Rabu, 02 Maret 2016

Khutbah Jumah 26 Februari 2016

Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.: Mutiara-mutiara Hikmah
Disampaikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad Atba,
Khalifatul Masih Al-Khamis, di Masjid Baitul Futuh, London UK


    Setelah mengucapkan "Assalamo-Alaikum wa Rahmatullah", tasyahud, syahadat, ata’awudz, dan tilawat Surah Al-Fatihah, Hazoor Aqdas Atba bersabda: ‘Di dunia ini, banyak orang yang ikut ambil bagian dalam berbagai macam perbincangan yang tak berfaedah. Mengoceh atau bergurau satu-sama lain tanpa tujuan, yang akhirnya berujung kepada silang pendapat dan pertentangan. Berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, sia-sia dan melantur serta tak berfaedah yang hanya berakibat kepada berbagai kesulitan dan perseteruan.  Padahal Al Quranul Karim telah melarang orang-orang mukmin untuk berkecimpung dalam perkara yang laghwi (tak berfaedah).  Hazrat Muslih Mau'ud (ra) menyampaikan nasehat ini dengan suatu contoh yang biasa diberikan oleh Hazrat Masih Mau'ud (as).Al Quran Karim menyatakan:...’wa idza marruu bilaghwi, marruu kiraman’.


...Dan apabila mereka melalui sesuatu hal yang laghwi, sia-sia, mereka berlalu dengan sikap yang mulia; (QSrh.25/Al-Furqan : ayat 73). Yakni, sifat orang mukmin itu adalah tidak memperdulikan suatu perbincangan yang bersifat laghwi.
Contoh yang diberikan adalah cerita mengenai seorang wanita yang suka menyampaikan berbagai hal yang laghwi (sia-sia).  Namun, sekarang ini kaum pria pun suka berbuat seperti itu.
Kaum wanita suka mengoceh: Barang ini itu betapa mahal harganya, dan dibeli-nya pun di suatu tempat yang mewah. Jadi, begitulah salah contoh dari berbagai hal yang laghwi duniawi, sia-sia tidak mendatangkan faedah, selain dampak negatif terhadap beberapa wanita lain yang duduk di dekatnya. Yakni, sebelum wanita yang seperti itu menjelaskan mengenai barangnya, ia tidak akan merasa puas.

    Hazrat Masih Mau'ud (a.s) menuturkan kisah: 'Ada seorang wanita yang memiliki sebuahcincin emas yang sangat indah, tetapi tak ada orang yang memperdulikannya, sehingga ia pun menjadi masygul. Maka ia pun membakar rumahnya. Ketika orang ramai berdatangan dan bertanya: Apa saja yang berhasil diselamatkan ? Ia menjawab: Tak ada. Kecuali hanya cincin emas ini saja. Seorang wanita lainnya bertanya: Kapan ibu mendapatkan cincin emas yang sangat indah itu ? Ia menjawab: Seandainya kamu mengajukan pertanyaan ini sejak dulu, tentulah aku tak akan membakar rumahku ini !

    Hazrat Muslih Mau'ud (r.a) bersabda: Tetapi kebiasaan buruk ini bukan hanya terjadi pada kaum wanita saja, bahkan kaum lelaki pun menderita penyakit yang sama itu. Yakni, setelah mengucapkan Assalamo Alaikum, mereka pun bertanya: Tuan ini dari mana? Hendak ke mana? Gajinya berapa ? Apa perlunya mengajukan beberapa pertanyaan seperti itu ?
Padahal orang Barat pun tak pernah iseng bertanya mengenai gaji, pendidikan ataupun pekerjaan orang lain! Jadi, hal-hal yang laghwi sia-sia itu bukan hanya yang dapat menyinggung perasaan orang lain saja, tetapi juga yang hal-hal tidak berfaedah harus dihindari.

    Hazrat Masih Mau'ud a.s. mengkategorikan hal-hal tersebut sebagai tak membahayakan, tetapi juga tak mendatangkan faedah, atau sia-sia yang harus dihindari oleh orang mukmin. Jadi, syarat bagi seorang mukmin haqiqi itu adalah: Semua perbincangannya harus berhikmah, berfaedah; dan menghindari hal-hal yang sia-sia tiada guna. Akan tetapi bila kita adakan survey maka akan ditemukan, bahwa: Ternyata banyak orang yang tenggelam dalam laghwiyat seperti itu.'

    Hazrat Masih Mau'ud (a.s) pun suka menyampaikan kisah berikut ini: Suatu kali ada seorang awam yang ketika sedang berjalan di kota Lahore menyaksikan sejumlah kumpulan orang yang menangis keras penuh penyesalan. Setelah diteliti, ternyata disebabkan telah mangkatnya Maharaja Ranjit Singh. Ini karena banyak Raja-raja, selain Maharaja Ranjit Singh, yang dzalim. Sedangkan Maharaja Ranjit Singh berhasil menegakkan keamanan bagi semua pihak. Juga memberi kedamaian dan keamanan bagi Kaum Muslimin. Banyak orang Muslim yang bekerja sebagai pejabat tinggi pada pemerintahannya, termasuk ayahanda Hazrat Masih Mau'ud (a.s) [Mirza Ghulam Murtadha sahib]. Maka ada seseorang yang menjadi penasaran: Mengapa banyak kalangan masyarakat yang menjadi sedemikian berduka atas kematiannya? Sebab, ayahku pun sudah meninggal, tetapi mengapa Maharaja Ranjit Singh ini sedemikian dicintai?
Jadi, hikmah tarbiyah yang Hazrat Masih Mau'ud a.s. hendak kemukakan dari cerita ini: Sesuatu hal yang sangat berkesan bagi seseorang adalah yang dirasakan sangat berfaedah bagi dirinya. Yakni, meskipun Maharaja Ranjit Singh ini telah memberi pengaruh kepada ribuan orang, tetapi orang itu tak perduli. Sebab, bagi dirinya ayahnya yang sangat memperhatikan kesejahteraan dirinya adalah yang lebih penting.  

    Namun, beberapa hal kecil pun akan tampak besar disebabkan sangat dibutuhkan pada saatnya. Sebaliknya pula: Dikarenakan keterbatasan ilmu hikmah yang kita miliki: Sesuatu hal yang besar dapat dianggap tiada artinya; sebagaimana seorang anak kecil yang diberi sebutir berlian; apakah ia akan memperdulikannya?

    Maka kita harus fokus pada menghormati  asyarakat luas secara keseluruhan, tidak hanya sebatas lingkungan kita yang kecil. Yakni, bila seorang Ahmadi berhasil melakukan sesuatu prestasi yang baik di masyarakat, maka hasilnya bukan hanya untuk reputasi dirinya saja,  melainkan juga kepada nama Jama'at. Maka, berbagai usaha pertablighan pun akan lebih menampak apabila kita memperluas ruang lingkupnya. Dunia akan segera menyadari bahwa hanya ajaran Islam haqiqi sajalah yang akhirnya dapat menghasilkan perdamaian yang sejati.

    Ada sebagian orang yang mengorbankan suatu hal yang kecil lalu berpikir bahwa ia sudah mengerjakan sesuatu atau memberikan sesuatu bantuan yang besar.

    Hazrat Masih Mau'ud (a.s) suka menyampaikan suatu kisah yang menggambarkan orang-orang yang bertabiat seperti itu, yakni: Ada seseorang yang menerima dan melayani tamu di rumahnya sedemikian rupa di luar batas kemampuannya. Ketika akhirnya tamu itu berpamitan, si tuan rumah menyampaikan permohonan maaf bila ada beberapa kekurangan berhubung sang istri sakit dan sesuatu hal lainnya. Sang tamu menjawab: Aku tahu dari cara tuan berbasa-basi ini sebetulnya tuan menginginkan pujian dari kami. Tapi sesungguhnya tuanlah yang harus berterima-kasih. Aku mengetahui niat tersembunyi tuan. Tak tahukah tuan, sesungguhnya aku dapat membakar rumah ini ketika tuan sedang sibuk menyiapkan makanan. Tapi aku tak melakukannya. Maka bukankah hal ini merupakan kebaikanku? Maka berterima-kasihlah kepadaku! Akhirnya, justru si tuan rumah itulah yang berterima-kasih kepada tamunya. Jadi, seorang mukmin haqiqi itu senantiasa bersyukur kepada orang lain, alih-alih mengharap-harap ucapan terima kasih dari mereka.

[Kisah lainnya adalah]: 'Suatu hari ada seorang Raja yang sedemikian terpengaruhnya oleh seorang Pir [Paranormal] sehingga sering mengatakan kepada salah seorang penasehat ahlinya, bahwa ia pun harus datang menemuinya. Akan tetapi sang penasehat raja mengetahui realitas sebenarnya Pir itu, maka ia pun selalu mempunyai alasan untuk menghindarinya. Maka ketika suatu hari sang Raja ini pergi untuk menemui Pir itu, dibawanyalah si penasehat ini. Ternyata kemudian Pir ini membuat kesalahan besar mengenai suatu sejarah, yang dibeberkan dan dikoreksi total oleh sang penasehat Raja itu. Sehingga akhirnya sang Raja ini pun tidak menghormatinya lagi. Hazrat Masih Mau'ud a.s. sering menuturkan cerita disertai nasihat agar kita senantiasa memiliki pengetahuan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan kita. Sangatlah penting untuk memahami berbagai tradisi dan budaya daerah yang akan dikunjungi.

    Sekarang ini para Mubaligh kita sering mendapat pertanyaan tentang berbagai hal yang terjadi di dunia. Oleh karena itu, para Mubaligh hendaknya memiliki pengetahuan luas mengenai: Sejarah, Geografi, Pengobatan, Cara Berpidato yang Baik, Cara Menyelenggarakan Suatu Majlis-Irfan yang Baik, dlsb. Minimum hingga ke taraf pengetahuan yang diperlukan untuk menghadiri dan berinteraksi di dalam beberapa Majlis Irfan yang dihadiri oleh orang-orang yang terhormat.  Hal ini tidaklah sulit untuk dicapai. Hanya diperlukan sedikit usaha. Bacalah berbagai buku pendahuluan mengenai hal itu semua. Selain daripada itu, kadangkala juga, manakala para Mubalighin mendapat pertanyaan mengenai berbagai situasi yang sedang terjadi, mereka pun tak dapat menjawabnya dengan baik disebabkan tidak berusaha untuk senantiasa memperbaharui pengetahuan mereka mengenai berbagai situasi yang kini tengah terjadi di dunia. Atau, tidak berusaha untuk lebih memperdalamnya lagi. Dalam keadaan demikian kadang-kala membuat orang-orang duniawi segera berlalu dengan suatu kesan yang buruk. Atau kadang-kala pula kami menerima beberapa keluhan mereka.

    Kemudian Hazrat Masih Mau'ud (a.s) menyampaikan: Ada seorang kaya memiliki 2 (dua) orang anak laki-laki, yang kepada mereka dibagikannyalah harta bendanya. Si adik segera pergi jauh dan berfoya-foya dengan hartanya itu. Ketika segalanya sudah habis, ia pun menjadi buruh kasar. Akan tetapi upah yang diterimanya untuk makan pun tak cukup. Sedangkan ayahnya memperkerjakan banyak buruh dengan upah yang layak. Maka ia pun memutuskan untuk kembali kepada Bapaknya itu untuk minta pekerjaan. Sang Bapak yang sangat bersuka-cita, menerimanya, bahkan merayakannya dengan menyembelih seekor hewan qurban untuk memuliakan dan menyatakan kegembiraan.

    Ketika si kakak datang, ia tidak senang menyaksikan perlakuan sang ayah atas kembalinya si adik yang dirayakan sedemikian rupa, padahal si adik itu telah menyia-nyiakan hartanya sendiri. Maka ia pun memprotes sang Bapak: Aku ini adalah anak yang senantiasa itaat kepada engkau. Tetapi tidak pernah diperlakukan seperti adikku ini. Sang Bapak menjawab: Ya, engkau selalu besertaku di sini; dan segala apa yang aku miliki ini adalah milikmu juga. Tetapi semua kesuka-citaan yang tengah dirayakan ini disebabkan anakku yang sesat dan mati sudah diketemukan dan hidup kembali.'

    Jadi, hikmah cerita ini adalah: Jika seorang insan mengakui sepenuh ikhlas segala kekhilafan dan dosa-dosanya di hadapan Allah Taala, maka Allah Taala pun akan menghampirinya dengan Sifat Rahimiyyat dan menerima taubatan-nasuha-nya. Oleh karena itu, belajarlah untuk memaafkan sesama saudaramu yang datang dengan ikhlas untuk mengakui kesalahannya.
Juga mendoakan bagi mereka yang tidak mau meminta maaf. Perkuatlah ketahanan diri pribadi jangan sampai terpancing emosi.

    Hazrat Masih Mau'ud a.s pun sering menyampaikan kisah ini: Ada seorang  Raja yang suka banyak memakan terong.  Ketika pelayannya mengetahui hal ini, ia pun memuji berbagai khasiat terong. Namun, beberapa hari kemudian sang Raja menjadi jatuh sakit karenanya. Sehingga iapun tak suka lagi memakan terong. Maka sang pelayan pun membicarakan tentang keburukan terong. Seseorang yang menyaksikan hal ini menegur sang pelayan: Bagaimana mungkin kamu yang pada beberapa hari yang lalu memuji-muji khasiat terong, sekarang malah mencercanya! Sang pelayan menjawab: karena aku adalah seorang pelayan Raja; bukan pelayan terong!

    Jadi, inilah sifat yang diperlihatkan oleh Kaum Muslimin sekarang.  Alih-alih menunjukkan keselarasan antara ucapan dengan perbuatan, kita menyaksikan mereka sebagai kaum yang terburuk citranya. Maka tak perlu dipertanyakan lagi apakah mereka itu berdiri di atas sesuatu kebenaran? Sebab, manakala mereka melihat sedikit saja keuntungan sesaat, mereka pun berlari ke arah situ. Baik pemimpin maupun anggotanya, sama saja.

    Padahal dengan membina ta'aluq billah itulah yang membuat seorang insan dapat mengatasi berbagai permasalahannya. Dan hubungan fanafillah ini hanya dapat ditingkatkan dengan ketaqwaan.  Sebagai Ahmadi yang mengaku telah menerima Al Masih Al Mahdi (a.s), kita seharusnya mempraktekkan ajaran Islam dan memperbaiki diri. Ber-ta'aluq billah dan menjalani hidup sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Jika kita sudah muttaqi dan takut kepada Allah Taala, barulah dapat menyaksikan falah keberhasilan itu. Para malaikat pun akan membantu kita. Insha'Allah !

    Dan yang diperlukan untuk itu adalah bagaimana caranya menegakkan sikap taqwa dan ber-ta'aluq billah yang haqiqi. Jika seorang duniawi mendapat sesuatu keuntungan berkat hubungannya dengan orang-orang duniawi lainnya; maka niscayalah insan-insan yang berhasil mengadakan perhubungan-Ilahi dapat tertolong ribuan atau bahkan ratusan-ribu kali lipatnya.

[Satu kisah lainnya, adalah]: Ada seseorang yang akan pergi jauh berperjalanan dan menitipkan sejumlah besar uang miliknya kepada seseorang. Ketika ia kembali dari perjalanannya, dimintanya lagi uang itu. Tetapi orang yang dititipi uang tersebut menyangkalnya dengan berbagai alasan. Maka ia pun mengadukan perkaranya kepada sang Raja, yang menyanggupi untuk menolong tetapi dengan syarat agar ia mengikuti beberapa perintahnya yang akan mencitrakan adanya hubungan baik antara dirinya dengan sang Raja. Pada hari yang ditentukan, sang Raja akrab berbincang dengan orang tersebut. Maka ketika orang yang dititipi uang melihatnya, ia pun segera mengembalikan uang titipan itu. Oleh karena itu, mengapa pula kita harus takut terhadap berbagai penentangan duniawi ? Seharusnya pusatkanlah pikiran bagaimana caranya menumbuh-kembangkan kecintaan kepada Allah Taala. Falah keberhasilan yang haqiqi adalah meletakkan diri di pintu Ilahi.

    Seorang mukmin yang sejati itu adalah laksana seorang sahabat yang haqiqi. Yakni, seperti kisah ini: Pada suatu hari, ada seorang ayah yang mengingatkan anaknya: Sebetulnya tak ada satupun teman-temanmu itu yang jujur. Mereka hanya ingin memanfaatkan dirimu saja. Di sepanjang hidupku ini pun hanya berhasil menemukan satu orang sahabat sejati. Marilah kita buktikan kebenaran ini. Katakanlah kepada semua temanmu, bahwa ayahmu sudah tidak mampu lagi untuk memberimu tunjangan. Ternyata benar mereka pun segera menjauh dan mencampakkannya. Ketika anaknya mencoba menghampiri mereka pun, mereka menolaknya. Maka dilaporkanlah hal itu kepada bapaknya, bahwa ternyata benar semua kawannya itu tidak setia. Sang ayah berkata: Sekarang aku akan memperkenalkan padamu sahabat sejatiku.
Lalu, mereka berdua mendatangi rumah sahabatnya di kegelapan malam; pintu rumahnya pun diketuk. Tetapi si teman itu lama tak kunjung keluar untuk menemui mereka; sehingga sang anak berpikir bahwa sifat teman ayahnya itu sama saja. Tapi tak lama kemudian ia pun keluar disertai permohonan maaf mengapa menghabiskan waktu yang lama, ternyata karena ia mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang sangat boleh jadi diperlukan yakni: pedang, sekantong uang, plus isterinya untuk membantu.

    Pedang dimaksudkan sebagai penjagaan kalau-kalau karibnya itu berada dalam marabahaya. Sekantong uang sebagai bantuan. Dan isteri untuk membantu merawat, sekiranya ada yang sakit.

    Sang teman menjawab: Alhamdulillah aku dalam keadaan sehat walafiat dan tak memerlukan sesuatu apapun. Aku datang hanya ingin memberi pelajaran seperti ini kepada anakku.' Jadi, inilah permisalan untuk membuktikan jika memang ada hubungan yang baik. Maka hubungan kita dengan Allah Taala haruslah menghasilkan sesuatu yang jauh lebih besar daripada itu.

    Orang mukmin haruslah banyak berdoa kepada Allah Taala dengan sepenuh ikhlas, karena Allah Taala telah menyediakan berbagai kenyamanan bagi diri kita. Allah Taala telah memenuhi berbagai keperluan kita tanpa hitungan. Maka jika kita tidak memenuhi berbagai kehendak-Nya, tentulah akan merasakan suatu kekecewaan. Oleh karena itu, jika ada yang tidak melaksanakan kewajiban ibadat, perbaikilah. Jika ada yang tidak mendahulukan kepentingan agama, tingkatkanlah. Mereka yang berhijrah ke negara-negara Barat dengan karena Jama'at (dipersekusi) tetapi tidak melakukan kewajibannya, perbaikilah.

    Bersedialah setiap saat untuk berkorban demi Allah Taala. Jika cinta sejati kepada Allah telah nyata, tentulah tak perlu lagi rasionalitas. Jika kita mengaku itaat sejati, tentulah tak perlu klarifikasi. Manakala Allah Taala telah mengilhamkan sesuatu, maka orang-orang mukmin haqiqi akan segera menerima dan menyiapkan segala sesuatu yang Allah Taala kehendaki itu.

    Allah Taala membangkitkan Rasulullah SAW dengan petunjuk hidayah untuk kesejahteraan umat manusia. Dan beliau telah membuat berbagai macam perencanaan bagi kita untuk mencapai tujuan tersebut. Kini, 126 atau 127 tahun telah berlalu sejak dimulainya Zaman Baru [pada tahun 1889] itu. Maka, seberapa banyak dari kita yang sungguh-sungguh merenungkan: Mengapa pula kita dikaruniai kebahagiaan ini ? Sementara sedemikian banyak pihak yang masih juga menunggu-nunggu Al Masih Al Mahdi Yang Dijanjikan, hingga mereka mangkat dari dunia ini. Walhasil, falah keberhasilan dan kebahagiaan ini diberikan disebabkan Allah Taala telah membangkitkan seorang insan aqdas demi untuk seluruh umat manusia.

    Menangis dan tertawa itu diluar Sifat-sifat Allah Taala. Akan tetapi, disebabkan sedemikian cintanya, Dia pun dapat menampakkan perasaan-Nya. Yakni, seandainya Allah Taala dapat tertawa, maka Dia pun akan menertawakan orang-orang yang sedemikian terpana oleh dunia. Kemudian, Allah Taala pun akan menangis demi menyaksikan insan yang sedemikian cinta kepada-Nya. Walhasil, permisalan perhubungan persahabatan yang tiada bandingannya adalah habluminallah para Rasul dengan Allah Taala. Perhubungan para Rasul Allah dengan Tuhannya mencapai derajat yang sedemikian luhurnya. Sebagaimana telah disampaikan, didasari atas persahabatan yang saling mengasihi, seorang karib yang miskin pun serta merta mempersembahkan: pedang, sekantong aang, dan bahkan isterinya sebagai bantuan. Walhasil, cinta sejati mampu mengusir akal sehat. Demikian pun jika terdesak oleh kecemasan, pikiran normal ditinggalkan. Pada realitas kehidupan, cinta dan derita itu memang nyata.

    Manakala Allah Taala Sang Penguasa Alam Semesta mewahyukan kepada para Rasul-Nya, bahwa Dia memerlukan bantuan, mereka pun tak berkilah: Bagaimana mungkin aku dapat membantu, sedangkan Engkau adalah Penjaga Seluruh Alam Semesta ini? Melainkan, mereka itu beseru: Labbaik Allahumma Labbaik Labbaik !

    126 tahun yang lalu ketika Allah Taala menyeru kepada seorang insan di Qadian yang sedang berkhalwat; yakni:  Dunia telah merendahkan Asma-Ku. Tak ada yang menolong. Wahai engkau makhluk ciptaan-Ku, bantulah Aku ! Maka insan muhaddas itu pun tak pernah berpikir: Allah adalah Dia Yang Mahakuasa, mana mungkin aku dapat membantu-Nya? Melainkan, insan Aqdas tersebut serta merta qiyam tegak berdiri seraya berkata: Wahai Tuhan-ku, hamba siap, hamba bersedia. Aku akan selamatkan dunia dengan agama-Mu ini !

   Jadi, jika kita menyatakan diri berada di dalam Jamaah seorang pecinta dan pengabdi sejati Rasulullah SAW; jika kita sudah meyaqini bahwa Islam kini sudah memasuki era kebangkitannya kembali dan terus menerus menyebar ke seluruh pelosok dunia; jika kita memasuki Jamaah-Nya demi untuk membantu Al Masih Al Mahdi (a.s), maka berserulah: Labbaik dan hamba siap bersedia!
Wujudkanlah kecintaan tuan-tuan kepada Allah Taala, kepada Hadhrat Rasulullah SAW dan juga kepada Al Mahdi-Nya! Periksalah diri. Tingkatkanlah standar ketaqwaan. Semoga Allah Taala memberi taufik untuk itu. Ameen! [Selanjutnya Hazoor Aqdas menilawatkan do'a nasehat khutbah tsaniyah].

[transl.MAS/03022016/Wasayya&DiyafatJmtLA-W]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar