Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.: Mutiara-mutiara Hikmah
Disampaikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad Atba,
Disampaikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad Atba,
Khalifatul Masih
Al-Khamis, di Masjid Baitul Futuh, London UK
Setelah mengucapkan
"Assalamo-Alaikum wa Rahmatullah", tasyahud, syahadat, ata’awudz, dan
tilawat Surah Al-Fatihah, Hazoor Aqdas Atba bersabda: ‘Di dunia ini, banyak
orang yang ikut ambil bagian dalam berbagai macam perbincangan yang tak
berfaedah. Mengoceh atau bergurau satu-sama lain tanpa tujuan, yang akhirnya
berujung kepada silang pendapat dan pertentangan. Berbicara tanpa berpikir
terlebih dahulu, sia-sia dan melantur serta tak berfaedah yang hanya berakibat
kepada berbagai kesulitan dan perseteruan.
Padahal Al Quranul Karim telah melarang orang-orang mukmin untuk berkecimpung
dalam perkara yang laghwi (tak
berfaedah). Hazrat Muslih Mau'ud (ra)
menyampaikan nasehat ini dengan suatu contoh yang biasa diberikan oleh Hazrat
Masih Mau'ud (as).Al Quran Karim menyatakan:...’wa idza marruu bilaghwi, marruu kiraman’.
...Dan apabila mereka melalui sesuatu hal yang laghwi, sia-sia, mereka
berlalu dengan sikap yang mulia; (QSrh.25/Al-Furqan : ayat 73). Yakni,
sifat orang mukmin itu adalah tidak memperdulikan suatu perbincangan yang
bersifat laghwi.
Contoh yang diberikan adalah cerita
mengenai seorang wanita yang suka menyampaikan berbagai hal yang laghwi (sia-sia). Namun, sekarang ini kaum pria pun suka
berbuat seperti itu.
Kaum wanita suka mengoceh: Barang
ini itu betapa mahal harganya, dan dibeli-nya pun di suatu tempat yang mewah. Jadi,
begitulah salah contoh dari berbagai hal yang laghwi duniawi, sia-sia tidak mendatangkan faedah, selain dampak
negatif terhadap beberapa wanita lain yang duduk di dekatnya. Yakni, sebelum
wanita yang seperti itu menjelaskan mengenai barangnya, ia tidak akan merasa
puas.
Hazrat Masih Mau'ud (a.s)
menuturkan kisah: 'Ada seorang wanita yang memiliki sebuahcincin emas yang
sangat indah, tetapi tak ada orang yang memperdulikannya, sehingga ia pun
menjadi masygul. Maka ia pun membakar rumahnya. Ketika orang ramai berdatangan
dan bertanya: Apa saja yang berhasil diselamatkan ? Ia menjawab: Tak ada.
Kecuali hanya cincin emas ini saja. Seorang wanita lainnya bertanya: Kapan ibu
mendapatkan cincin emas yang sangat indah itu ? Ia menjawab: Seandainya kamu
mengajukan pertanyaan ini sejak dulu, tentulah aku tak akan membakar rumahku
ini !
Hazrat Muslih Mau'ud (r.a)
bersabda: Tetapi kebiasaan buruk ini bukan hanya terjadi pada kaum wanita saja,
bahkan kaum lelaki pun menderita penyakit yang sama itu. Yakni, setelah
mengucapkan Assalamo Alaikum, mereka pun bertanya: Tuan ini dari mana? Hendak
ke mana? Gajinya berapa ? Apa perlunya mengajukan beberapa pertanyaan seperti
itu ?
Padahal orang Barat pun tak pernah
iseng bertanya mengenai gaji, pendidikan ataupun pekerjaan orang lain! Jadi,
hal-hal yang laghwi sia-sia itu bukan
hanya yang dapat menyinggung perasaan orang lain saja, tetapi juga yang hal-hal
tidak berfaedah harus dihindari.
Hazrat Masih Mau'ud a.s.
mengkategorikan hal-hal tersebut sebagai tak membahayakan, tetapi juga tak
mendatangkan faedah, atau sia-sia yang harus dihindari oleh orang mukmin. Jadi,
syarat bagi seorang mukmin haqiqi itu adalah: Semua perbincangannya harus
berhikmah, berfaedah; dan menghindari hal-hal yang sia-sia tiada guna. Akan
tetapi bila kita adakan survey maka akan ditemukan, bahwa: Ternyata banyak
orang yang tenggelam dalam laghwiyat
seperti itu.'
Hazrat Masih Mau'ud (a.s) pun suka
menyampaikan kisah berikut ini: Suatu kali ada seorang awam yang ketika sedang
berjalan di kota Lahore menyaksikan sejumlah kumpulan orang yang menangis keras
penuh penyesalan. Setelah diteliti, ternyata disebabkan telah mangkatnya
Maharaja Ranjit Singh. Ini karena banyak Raja-raja, selain Maharaja Ranjit
Singh, yang dzalim. Sedangkan Maharaja Ranjit Singh berhasil menegakkan
keamanan bagi semua pihak. Juga memberi kedamaian dan keamanan bagi Kaum
Muslimin. Banyak orang Muslim yang bekerja sebagai pejabat tinggi pada
pemerintahannya, termasuk ayahanda Hazrat Masih Mau'ud (a.s) [Mirza Ghulam
Murtadha sahib]. Maka ada seseorang yang menjadi penasaran: Mengapa banyak
kalangan masyarakat yang menjadi sedemikian berduka atas kematiannya? Sebab,
ayahku pun sudah meninggal, tetapi mengapa Maharaja Ranjit Singh ini sedemikian
dicintai?
Jadi, hikmah tarbiyah yang Hazrat
Masih Mau'ud a.s. hendak kemukakan dari cerita ini: Sesuatu hal yang sangat
berkesan bagi seseorang adalah yang dirasakan sangat berfaedah bagi dirinya. Yakni,
meskipun Maharaja Ranjit Singh ini telah memberi pengaruh kepada ribuan orang,
tetapi orang itu tak perduli. Sebab, bagi dirinya ayahnya yang sangat
memperhatikan kesejahteraan dirinya adalah yang lebih penting.
Namun, beberapa hal kecil pun akan tampak besar disebabkan sangat dibutuhkan pada saatnya. Sebaliknya pula: Dikarenakan keterbatasan ilmu hikmah yang kita miliki: Sesuatu hal yang besar dapat dianggap tiada artinya; sebagaimana seorang anak kecil yang diberi sebutir berlian; apakah ia akan memperdulikannya?
Maka kita harus fokus pada
menghormati asyarakat luas secara
keseluruhan, tidak hanya sebatas lingkungan kita yang kecil. Yakni, bila
seorang Ahmadi berhasil melakukan sesuatu prestasi yang baik di masyarakat,
maka hasilnya bukan hanya untuk reputasi dirinya saja, melainkan juga kepada nama Jama'at. Maka,
berbagai usaha pertablighan pun akan lebih menampak apabila kita memperluas
ruang lingkupnya. Dunia akan segera menyadari bahwa hanya ajaran Islam haqiqi
sajalah yang akhirnya dapat menghasilkan perdamaian yang sejati.
Ada sebagian orang yang
mengorbankan suatu hal yang kecil lalu berpikir bahwa ia sudah mengerjakan
sesuatu atau memberikan sesuatu bantuan yang besar.
Hazrat Masih Mau'ud (a.s) suka menyampaikan suatu kisah yang menggambarkan orang-orang yang bertabiat seperti itu, yakni: Ada seseorang yang menerima dan melayani tamu di rumahnya sedemikian rupa di luar batas kemampuannya. Ketika akhirnya tamu itu berpamitan, si tuan rumah menyampaikan permohonan maaf bila ada beberapa kekurangan berhubung sang istri sakit dan sesuatu hal lainnya. Sang tamu menjawab: Aku tahu dari cara tuan berbasa-basi ini sebetulnya tuan menginginkan pujian dari kami. Tapi sesungguhnya tuanlah yang harus berterima-kasih. Aku mengetahui niat tersembunyi tuan. Tak tahukah tuan, sesungguhnya aku dapat membakar rumah ini ketika tuan sedang sibuk menyiapkan makanan. Tapi aku tak melakukannya. Maka bukankah hal ini merupakan kebaikanku? Maka berterima-kasihlah kepadaku! Akhirnya, justru si tuan rumah itulah yang berterima-kasih kepada tamunya. Jadi, seorang mukmin haqiqi itu senantiasa bersyukur kepada orang lain, alih-alih mengharap-harap ucapan terima kasih dari mereka.
[Kisah lainnya adalah]: 'Suatu hari
ada seorang Raja yang sedemikian terpengaruhnya oleh seorang Pir [Paranormal]
sehingga sering mengatakan kepada salah seorang penasehat ahlinya, bahwa ia pun
harus datang menemuinya. Akan tetapi sang penasehat raja mengetahui realitas
sebenarnya Pir itu, maka ia pun selalu mempunyai alasan untuk menghindarinya.
Maka ketika suatu hari sang Raja ini pergi untuk menemui Pir itu, dibawanyalah
si penasehat ini. Ternyata kemudian Pir ini membuat kesalahan besar mengenai
suatu sejarah, yang dibeberkan dan dikoreksi total oleh sang penasehat Raja
itu. Sehingga akhirnya sang Raja ini pun tidak menghormatinya lagi. Hazrat Masih
Mau'ud a.s. sering menuturkan cerita disertai nasihat agar kita senantiasa memiliki
pengetahuan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan kita. Sangatlah
penting untuk memahami berbagai tradisi dan budaya daerah yang akan dikunjungi.
Sekarang ini para Mubaligh kita
sering mendapat pertanyaan tentang berbagai hal yang terjadi di dunia. Oleh
karena itu, para Mubaligh hendaknya memiliki pengetahuan luas mengenai:
Sejarah, Geografi, Pengobatan, Cara Berpidato yang Baik, Cara Menyelenggarakan
Suatu Majlis-Irfan yang Baik, dlsb. Minimum hingga ke taraf pengetahuan yang
diperlukan untuk menghadiri dan berinteraksi di dalam beberapa Majlis Irfan
yang dihadiri oleh orang-orang yang terhormat. Hal ini tidaklah sulit untuk dicapai. Hanya
diperlukan sedikit usaha. Bacalah berbagai buku pendahuluan mengenai hal itu
semua. Selain daripada itu, kadangkala juga, manakala para Mubalighin mendapat
pertanyaan mengenai berbagai situasi yang sedang terjadi, mereka pun tak dapat
menjawabnya dengan baik disebabkan tidak berusaha untuk senantiasa
memperbaharui pengetahuan mereka mengenai berbagai situasi yang kini tengah
terjadi di dunia. Atau, tidak berusaha untuk lebih memperdalamnya lagi. Dalam
keadaan demikian kadang-kala membuat orang-orang duniawi segera berlalu dengan
suatu kesan yang buruk. Atau kadang-kala pula kami menerima beberapa keluhan
mereka.
Kemudian Hazrat Masih Mau'ud (a.s) menyampaikan: Ada seorang kaya memiliki 2 (dua) orang anak laki-laki, yang kepada mereka dibagikannyalah harta bendanya. Si adik segera pergi jauh dan berfoya-foya dengan hartanya itu. Ketika segalanya sudah habis, ia pun menjadi buruh kasar. Akan tetapi upah yang diterimanya untuk makan pun tak cukup. Sedangkan ayahnya memperkerjakan banyak buruh dengan upah yang layak. Maka ia pun memutuskan untuk kembali kepada Bapaknya itu untuk minta pekerjaan. Sang Bapak yang sangat bersuka-cita, menerimanya, bahkan merayakannya dengan menyembelih seekor hewan qurban untuk memuliakan dan menyatakan kegembiraan.
Ketika si kakak datang, ia tidak
senang menyaksikan perlakuan sang ayah atas kembalinya si adik yang dirayakan
sedemikian rupa, padahal si adik itu telah menyia-nyiakan hartanya sendiri.
Maka ia pun memprotes sang Bapak: Aku ini adalah anak yang senantiasa itaat
kepada engkau. Tetapi tidak pernah diperlakukan seperti adikku ini. Sang Bapak
menjawab: Ya, engkau selalu besertaku di sini; dan segala apa yang aku miliki
ini adalah milikmu juga. Tetapi semua kesuka-citaan yang tengah dirayakan ini
disebabkan anakku yang sesat dan mati sudah diketemukan dan hidup kembali.'
Jadi, hikmah cerita ini adalah:
Jika seorang insan mengakui sepenuh ikhlas segala kekhilafan dan dosa-dosanya
di hadapan Allah Taala, maka Allah Taala pun akan menghampirinya dengan Sifat
Rahimiyyat dan menerima taubatan-nasuha-nya.
Oleh karena itu, belajarlah untuk memaafkan sesama saudaramu yang datang dengan
ikhlas untuk mengakui kesalahannya.
Juga mendoakan bagi mereka yang tidak mau meminta maaf. Perkuatlah ketahanan diri pribadi jangan sampai terpancing emosi.
Juga mendoakan bagi mereka yang tidak mau meminta maaf. Perkuatlah ketahanan diri pribadi jangan sampai terpancing emosi.
Hazrat Masih Mau'ud a.s pun sering
menyampaikan kisah ini: Ada seorang Raja
yang suka banyak memakan terong. Ketika
pelayannya mengetahui hal ini, ia pun memuji berbagai khasiat terong. Namun, beberapa
hari kemudian sang Raja menjadi jatuh sakit karenanya. Sehingga iapun tak suka
lagi memakan terong. Maka sang pelayan pun membicarakan tentang keburukan
terong. Seseorang yang menyaksikan hal ini menegur sang pelayan: Bagaimana
mungkin kamu yang pada beberapa hari yang lalu memuji-muji khasiat terong,
sekarang malah mencercanya! Sang pelayan menjawab: karena aku adalah seorang
pelayan Raja; bukan pelayan terong!
Jadi, inilah sifat yang
diperlihatkan oleh Kaum Muslimin sekarang.
Alih-alih menunjukkan keselarasan antara ucapan dengan perbuatan, kita
menyaksikan mereka sebagai kaum yang terburuk citranya. Maka tak perlu
dipertanyakan lagi apakah mereka itu berdiri di atas sesuatu kebenaran? Sebab,
manakala mereka melihat sedikit saja keuntungan sesaat, mereka pun berlari ke
arah situ. Baik pemimpin maupun anggotanya, sama saja.
Padahal dengan membina ta'aluq billah itulah yang membuat
seorang insan dapat mengatasi berbagai permasalahannya. Dan hubungan fanafillah ini hanya dapat ditingkatkan
dengan ketaqwaan. Sebagai Ahmadi yang mengaku
telah menerima Al Masih Al Mahdi (a.s), kita seharusnya mempraktekkan ajaran
Islam dan memperbaiki diri. Ber-ta'aluq
billah dan menjalani hidup sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Jika kita
sudah muttaqi dan takut kepada Allah Taala, barulah dapat menyaksikan falah keberhasilan itu. Para malaikat
pun akan membantu kita. Insha'Allah !
Dan yang diperlukan untuk itu
adalah bagaimana caranya menegakkan sikap taqwa dan ber-ta'aluq billah yang haqiqi. Jika seorang duniawi mendapat sesuatu
keuntungan berkat hubungannya dengan orang-orang duniawi lainnya; maka
niscayalah insan-insan yang berhasil mengadakan perhubungan-Ilahi dapat
tertolong ribuan atau bahkan ratusan-ribu kali lipatnya.
[Satu kisah lainnya, adalah]: Ada
seseorang yang akan pergi jauh berperjalanan dan menitipkan sejumlah besar uang
miliknya kepada seseorang. Ketika ia kembali dari perjalanannya, dimintanya
lagi uang itu. Tetapi orang yang dititipi uang tersebut menyangkalnya dengan
berbagai alasan. Maka ia pun mengadukan perkaranya kepada sang Raja, yang
menyanggupi untuk menolong tetapi dengan syarat agar ia mengikuti beberapa
perintahnya yang akan mencitrakan adanya hubungan baik antara dirinya dengan
sang Raja. Pada hari yang ditentukan, sang Raja akrab berbincang dengan orang
tersebut. Maka ketika orang yang dititipi uang melihatnya, ia pun segera
mengembalikan uang titipan itu. Oleh karena itu, mengapa pula kita harus takut
terhadap berbagai penentangan duniawi ? Seharusnya pusatkanlah pikiran
bagaimana caranya menumbuh-kembangkan kecintaan kepada Allah Taala. Falah keberhasilan yang haqiqi adalah meletakkan
diri di pintu Ilahi.
Seorang mukmin yang sejati itu
adalah laksana seorang sahabat yang haqiqi. Yakni, seperti kisah ini: Pada
suatu hari, ada seorang ayah yang mengingatkan anaknya: Sebetulnya tak ada
satupun teman-temanmu itu yang jujur. Mereka hanya ingin memanfaatkan dirimu
saja. Di sepanjang hidupku ini pun hanya berhasil menemukan satu orang sahabat
sejati. Marilah kita buktikan kebenaran ini. Katakanlah kepada semua temanmu,
bahwa ayahmu sudah tidak mampu lagi untuk memberimu tunjangan. Ternyata benar
mereka pun segera menjauh dan mencampakkannya. Ketika anaknya mencoba
menghampiri mereka pun, mereka menolaknya. Maka dilaporkanlah hal itu kepada
bapaknya, bahwa ternyata benar semua kawannya itu tidak setia. Sang ayah
berkata: Sekarang aku akan memperkenalkan padamu sahabat sejatiku.
Lalu, mereka berdua mendatangi
rumah sahabatnya di kegelapan malam; pintu rumahnya pun diketuk. Tetapi si
teman itu lama tak kunjung keluar untuk menemui mereka; sehingga sang anak
berpikir bahwa sifat teman ayahnya itu sama saja. Tapi tak lama kemudian ia pun
keluar disertai permohonan maaf mengapa menghabiskan waktu yang lama, ternyata
karena ia mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang sangat boleh jadi
diperlukan yakni: pedang, sekantong uang, plus isterinya untuk membantu.
Pedang dimaksudkan sebagai
penjagaan kalau-kalau karibnya itu berada dalam marabahaya. Sekantong uang
sebagai bantuan. Dan isteri untuk membantu merawat, sekiranya ada yang sakit.
Sang teman menjawab: Alhamdulillah
aku dalam keadaan sehat walafiat dan tak memerlukan sesuatu apapun. Aku datang
hanya ingin memberi pelajaran seperti ini kepada anakku.' Jadi, inilah
permisalan untuk membuktikan jika memang ada hubungan yang baik. Maka hubungan
kita dengan Allah Taala haruslah menghasilkan sesuatu yang jauh lebih besar
daripada itu.
Orang mukmin haruslah banyak berdoa kepada Allah Taala dengan sepenuh ikhlas, karena Allah Taala telah menyediakan berbagai kenyamanan bagi diri kita. Allah Taala telah memenuhi berbagai keperluan kita tanpa hitungan. Maka jika kita tidak memenuhi berbagai kehendak-Nya, tentulah akan merasakan suatu kekecewaan. Oleh karena itu, jika ada yang tidak melaksanakan kewajiban ibadat, perbaikilah. Jika ada yang tidak mendahulukan kepentingan agama, tingkatkanlah. Mereka yang berhijrah ke negara-negara Barat dengan karena Jama'at (dipersekusi) tetapi tidak melakukan kewajibannya, perbaikilah.
Bersedialah setiap saat untuk berkorban demi Allah Taala. Jika cinta sejati kepada Allah telah nyata, tentulah tak perlu lagi rasionalitas. Jika kita mengaku itaat sejati, tentulah tak perlu klarifikasi. Manakala Allah Taala telah mengilhamkan sesuatu, maka orang-orang mukmin haqiqi akan segera menerima dan menyiapkan segala sesuatu yang Allah Taala kehendaki itu.
Allah Taala membangkitkan
Rasulullah SAW dengan petunjuk hidayah untuk kesejahteraan umat manusia. Dan
beliau telah membuat berbagai macam perencanaan bagi kita untuk mencapai tujuan
tersebut. Kini, 126 atau 127 tahun telah berlalu sejak dimulainya Zaman Baru
[pada tahun 1889] itu. Maka, seberapa banyak dari kita yang sungguh-sungguh
merenungkan: Mengapa pula kita dikaruniai kebahagiaan ini ? Sementara sedemikian
banyak pihak yang masih juga menunggu-nunggu Al Masih Al Mahdi Yang Dijanjikan,
hingga mereka mangkat dari dunia ini. Walhasil, falah keberhasilan dan kebahagiaan ini diberikan disebabkan Allah
Taala telah membangkitkan seorang insan aqdas demi untuk seluruh umat manusia.
Menangis dan tertawa itu diluar
Sifat-sifat Allah Taala. Akan tetapi, disebabkan sedemikian cintanya, Dia pun
dapat menampakkan perasaan-Nya. Yakni, seandainya Allah Taala dapat tertawa,
maka Dia pun akan menertawakan orang-orang yang sedemikian terpana oleh dunia.
Kemudian, Allah Taala pun akan menangis demi menyaksikan insan yang sedemikian
cinta kepada-Nya. Walhasil, permisalan perhubungan persahabatan yang tiada
bandingannya adalah habluminallah
para Rasul dengan Allah Taala. Perhubungan para Rasul Allah dengan Tuhannya
mencapai derajat yang sedemikian luhurnya. Sebagaimana telah disampaikan,
didasari atas persahabatan yang saling mengasihi, seorang karib yang miskin pun
serta merta mempersembahkan: pedang, sekantong aang, dan bahkan isterinya sebagai
bantuan. Walhasil, cinta sejati mampu mengusir akal sehat. Demikian pun jika
terdesak oleh kecemasan, pikiran normal ditinggalkan. Pada realitas kehidupan,
cinta dan derita itu memang nyata.
Manakala Allah Taala Sang Penguasa
Alam Semesta mewahyukan kepada para Rasul-Nya, bahwa Dia memerlukan bantuan,
mereka pun tak berkilah: Bagaimana mungkin aku dapat membantu, sedangkan Engkau
adalah Penjaga Seluruh Alam Semesta ini? Melainkan, mereka itu beseru: Labbaik Allahumma Labbaik Labbaik !
126 tahun yang lalu ketika Allah
Taala menyeru kepada seorang insan di Qadian yang sedang berkhalwat;
yakni: Dunia telah merendahkan Asma-Ku.
Tak ada yang menolong. Wahai engkau makhluk ciptaan-Ku, bantulah Aku ! Maka
insan muhaddas itu pun tak pernah berpikir: Allah adalah Dia Yang Mahakuasa,
mana mungkin aku dapat membantu-Nya? Melainkan, insan Aqdas tersebut serta
merta qiyam tegak berdiri seraya
berkata: Wahai Tuhan-ku, hamba siap, hamba bersedia. Aku akan selamatkan dunia
dengan agama-Mu ini !
Jadi, jika kita menyatakan diri
berada di dalam Jamaah seorang pecinta dan pengabdi sejati Rasulullah SAW; jika
kita sudah meyaqini bahwa Islam kini sudah memasuki era kebangkitannya kembali
dan terus menerus menyebar ke seluruh pelosok dunia; jika kita memasuki
Jamaah-Nya demi untuk membantu Al Masih Al Mahdi (a.s), maka berserulah: Labbaik dan hamba siap bersedia!
Wujudkanlah kecintaan tuan-tuan kepada Allah Taala, kepada Hadhrat Rasulullah SAW dan juga kepada Al Mahdi-Nya! Periksalah diri. Tingkatkanlah standar ketaqwaan. Semoga Allah Taala memberi taufik untuk itu. Ameen! [Selanjutnya Hazoor Aqdas menilawatkan do'a nasehat khutbah tsaniyah].
Wujudkanlah kecintaan tuan-tuan kepada Allah Taala, kepada Hadhrat Rasulullah SAW dan juga kepada Al Mahdi-Nya! Periksalah diri. Tingkatkanlah standar ketaqwaan. Semoga Allah Taala memberi taufik untuk itu. Ameen! [Selanjutnya Hazoor Aqdas menilawatkan do'a nasehat khutbah tsaniyah].
[transl.MAS/03022016/Wasayya&DiyafatJmtLA-W]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar