Nubuatan Tentang Al Muslih Mau’ud
Disampaikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad Atba,
Disampaikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad Atba,
Khalifatul Masih
Al-Khamis, di Masjid Baitul Futuh, London UK.
Setelah mengucapkan "Assalamo-Alaikum wa Rahmatullah", tasyahud, syahadat, ata’awudz, dan
tilawat Surah Al-Fatihah, Hazoor Aqdas Atba bersabda: ‘Tanggal 20 Februari
sudah dikenal sebagai tanggal dicanangkannya Nubuatan Mengenai Al Muslih Mau'ud
di dalam Jamaat Ahmadiyah. Di dalam
Nubuatan ini Allah Taala mengabarkan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., bahwa beliau
akan dikaruniai seorang anak laki-laki yang akan mengkhidmati agama dengan
berbagai keistimewaan sifat-sifatnya. Hadhrat
Masih Mau'ud a.s. mengatakan, bahwa peristiwa ini bukan hanya sekedar Nubuatan
saja, melainkan juga sebagai suatu penzahiran Tanda-Ilahi akan kebenaran dan
keagungan Nabi Karim Hadhrat Musthafa Muhammad Rasulullah SAW.
Dan Tanda-Ilahi ini jauh lebih
unggul, agung dan mulia dibandingkan Tanda-tanda lainnya, sehingga dapat
menghidupkan kembali orang yang mati. Adalah
nyata bahwa ruh yang sudah mati dapat dihidupkan kembali dengan do'a meskipun
banyak mengundang pertanyaan. Akan tetapi dengan karunia Allah Taala dan
keberkatan Hadhrat Rasulullah SAW, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menyatakan: Do'a
beliau makbul dalam hal ini. Dan kini, suatu Janji [nubuatan] telah
dicanangkan: Dia akan mengirimkan suatu ruh yang berberkat dengan berbagai
kemampuan tersembunyinya yang istimewa, akan zahir dan menyebar ke seluruh
dunia.
Bahkan bila pun
Tanda-nubuatan-Ilahi ini tampak seperti sama halnya dengan Tanda-Ilahi lainnya
yang menghidupkan dari kematian, namun setelah dipikirkan lebih dalam: Sesungguhnya
Tanda-nubuatan-Ilahi ini ratusan kali lipat lebih afdhal! Berbagai macam ruh
yang sudah mengalami kematian dapat hidup kembali dengan perantaraan doa. Akan
tetapi ruh yang khas ini dikirim berkat do'a-do’a munajat. Sehingga keduanya
berposisi sangat berlainan.
Sesungguhnya dunia sudah
menyaksikan penzahiran Nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini dengan segala
keagungannya. Dan saat itu telah nyata terbukti bahwa perwujudan Nubuatan-Agung
tersebut tiada lain adalah diri Hazrat Mirza BashirudDin Mahmud Ahmad, Khalifatul
Masih II (Tsani) r.a. Namun, meskipun ketika itu Jama'ah sudah meyakini bahwa
Nubuatan-Ilahi ini berkenaan dengan diri beliau r.a, tetapi beliau sendiri
tidak pernah mengatakan ataupun mendakwakannya; bahkan setelah 30 (tiga puluh)
tahun masa Khilafat berlalu, hingga akhirnya pada tahun 1944 itulah beliau r.a.
menyatakan sebagai Al Muslih Mau'ud. Yakni,
tepatnya pada tanggal 28 Januari 1944 beliau r.a. bersabda: Aku akan sampaikan
satu perkara penting yang sama sekali bukan berasal dari nafsi-ku yang tak hendak aku mengutarakannya. Akan tetapi
dikarenakan atas Kehendak-Ilahi dan juga risalah Kerasulan, maka tiada pilihan
bagi-ku selain harus mendakwakannya. Setelah
mengalami suatu mimpi kasyaf yang panjang, Allah Taala telah menakdirkan diri
hamba ini adalah pewujudan dari Nubuatan mengenai Al Muslih Mau'ud itu.
Jamaah telah berulang-kali
menanyakan pendapatku mengenai Nubuatan-Ilahi ini, akan tetapi aku sendiri
enggan membacanya dengan seksama karena khawatir menjadi ‘bangga diri’.
Pada suatu kali, Hazrat Khalifatul Masih I (Awwal) r.a. menyurat kepadaku, bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah membuat suatu tulisan mengenai kelahiranku, yang untuk itu naskahnya perlu dipublikasikan di dalam majalah “Tashizul Azhan”. Karena ini adalah perintah maka akupun menerbitkannya meskipun aku tak membacanya dengan penuh perhatian.
Pada suatu kali, Hazrat Khalifatul Masih I (Awwal) r.a. menyurat kepadaku, bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah membuat suatu tulisan mengenai kelahiranku, yang untuk itu naskahnya perlu dipublikasikan di dalam majalah “Tashizul Azhan”. Karena ini adalah perintah maka akupun menerbitkannya meskipun aku tak membacanya dengan penuh perhatian.
Bahkan ketika akhirnya Jamaah
menyampaikan kesimpulan mereka dengan penuh ghairah bahwa Nubuatan Hadhrat
Masih Mau'ud a.s. ini telah menzahir dalam diriku, akupun hanya berdiam diri.
Karena aku merasa tak harus mengumumkan sesuatu hal yang sudah jelas terjadi di
dalam diri sendiri. Sebagaimana Hadhrat
Rasulullah SAW telah menubuatkan mengenai [tanda Akhir Zaman] transportasi
Kereta Api [Amritsar - Batala]; setelah hal itu zahir, tentulah Kareta Api itu
tak perlu mendakwakan dirinya. Kalaupun
orang banyak mendesak agar aku mendakwakan bahwa Nubuatan itu telah zahir di
dalam diriku, maka biarkanlah dunia menyaksikannya sendiri. Begitupun jika
seandainya tidak zahir pada diriku, lihat sajalah sendiri. Aku tidak akan
berdalih dalam hal ini.
Sebagian kalimat dari wahyu
nubuatan tersebut adalah: ‘...mereka mengatakan, bahwa wujud yang kita
tunggu-tunggu itu memang inilah orangnya, ataukah kita harus mencari-cari yang
lain lagi?’ Banyak orang yang bertanya berulang-kali kepadaku mengenai Nubuatan
ini untuk waktu yang panjang. Sebagaimana yang terjadi pula pada Nubuatan Hazrat
Yaqub a.s. mengenai Hazrat Yusuf a.s. yang dipertanyakan oleh
saudara-saudaranya: Seberapa lama lagikah tuan membicarakan perkara Yusuf ini? Yakni,
aspek wahyu tersebut pun diwahyukan pula kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s.,
ialah: 'Aku mencium semerbak Yusuf a.s.'.
Hal ini mengabarkan kepada beliau, bahwa penzahiran Nubuatan-Ilahi
mengenai Al Muslih Mau'ud ini akan memakan waktu yang panjang. Namun, Hazrat
Muslih Mau'ud r.a. sendiri yakin, bahwa: ‘Seandainya pun Nubuatan ini tidak
menzahir hingga akhir hayatku, tetapi berbagai bukti dan hasil yang nyata
terlihat akan tetap merujuk kepada diriku juga.
Namun sesungguhnya Allah Taala
telah mengabarkan, bahwa memang diriku inilah yang menjadi perwujudan dari Nubuatan-Nya
mengenai Al Muslih Mau'ud.’
Kemudian beliau r.a. pun membahas
beberapa aspek Nubuatan itu, seperti misalnya: ‘Ia akan membuat 3 (tiga)
menjadi 4 (empat). Dan juga: ‘Adalah Senin. Senin yang berberkat.’
Banyak pihak yang mempertanyakan
tafsir kedua-aspek Nubuatan-Ilahi ini. Adapun
mengenai: ‘Ia akan membuat 3 (tiga) menjadi 4 (empat)’, Hazrat Muslih Mau'ud
r.a. menjelaskan, bahwa: Aku adalah anak laki-laki ke-4 (empat) Hadhrat Masih
Mau'ud a.s.; Yakni, 3 (tiga) sebelumnya adalah: Mirza Sultan Ahmad, Mirza Fazl
Ahmad dan Bashir yang pertama.’ Akan
tetapi juga, Allah Taala menggugahku, bahwa aspek wahyu tersebut tidak merujuk
secara khas kepada beberapa anak laki-laki.
Sehingga aku meyakini, bahwa ‘3 (tiga) menjadi 4 (empat)’ itu
sesungguhnya merujuk kepada Saat Kelahiranku. Yakni, aku lahir di Tahun Ke-4
setelah Nubuatan itu dicanangkan pada tahun 1886; yakni aku dilahirkan pada
tahun 1889, atau 4 (empat) tahun sesudah itu, ialah setelah masa 3 (tiga) tahun
berlalu. Begitulah maksud dari ‘3 (tiga) menjadi 4 (empat)’. Kemudian, aspek: ‘Adalah Senin. Senin yang
berberkat.’, memiliki berbagai tafsiran. Tetapi aku memperoleh
keyakinan-Ilahiyah, bahwa: ‘Isnain’ atau Senin [dalam hisab Hijriah Qamariyah]
adalah Hari Ketiga dalam seminggu. Dan pada setiap pergerakan kerohanian para
Rasul Allah dan para Khalifah Penerusnya, memiliki Zamannya masing-masing. Zaman Kerasulan, memiliki ruhnya yang khas.
Begitupula pada Zaman Kekhalifahan. Dan
di Akhir Zaman ini, Era Pertamanya adalah Zaman Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Era
Kedua adalah Zaman Hazrat Khalifatul Masih I (Awwal) r.a., dan Era Ketiga
adalah Zaman Al Muslih Mau'ud ini.
Aspek lainnya dari wahyu Hadhrat
Masih Mau'ud a.s. tersebut adalah 'Fazli Umar' [nama julukan bagi anak lelaki
yang akan dilahirkan itu] semakin memperkuat pengertian ini.
Yakni, Hazrat Umar r.a. adalah
Khalifah Ketiga sepeninggal Hadhrat Rasulullah SAW.
Jadi, 'Isnain [atau Senin], Senin
yang berberkat' ini tidak menekankan kekhususan atau berberkatnya sesuatu hari.
Melainkan, aku adalah merupakan orang ketiga dari antara mereka yang akan
dibangkitkan untuk mengkhidmati risalah ini.
Kemudian, Hazrat Muslih Mau'ud r.a.
bersabda, bahwa Nubuatan ini pun
menzahir kepada diriku jika ditilik dari berbagai karya hasil dari tanganku.
Yakni, aku mencanangkan gerakan Tahrik
Jadid pada tahun 1934 sebagai reaksi atas situasi [external] yang berada di
luar kekuasaanku. Yakni ketika pihak Pemerintah pada waktu itu bersiasat akan
melakukan suatu langkah yang keras terhadap Jama'at, seiring dengan siasat
buruk yang ditebar oleh Gerakan Ahrar kepada Jama'at, maka Allah Taala
menggerakkan kalbuku untuk memulai Gerakan Tahrik Jadid pada tahun 1934 itu.
Aku telah merencanakan berbagai tujuannya selama 10 (sepuluh) tahun pertama.
Yakni, pada setiap akhir periode pengorbanan selalu ada saat Id (perayaan)-nya.
Maka pada akhir 10 (sepuluh) tahun pertama Gerakan Tahrik Jadid ini pun akan
ada saat perayaan Id-nya, yang harinya diawali pada hari Senin. Jadi, aku telah menjelaskan bahwa Allah Taala memberitahukan
melalui perkataan-Nya tersebut, bahwa ketika agama Islam sudah terjatuh dalam
kondisi yang dhoif, maka suatu
Gerakan untuk Pertablighan pun ditegakkan. Dan berbagai keberhasilan yang
dicapainya merupakan periode yang berberkat bagi Jama'at.
Kemudian, bagian wahyu Nubuatan:
‘Ia datang ke dunia untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit dengan sifat Al-Masih nya dan keberkatan Rohul Qudus'. Hazrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda: Aku
melihat dalam suatu kasyaf: Aku memiliki sedemikian banyak patung berhala yang
patah-patah. Hal ini mengisyaratkan penyembuhan berbagai penyakit melalui
keberkatan Rohul Qudus. Dan Rohul Qudus menekankan kepada adanya ghairah Tauhid
Ilahi. Lalu, aku pun bermimpi-kasyaf:
Aku sedang berlari-lari, namun tanah yang berada di bawah telapak kakiku
menjadi mengkerut. Selanjutnya, di
dalam Nubuatan itu dikatakan: 'Ia akan tumbuh pesat tinggi menjulang.’
Kemudian aku mendapat mimpi kasyaf:
Aku bermuhibah ke banyak negara, akan tetapi tampak tugas missi-ku belum
rampung juga, maka akupun bermaksud berperjalanan lebih jauh lagi.’
Lalu aku bermimpi-kasyaf yang di
dalamnya aku berucap:’Wahai hamba Allah yang bersyukur. Aku akan terus
bermuhibah. Namun akan memeriksa dengan seksama pada setiap akhir safar
tersebut: Apakah Tauhid-Ilahi sudah sungguh ditegakkan? Dan berbagai praktek
kemusyrikan telah dihancurkan? Lalu apakah falsafah ajaran Islam dan Hadhrat
Masih Mau'ud a.s. telah tertanam di dada !?
Kemudian Nubuatan itupun mengatakan: 'Ketenarannya akan menyebar-luas ke
seluruh pelosok dunia ', Dan wahyu ini sungguh telah zahir dengan
terang-benderang.
Jadi, Hazrat Muslih Mau'ud r.a. biasa menjelaskan berbagai aspek di dalam wahyu Nubuatan tersebut melalui mimpi-mimpi kasyaf petunjuk-Ilahi.
Jadi, Hazrat Muslih Mau'ud r.a. biasa menjelaskan berbagai aspek di dalam wahyu Nubuatan tersebut melalui mimpi-mimpi kasyaf petunjuk-Ilahi.
Ketika beliau mulai memangku
jabatan Khilafat, setengah orang suka memperolok-olok sebagai anak kecil. ‘Suatu
kali aku mendengar gunjingan beberapa orang di masjid yang bersebelahan dengan
tempatku, bahwa Jama'at ini sedang akan mengalami kemusnahan karena menempatkan
seorang anak kecil pada suatu jabatan yang begitu penting. Maka akupun menjadi
heran dan penasaran: Anak kecil yang mana dan di mana? Kemudian aku bertanya
kepada mereka yang di masjid itu: Apa yang mereka maksudkan? Mereka pun tertawa dan berkata: Tuanlah anak
kecil itu ! Jadi, perkataan para pengghibat itu justru membenarkan Nubuatan,
''Ia akan tumbuh pesat tinggi menjulang’, karena selang beberapa bulan
kemudian, orang-orang yang sama itu pun menyebutku sebagai penyihir. Yakni,
meskipun mereka menganggapku sebagai anak kecil, tetapi Allah Taala telah
mengamanatkan suatu jabatan kerohanian yang sedemikian penting kepadaku. Pada sesuatu jabatan duniawi, orang dapat
memanfaatkan potensi orang-orang di sekelilingnya; kekuasaan, harta-benda,
dlsb. Tetapi aku ini diserahi suatu jabatan kerohanian dengan uang Kas hanya
beberapa Rupees saja, ditambah dengan sejumlah hutang besar yang bertumpuk. Dan
orang-orang yang harus bertanggung-jawab adalah para pembangkang itu; yang
ketika mereka memisahkan diri mereka pun menebar kewaswasan, bahwa: Orang
Kristen segera akan mengambil-alih Gedung Madrasah di Qadian. Yakni, dari segi materi: Tak ada lagi yang
tersisa; dan para pembangkang bersenang-senang sambil berkata, bahwa: Orang
yang diserahi jabatan ini akan mengalami kebangkrutan! Maka dapat dibayangkan apa yang dirasakan
oleh segenap Jamaah pada waktu itu. Akan
tetapi tak lama kemudian, dan juga ketika Hazrat Muslih Mau'ud r.a. mendakwakan
diri, segalanya sudah sangat jauh berbeda. Jama'at sudah tumbuh berkembang
ratusan kali lipat. Pesan tabligh Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah sampai ke seluruh
pelosok dunia. Kas Bendahara yang semula hanya disisakan beberapa Rupees saja,
kini sudah terisi ratusan ribu Rupees. Sehingga kalau pun aku mangkat dari
dunia ini sekarang juga, aku telah dapat mewariskan ratusan ribu Rupees,
ditambah dengan khazanah ilmu agama yang tak terhingga. Walhasil, aspek Nubuatan-Ilahi: ”Ia akan
tumbuh pesat tinggi menjulang’, telah menzahir sedemikian agungnya.
Demikian pun ketika Hadhrat Masih
Mau'ud a.s. mengumumkan Nubuatan-Ilahi ini: Pihak musuh sedang menyerang dari
berbagai jurusan. Ini hanya karena beliau mendakwakan diri banyak menerima
wahyu-Ilahi. Belum mendakwakan diri sebagai Mujjadid ataupun Al Masih Yang
Dijanjikan. Pada saat seperti itulah,
beliau mendakwakan telah menerima Nubuatan-Ilahi: Akan dikaruniai seorang anak
laki-laki dengan sifat-sifatnya yang istimewa.
Maksudnya, manakala kita diingatkan tentang akan datangnya suatu
perwakilan, tiada lain adalah untuk memperlihatkan keagungan tuannya.
Haqiqat tujuan dari Nubuatan-Ilahi
ini untuk menunjukkan bahwa melalui Al Muslih Mau'ud, kemuliaan nama Nabi Karim
Hadhrat Musthafa Muhammad Rasulullah SAW dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. akan sampai
ke seluruh peloksok dunia. Nubuatan
tentang Al Muslih Mau'ud ini telah zahir dengan penuh keagungan. Pada zaman Hadhrat Masih Mau'ud a.s. pesan
tabligh beliau hanya mencapai Afghanistan meskipun dengan Tanda-Ilahi yang
signifikan. Di beberapa tempat lainnya hanya khabar risalah beliau saja yang
sampai. Mlv.Khawaja KamaludDin memang
berangkat ke London, tetapi ia berpendapat: Tidak perlu menyebut nama Hadhrat
Masih Mau'ud a.s. ataupun Jama'ah Ahmadiyah. Sehingga nama diri sendirinya
sajalah yang banyak dikenal. Akan tetapi
pada zaman Al Muslih Mau'ud menjadi Khalifatul Masih, tabligh risalah beliau
a.s. [bukan saja mencapai Inggris dengan gemilang] tetapi juga berhasil
merambah ke Sumatera, Jawa, China, Mauritius, berbagai negara di Afrika, Mesir,
Palestine, Iran, beberapa Negara Arab dan juga Europa. Di beberapa negara jumlah anggotanya mencapai
ribuan orang, tetapi di berbagai tempat lain mencapai hingga ratusan ribu
orang.
Kemudian, aspek Nubuatan itu
menyebutkan, bahwa: ‘Ia akan dipenuhi dengan ilmu ruhani maupun duniawi’. Hazrat
Muslih Mau'ud r.a. bersabda, bahwa: Aku ini tidak diperintahkan untuk sesumbar mendakwakan
sesuatu. Namun akupun tak bisa menyembunyikan fakta bahwa Allah Taala telah
menolongku dalam tulisan maupun ucapan yang berkaitan dengan Islam dan
memerlukan tafsir yang rinci; yang jika dikesampingkan, tabligh Islam ke
seluruh dunia tak akan berhasil. Banyak aspek di dalam Al-Quran Karim yang
dapat membuat setengah orang tak faham dengan situasi zamannya, terkecuali
dengan tafsiran yang merujuk kepada Ayat-ayat Al Quran lainnya. Dan dengan
karunia Allah Taala, berbagai permasalahan tersebut telah dapat terselesaikan
melalui diriku. Islam telah merosot ke tahap yang lemah dan rawan-perpecahan,
yang melalui Hadhrat Masih Mau'ud a.s. penjagaannya telah ditegakkan kembali.
Akan tetapi pada zaman beliau itu,
belum ada serangan budaya modern sebagaimana kini terjadi. Maka, atas kehendak
Allah Taala, sesuai dengan Nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud a.s.: Telah
diistimewakan seorang insan dengan Kalimah-Nya dan dikaruniai Rohul Qudus,
serta dipenuhi dengan ilmu ruhani maupun duniawi yang dapat mengalahkan serangan
budaya pihak lawan yang merujuk kepada sunnah Hadhrat Rasulullah SAW dan
petunjuk Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sebagaimana yang dimaksudkan oleh Al Quranul
Karim, sehingga Islam pun terlindungi ! Walhasil, Allah Taala meridhoi berbagai
macam tulisanku.
Hazrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda,
bahwa: Terkecuali hingga Allah Taala mengabariku, bahwa aku adalah
sungguh-sungguh perwujudan dari Nubuatan mengenai Al Muslih Mau'ud, akupun
hanya berdiam diri. Aku hanya berucap
jika Allah Taala mengabarkan agar aku menyampaikannya; dan dengan karunia-Nya juga terciptalah
berbagai situasi yang [tampak antagonis tetapi justru] mendukung kebenaran
Nubuatan itu. Ditambah lagi banyak orang yang mendapat berbagai mimpi-kasyaf
yang maknanya tiada lain adalah pengulangan mimpi-kasyafku. Salah seorang di
antaranya bermimpi melihat seorang malaikat menyeru nama Hazrat Muslih Mau'ud
kemudian mengumumkan bahwa nama beliau akan disertakan dengan nama-nama para
rasul Allah. Seorang lainnya mendapat mimpi-kasyaf, bahwa Hazrat Muslih Mau'ud
r.a. berdiri di atas sebuah Menara kemudian menyeru kalimah, Alaysallahu bikafin abdahu:
Yakni, 'Apakah Allah tak cukup bagi hamba-Nya ?...[Dan mereka, menakut-nakuti engkau dengan orang-orang yang selain Dia.
Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka baginya tiada seorangpun pemberi
petunjuk]'
(QS.39/AlZumar : 37).
Hal ini adalah memang wahyu-Ilahi
di antara berbagai wahyu pertama yang diterima oleh Hadhrat Masih Mau'ud a.s..
Tetapi menyeru Kalimah-Ilahi tersebut dari ketinggian sebuah Menara, menandakan
bahwa Allah Taala akan lebih memperkuat lagi pertablighan Islam Ahmadiyah
melalui Al Muslih Mau’ud.
Menerangkan salah satu dari
berbagai mimpi-kasyaf beliau, Hazrat Muslih Mau’ud r.a. menyampaikan, bahwa:
Sebagaimana telah aku kemukakan kepada beberapa orang karibku pada awal-awal
tahun Pertama Khilafah Ahmadiyah
[1908-1914]: Aku melihat Sheikh RahmatUllah Sahib berhasrat ingin tahu:
Siapakah yang lebih tinggi perawakannya: Maulvi Muhammad Ali Sahib-kah atau
diriku? Meskipun aku berusaha mengelak, tetapi Sheikh Sahib memaksanya. Pada
kehidupan nyata, Maulvi Muhammad Ali Sahib ini adalah lebih tinggi.
Akan tetapi ketika Sheikh sahib
menempatkan diri kami berdampingan di dalam mimpi-kasyaf itu, ternyata diriku
yang lebih tinggi. Maka Sheikh Sahib mencari-cari sebuah meja; kemudian
menyuruh Maulvi Sahib untuk berdiri di atasnya. Tetapi tetap saja diriku yang
lebih tinggi. Maka, Sheikh Sahib pun menempatkan sebuah bangku tinggi di atas
meja itu, lalu menyuruh Maulvi Muhammad Ali berdiri lagi di atasnya. Ternyata
tetap saja ia lebih pendek dari diriku. Maka Sheikh Sahib pun mengangkat tubuh
Maulvi Muhammad Ali agar menyamai ketinggian tubuhku, tetapi hanya tampak kedua
kakinya saja yang menggelantung dengan sepasang tumit kakinya yang berada
sebatas dengan siku tanganku. Jadi,
Allah Taala telah mengabariku tentang banyak hal, yang akan terjadi di kemudian
hari melalui berbagai mimpi-kasyaf.
Meskipun pada waktu mimpi-kasyaf
itu aku dapatkan Khawaja Kamalud Din yang sedang meradang, bukan Maulvi
Muhammad Ali, maka mimpi-kasyaf Ilahi tersebut mengisyaratkan perkara lain yang
akan datang. Yakni, tampak kemudian Maulvi Muhammad Ali Sahib yang semakin
rendah dibandingkan Al Muslih Mau'ud, meskipun ia sudah sedemikian banyak
menghabiskan tenaga dan pikiran untuk mempopulerkan namanya, namun dalam
pandangan Allah Taala, yang dimuliakan-Nya itu adalah justru mereka yang
minoritas.
Walaupun pada awalnya para
pembangkang itu menyebut diri mereka sebagai Kelompok Mayoritas 95%, sedangkan
sisanya hanya 4% atau 5%, sehingga kata mereka, mayoritas Jama'ah itu tidak
bisa disebut berbuat makar. Namun ketika gerakan penyempalan di dalam Jama'at itu dimulai, aku menerima
wahyu-Ilahi: “Kami akan menghancurkan mereka hingga berkeping-keping”. Yakni,
mereka yang menyebut diri sebagai Mayoritas 95% itu akhirnya sungguh hancur
berkeping-keping sesuai dengan wahyu-Nya. Sebelum mangkat dari dunia ini,
Khawaja KamaludDin; menulis, bahwa: Wahyu-Ilahi yang Mirza Mahmood telah
umumkan mengenai diri kami memang telah sempurna. Kini kami telah menjadi
hancur berantakan !
Allah Taala seringkali mewujudkan Zat-Nya kepadaku dalam menzahirkan berbagai aspek di dalam Nubuatan ini, yakni: Ia akan memiliki kemuliaan Rohul Qudus-Nya. Banyak orang yang bertanya hikmah dibalik lamanya pendakwaan diriku sebagai Al Muslih Mau'ud meskipun sudah lama pula banyak karib kerabat yang menyandangkannya kepada diriku. Padahal, hikmah besar dibalik semua itu adalah sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam Al Quranul Karim:
[Dan, demikianlah Kami menjadikan kamu
satu kaum yang mulia supaya kamu menjadi penjaga manusia dan agar Rasul itu
menjadi penjaga kamu. Dan, tidak Kami jadikan qiblat yang kepadanya dahulu
engkau berqiblat melainkan supaya Kami mengetahui orang yang mengikuti Rasul
dari orang yang berpaling di atas kedua tumitnya. Dan, sesungguhnya hal ini
berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah] '…Dan, Allah tidak akan menyia-nyiakan
iman-mu…' (QS. 2/Al-Baqarah : 144).
Yakni, manakala Allah Taala
mengirim Seseorang Yang Dijanjikan sepeninggal dibangkitkan-Nya Rasu-rasulNya,
tentulah Dia tidak akan menjerumuskan suatu Jamaah yang didirikan-Nya, menjadi
kufur. Melainkan, justru Dia ciptakan situasi yang membuat sebagian besar insan
cenderung untuk menerima utusan-Nya itu. Yakni, manakala mereka menyaksikan
Nubuatan-Ilahi dari Hadhrat Masih Mau'ud a.s. itu menzahir kepada diriku,
keimanan mereka pun semakin teguh. Jadi, hikmah alasan mengapa pendakwaannya
sedemikian lama kemudian, ialah karena Allah Taala tak ingin membuat kaum
Mukminin berada dalam dua kali deraan. Oleh karena itu, pertama-tama Dia
menjadikannya terlebih dahulu sebagai Khalifatul Masih (II) agar seluruh
Jama'ah menyatakan Baiat Kesetiaannya kepada beliau; kemudian Allah Taala pun
memudahkan penzahiran Nubuatan Al Muslih Mau’ud-Nya tersebut. Yakni, bila
realitas perwujudannya di hadapan Jama'at sudah sedemikian terangnya seterang
di siang hari, maka insan yang Dijanjikan-Nya itupun dikaruniai-Nya ilmu ruhani
maupun duniawi sehingga bumi dan langit pun akan membenarkannya, sehingga
orang-orang yang beriman terlindung dari kecenderungan untuk menolak atau
menyangkalinya.
Semoga Allah Taala melindungi
keimanan Kaum Ahmadi. Dan hendaknya pula kita berhasil mendapatkan ilmu ruhani
Hazrat Al Muslih Mau'ud r.a. ini dengan sebanyak-banyaknya, baik yang di dalam
Bahasa Urdu maupun dalam berbagai Bahasa lainnya.
Selanjutnya, Salat Janazah Ghaib akan kita lakukan untuk Sufi Nazir Ahmad Sahib yang telah meninggal dunia pada tanggal 7 Pebruari yang lalu di Jerman.
Selanjutnya, Salat Janazah Ghaib akan kita lakukan untuk Sufi Nazir Ahmad Sahib yang telah meninggal dunia pada tanggal 7 Pebruari yang lalu di Jerman.
(transl.MAS/Wasayya&DiyafatJamaatLA-W
/02242016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar