazrat Yusuf a.s. yang dipertanyakan oleh saudara-saudaranya: Seberapa lama lagikah tuan membicarakan perkara Yusuf ini? Yakni, aspek wahyu tersebut pun diwahyukan pula kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s., ialah: 'Aku mencium semerbak Yusuf a.s.'.  Hal ini mengabarkan kepada beliau, bahwa penzahiran Nubuatan-Ilahi mengenai Al Muslih Mau'ud ini akan memakan waktu yang panjang. Namun, Hazrat Muslih Mau'ud r.a. sendiri yakin, bahwa: ‘Seandainya pun Nubuatan ini tidak menzahir hingga akhir hayatku, tetapi berbagai bukti dan hasil yang nyata terlihat akan tetap merujuk kepada diriku juga.  Namun sesungguhnya  Allah Taala telah mengabarkan, bahwa memang diriku inilah yang menjadi perwujudan dari Nubuatan-Nya mengenai Al Muslih Mau'ud.’

     Kemudian beliau r.a. pun membahas beberapa aspek Nubuatan itu, seperti misalnya: ‘Ia akan membuat 3 (tiga) menjadi 4 (empat). Dan juga: ‘Adalah Senin. Senin yang berberkat.’
Banyak pihak yang mempertanyakan tafsir kedua-aspek Nubuatan-Ilahi ini.  Adapun mengenai: ‘Ia akan membuat 3 (tiga) menjadi 4 (empat)’, Hazrat Muslih Mau'ud r.a. menjelaskan, bahwa: Aku adalah anak laki-laki ke-4 (empat) Hadhrat Masih Mau'ud a.s.; Yakni, 3 (tiga) sebelumnya adalah: Mirza Sultan Ahmad, Mirza Fazl Ahmad dan Bashir yang pertama.’  Akan tetapi juga, Allah Taala menggugahku, bahwa aspek wahyu tersebut tidak merujuk secara khas kepada beberapa anak laki-laki.  Sehingga aku meyakini, bahwa ‘3 (tiga) menjadi 4 (empat)’ itu sesungguhnya merujuk kepada Saat Kelahiranku. Yakni, aku lahir di Tahun Ke-4 setelah Nubuatan itu dicanangkan pada tahun 1886; yakni aku dilahirkan pada tahun 1889, atau 4 (empat) tahun sesudah itu, ialah setelah masa 3 (tiga) tahun berlalu. Begitulah maksud dari ‘3 (tiga) menjadi 4 (empat)’.  Kemudian, aspek: ‘Adalah Senin. Senin yang berberkat.’, memiliki berbagai tafsiran. Tetapi aku memperoleh keyakinan-Ilahiyah, bahwa: ‘Isnain’ atau Senin [dalam hisab Hijriah Qamariyah] adalah Hari Ketiga dalam seminggu. Dan pada setiap pergerakan kerohanian para Rasul Allah dan para Khalifah Penerusnya, memiliki Zamannya masing-masing.  Zaman Kerasulan, memiliki ruhnya yang khas. Begitupula pada Zaman Kekhalifahan.  Dan di Akhir Zaman ini, Era Pertamanya adalah Zaman Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Era Kedua adalah Zaman Hazrat Khalifatul Masih I (Awwal) r.a., dan Era Ketiga adalah Zaman Al Muslih Mau'ud ini.

     Aspek lainnya dari wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. tersebut adalah 'Fazli Umar' [nama julukan bagi anak lelaki yang akan dilahirkan itu] semakin memperkuat pengertian ini.
Yakni, Hazrat Umar r.a. adalah Khalifah Ketiga sepeninggal Hadhrat Rasulullah SAW.
Jadi, 'Isnain [atau Senin], Senin yang berberkat' ini tidak menekankan kekhususan atau berberkatnya sesuatu hari. Melainkan, aku adalah merupakan orang ketiga dari antara mereka yang akan dibangkitkan untuk mengkhidmati risalah ini.

     Kemudian, Hazrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda,  bahwa Nubuatan ini pun menzahir kepada diriku jika ditilik dari berbagai karya hasil dari tanganku. Yakni, aku mencanangkan gerakan  Tahrik Jadid pada tahun 1934 sebagai reaksi atas situasi [external] yang berada di luar kekuasaanku. Yakni ketika pihak Pemerintah pada waktu itu bersiasat akan melakukan suatu langkah yang keras terhadap Jama'at, seiring dengan siasat buruk yang ditebar oleh Gerakan Ahrar kepada Jama'at, maka Allah Taala menggerakkan kalbuku untuk memulai Gerakan Tahrik Jadid pada tahun 1934 itu. Aku telah merencanakan berbagai tujuannya selama 10 (sepuluh) tahun pertama. Yakni, pada setiap akhir periode pengorbanan selalu ada saat Id (perayaan)-nya. Maka pada akhir 10 (sepuluh) tahun pertama Gerakan Tahrik Jadid ini pun akan ada saat perayaan Id-nya, yang harinya diawali pada hari Senin.  Jadi, aku telah  menjelaskan bahwa Allah Taala memberitahukan melalui perkataan-Nya tersebut, bahwa ketika agama Islam sudah terjatuh dalam kondisi yang dhoif, maka suatu Gerakan untuk Pertablighan pun ditegakkan. Dan berbagai keberhasilan yang dicapainya merupakan periode yang berberkat bagi Jama'at. 

     Kemudian, bagian wahyu Nubuatan: ‘Ia  datang ke dunia untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan sifat Al-Masih nya dan keberkatan Rohul Qudus'.  Hazrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda: Aku melihat dalam suatu kasyaf: Aku memiliki sedemikian banyak patung berhala yang patah-patah. Hal ini mengisyaratkan penyembuhan berbagai penyakit melalui keberkatan Rohul Qudus. Dan Rohul Qudus menekankan kepada adanya ghairah Tauhid Ilahi.  Lalu, aku pun bermimpi-kasyaf: Aku sedang berlari-lari, namun tanah yang berada di bawah telapak kakiku menjadi mengkerut.   Selanjutnya, di dalam Nubuatan itu dikatakan: 'Ia akan tumbuh pesat tinggi menjulang.’

     Kemudian aku mendapat mimpi kasyaf: Aku bermuhibah ke banyak negara, akan tetapi tampak tugas missi-ku belum rampung juga, maka akupun bermaksud berperjalanan lebih jauh lagi.’
Lalu aku bermimpi-kasyaf yang di dalamnya aku berucap:’Wahai hamba Allah yang bersyukur. Aku akan terus bermuhibah. Namun akan memeriksa dengan seksama pada setiap akhir safar tersebut: Apakah Tauhid-Ilahi sudah sungguh ditegakkan? Dan berbagai praktek kemusyrikan telah dihancurkan? Lalu apakah falsafah ajaran Islam dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah tertanam di dada !?  Kemudian Nubuatan itupun mengatakan: 'Ketenarannya akan menyebar-luas ke seluruh pelosok dunia ', Dan wahyu ini sungguh telah zahir dengan terang-benderang.
Jadi, Hazrat Muslih Mau'ud r.a. biasa menjelaskan berbagai aspek di dalam wahyu Nubuatan tersebut melalui mimpi-mimpi kasyaf petunjuk-Ilahi.

     Ketika beliau mulai memangku jabatan Khilafat, setengah orang suka memperolok-olok sebagai anak kecil. ‘Suatu kali aku mendengar gunjingan beberapa orang di masjid yang bersebelahan dengan tempatku, bahwa Jama'at ini sedang akan mengalami kemusnahan karena menempatkan seorang anak kecil pada suatu jabatan yang begitu penting. Maka akupun menjadi heran dan penasaran: Anak kecil yang mana dan di mana? Kemudian aku bertanya kepada mereka yang di masjid itu: Apa yang mereka maksudkan?  Mereka pun tertawa dan berkata: Tuanlah anak kecil itu ! Jadi, perkataan para pengghibat itu justru membenarkan Nubuatan, ''Ia akan tumbuh pesat tinggi menjulang’, karena selang beberapa bulan kemudian, orang-orang yang sama itu pun menyebutku sebagai penyihir. Yakni, meskipun mereka menganggapku sebagai anak kecil, tetapi Allah Taala telah mengamanatkan suatu jabatan kerohanian yang sedemikian penting kepadaku.  Pada sesuatu jabatan duniawi, orang dapat memanfaatkan potensi orang-orang di sekelilingnya; kekuasaan, harta-benda, dlsb. Tetapi aku ini diserahi suatu jabatan kerohanian dengan uang Kas hanya beberapa Rupees saja, ditambah dengan sejumlah hutang besar yang bertumpuk. Dan orang-orang yang harus bertanggung-jawab adalah para pembangkang itu; yang ketika mereka memisahkan diri mereka pun menebar kewaswasan, bahwa: Orang Kristen segera akan mengambil-alih Gedung Madrasah di Qadian.  Yakni, dari segi materi: Tak ada lagi yang tersisa; dan para pembangkang bersenang-senang sambil berkata, bahwa: Orang yang diserahi jabatan ini akan mengalami kebangkrutan!  Maka dapat dibayangkan apa yang dirasakan oleh segenap Jamaah pada waktu itu.  Akan tetapi tak lama kemudian, dan juga ketika Hazrat Muslih Mau'ud r.a. mendakwakan diri, segalanya sudah sangat jauh berbeda. Jama'at sudah tumbuh berkembang ratusan kali lipat. Pesan tabligh Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah sampai ke seluruh pelosok dunia. Kas Bendahara yang semula hanya disisakan beberapa Rupees saja, kini sudah terisi ratusan ribu Rupees. Sehingga kalau pun aku mangkat dari dunia ini sekarang juga, aku telah dapat mewariskan ratusan ribu Rupees, ditambah dengan khazanah ilmu agama yang tak terhingga.  Walhasil, aspek Nubuatan-Ilahi: ”Ia akan tumbuh pesat tinggi menjulang’, telah menzahir sedemikian agungnya. 

     Demikian pun ketika Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengumumkan Nubuatan-Ilahi ini: Pihak musuh sedang menyerang dari berbagai jurusan. Ini hanya karena beliau mendakwakan diri banyak menerima wahyu-Ilahi. Belum mendakwakan diri sebagai Mujjadid ataupun Al Masih Yang Dijanjikan.  Pada saat seperti itulah, beliau mendakwakan telah menerima Nubuatan-Ilahi: Akan dikaruniai seorang anak laki-laki dengan sifat-sifatnya yang istimewa.  Maksudnya, manakala kita diingatkan tentang akan datangnya suatu perwakilan, tiada lain adalah untuk memperlihatkan keagungan tuannya.

     Haqiqat tujuan dari Nubuatan-Ilahi ini untuk menunjukkan bahwa melalui Al Muslih Mau'ud, kemuliaan nama Nabi Karim Hadhrat Musthafa Muhammad Rasulullah SAW dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. akan sampai ke seluruh peloksok dunia.  Nubuatan tentang Al Muslih Mau'ud ini telah zahir dengan penuh keagungan.  Pada zaman Hadhrat Masih Mau'ud a.s. pesan tabligh beliau hanya mencapai Afghanistan meskipun dengan Tanda-Ilahi yang signifikan. Di beberapa tempat lainnya hanya khabar risalah beliau saja yang sampai.  Mlv.Khawaja KamaludDin memang berangkat ke London, tetapi ia berpendapat: Tidak perlu menyebut nama Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ataupun Jama'ah Ahmadiyah. Sehingga nama diri sendirinya sajalah yang banyak dikenal.  Akan tetapi pada zaman Al Muslih Mau'ud menjadi Khalifatul Masih, tabligh risalah beliau a.s. [bukan saja mencapai Inggris dengan gemilang] tetapi juga berhasil merambah ke Sumatera, Jawa, China, Mauritius, berbagai negara di Afrika, Mesir, Palestine, Iran, beberapa Negara Arab dan juga Europa.  Di beberapa negara jumlah anggotanya mencapai ribuan orang, tetapi di berbagai tempat lain mencapai hingga ratusan ribu orang.

     Kemudian, aspek Nubuatan itu menyebutkan, bahwa: ‘Ia akan dipenuhi dengan ilmu ruhani maupun duniawi’. Hazrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda, bahwa: Aku ini tidak diperintahkan untuk sesumbar mendakwakan sesuatu. Namun akupun tak bisa menyembunyikan fakta bahwa Allah Taala telah menolongku dalam tulisan maupun ucapan yang berkaitan dengan Islam dan memerlukan tafsir yang rinci; yang jika dikesampingkan, tabligh Islam ke seluruh dunia tak akan berhasil. Banyak aspek di dalam Al-Quran Karim yang dapat membuat setengah orang tak faham dengan situasi zamannya, terkecuali dengan tafsiran yang merujuk kepada Ayat-ayat Al Quran lainnya. Dan dengan karunia Allah Taala, berbagai permasalahan tersebut telah dapat terselesaikan melalui diriku. Islam telah merosot ke tahap yang lemah dan rawan-perpecahan, yang melalui Hadhrat Masih Mau'ud a.s. penjagaannya telah ditegakkan kembali.
     
     Akan tetapi pada zaman beliau itu, belum ada serangan budaya modern sebagaimana kini terjadi. Maka, atas kehendak Allah Taala, sesuai dengan Nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud a.s.: Telah diistimewakan seorang insan dengan Kalimah-Nya dan dikaruniai Rohul Qudus, serta dipenuhi dengan ilmu ruhani maupun duniawi yang dapat mengalahkan serangan budaya pihak lawan yang merujuk kepada sunnah Hadhrat Rasulullah SAW dan petunjuk Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sebagaimana yang dimaksudkan oleh Al Quranul Karim, sehingga Islam pun terlindungi ! Walhasil, Allah Taala meridhoi berbagai macam tulisanku.

     Hazrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda, bahwa: Terkecuali hingga Allah Taala mengabariku, bahwa aku adalah sungguh-sungguh perwujudan dari Nubuatan mengenai Al Muslih Mau'ud, akupun hanya berdiam diri.  Aku hanya berucap jika Allah Taala mengabarkan agar aku menyampaikannya;  dan dengan karunia-Nya juga terciptalah berbagai situasi yang [tampak antagonis tetapi justru] mendukung kebenaran Nubuatan itu. Ditambah lagi banyak orang yang mendapat berbagai mimpi-kasyaf yang maknanya tiada lain adalah pengulangan mimpi-kasyafku. Salah seorang di antaranya bermimpi melihat seorang malaikat menyeru nama Hazrat Muslih Mau'ud kemudian mengumumkan bahwa nama beliau akan disertakan dengan nama-nama para rasul Allah. Seorang lainnya mendapat mimpi-kasyaf, bahwa Hazrat Muslih Mau'ud r.a. berdiri di atas sebuah Menara kemudian menyeru kalimah, Alaysallahu bikafin abdahu:

Yakni,  'Apakah Allah tak cukup bagi hamba-Nya ?...[Dan mereka, menakut-nakuti engkau dengan orang-orang yang selain Dia. Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka baginya tiada seorangpun pemberi petunjuk]' (QS.39/AlZumar : 37).
     Hal ini adalah memang wahyu-Ilahi di antara berbagai wahyu pertama yang diterima oleh Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Tetapi menyeru Kalimah-Ilahi tersebut dari ketinggian sebuah Menara, menandakan bahwa Allah Taala akan lebih memperkuat lagi pertablighan Islam Ahmadiyah melalui Al Muslih Mau’ud.

     Menerangkan salah satu dari berbagai mimpi-kasyaf beliau, Hazrat Muslih Mau’ud r.a. menyampaikan, bahwa: Sebagaimana telah aku kemukakan kepada beberapa orang karibku pada awal-awal tahun Pertama  Khilafah Ahmadiyah [1908-1914]: Aku melihat Sheikh RahmatUllah Sahib berhasrat ingin tahu: Siapakah yang lebih tinggi perawakannya: Maulvi Muhammad Ali Sahib-kah atau diriku? Meskipun aku berusaha mengelak, tetapi Sheikh Sahib memaksanya. Pada kehidupan nyata, Maulvi Muhammad Ali Sahib ini adalah lebih tinggi.
Akan tetapi ketika Sheikh sahib menempatkan diri kami berdampingan di dalam mimpi-kasyaf itu, ternyata diriku yang lebih tinggi. Maka Sheikh Sahib mencari-cari sebuah meja; kemudian menyuruh Maulvi Sahib untuk berdiri di atasnya. Tetapi tetap saja diriku yang lebih tinggi. Maka, Sheikh Sahib pun menempatkan sebuah bangku tinggi di atas meja itu, lalu menyuruh Maulvi Muhammad Ali berdiri lagi di atasnya. Ternyata tetap saja ia lebih pendek dari diriku. Maka Sheikh Sahib pun mengangkat tubuh Maulvi Muhammad Ali agar menyamai ketinggian tubuhku, tetapi hanya tampak kedua kakinya saja yang menggelantung dengan sepasang tumit kakinya yang berada sebatas dengan siku tanganku.  Jadi, Allah Taala telah mengabariku tentang banyak hal, yang akan terjadi di kemudian hari melalui berbagai mimpi-kasyaf.

     Meskipun pada waktu mimpi-kasyaf itu aku dapatkan Khawaja Kamalud Din yang sedang meradang, bukan Maulvi Muhammad Ali, maka mimpi-kasyaf Ilahi tersebut mengisyaratkan perkara lain yang akan datang. Yakni, tampak kemudian Maulvi Muhammad Ali Sahib yang semakin rendah dibandingkan Al Muslih Mau'ud, meskipun ia sudah sedemikian banyak menghabiskan tenaga dan pikiran untuk mempopulerkan namanya, namun dalam pandangan Allah Taala, yang dimuliakan-Nya itu adalah justru mereka yang minoritas.

     Walaupun pada awalnya para pembangkang itu menyebut diri mereka sebagai Kelompok Mayoritas 95%, sedangkan sisanya hanya 4% atau 5%, sehingga kata mereka, mayoritas Jama'ah itu tidak bisa disebut berbuat makar. Namun ketika gerakan penyempalan di dalam  Jama'at itu dimulai, aku menerima wahyu-Ilahi: “Kami akan menghancurkan mereka hingga berkeping-keping”. Yakni, mereka yang menyebut diri sebagai Mayoritas 95% itu akhirnya sungguh hancur berkeping-keping sesuai dengan wahyu-Nya. Sebelum mangkat dari dunia ini, Khawaja KamaludDin; menulis, bahwa: Wahyu-Ilahi yang Mirza Mahmood telah umumkan mengenai diri kami memang telah sempurna. Kini kami telah menjadi hancur berantakan !

      Allah Taala seringkali mewujudkan Zat-Nya kepadaku dalam menzahirkan berbagai aspek di dalam Nubuatan ini, yakni: Ia akan memiliki kemuliaan Rohul Qudus-Nya.  Banyak orang yang bertanya hikmah dibalik lamanya pendakwaan diriku sebagai Al Muslih Mau'ud meskipun sudah lama pula banyak karib kerabat yang menyandangkannya kepada diriku. Padahal, hikmah besar dibalik semua itu adalah sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam Al Quranul Karim:

[Dan, demikianlah Kami menjadikan kamu satu kaum yang mulia supaya kamu menjadi penjaga manusia dan agar Rasul itu menjadi penjaga kamu. Dan, tidak Kami jadikan qiblat yang kepadanya dahulu engkau berqiblat melainkan supaya Kami mengetahui orang yang mengikuti Rasul dari orang yang berpaling di atas kedua tumitnya. Dan, sesungguhnya hal ini berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah] '…Dan, Allah tidak akan menyia-nyiakan iman-mu…' (QS. 2/Al-Baqarah : 144).

     Yakni, manakala Allah Taala mengirim Seseorang Yang Dijanjikan sepeninggal dibangkitkan-Nya Rasu-rasulNya, tentulah Dia tidak akan menjerumuskan suatu Jamaah yang didirikan-Nya, menjadi kufur. Melainkan, justru Dia ciptakan situasi yang membuat sebagian besar insan cenderung untuk menerima utusan-Nya itu. Yakni, manakala mereka menyaksikan Nubuatan-Ilahi dari Hadhrat Masih Mau'ud a.s. itu menzahir kepada diriku, keimanan mereka pun semakin teguh. Jadi, hikmah alasan mengapa pendakwaannya sedemikian lama kemudian, ialah karena Allah Taala tak ingin membuat kaum Mukminin berada dalam dua kali deraan. Oleh karena itu, pertama-tama Dia menjadikannya terlebih dahulu sebagai Khalifatul Masih (II) agar seluruh Jama'ah menyatakan Baiat Kesetiaannya kepada beliau; kemudian Allah Taala pun memudahkan penzahiran Nubuatan Al Muslih Mau’ud-Nya tersebut. Yakni, bila realitas perwujudannya di hadapan Jama'at sudah sedemikian terangnya seterang di siang hari, maka insan yang Dijanjikan-Nya itupun dikaruniai-Nya ilmu ruhani maupun duniawi sehingga bumi dan langit pun akan membenarkannya, sehingga orang-orang yang beriman terlindung dari kecenderungan untuk menolak atau menyangkalinya. 

     Semoga Allah Taala melindungi keimanan Kaum Ahmadi. Dan hendaknya pula kita berhasil mendapatkan ilmu ruhani Hazrat Al Muslih Mau'ud r.a. ini dengan sebanyak-banyaknya, baik yang di dalam Bahasa Urdu maupun dalam berbagai Bahasa lainnya.
      Selanjutnya, Salat Janazah Ghaib akan kita lakukan untuk Sufi Nazir Ahmad Sahib yang telah meninggal dunia pada tanggal 7 Pebruari yang lalu di Jerman.


(transl.MAS/Wasayya&DiyafatJamaatLA-W /02242016)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar