Mencari dan Memohon Berbagai ‘Hasanah’ [Segala yang
Baik] dari Allah Taala
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat
Khalifatul Masih V Atba
8 Maret 2013 di Masjid Agung Baitul Futuh London
===========================================
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا
بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ
اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
artinya, ‘Dan di antara mereka ada yang mengatakan: ‘Ya
Tuhan kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di
akhirat, dan hindarkanlah kami dari azab Api.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah
: 202).
artinya, ‘Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata: ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami, serta kasihanilah kami karena Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 287).
Adapun falsafah hakikat kiat berdoa berdasarkan kata-kata dari Hadhrat Imam Mahdi a.s., beliau menulis sebagai berikut:
‘Mereka yang berdoa [memohon] sedemikian rupa kepada Allah Taala di saat yang musykil dan musibah serta berusaha mencari solusi atas berbagai kesulitannya itu dari Allah Swt, akan memperoleh kepuasan dan sakinah sejahtera rohaniah yang haqiqi disebabkan Allah Taala mengabulkan permohonan mereka yang dipanjatkan hingga ke batas puncaknya.
artinya, ‘Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata: ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami, serta kasihanilah kami karena Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 287).
Adapun falsafah hakikat kiat berdoa berdasarkan kata-kata dari Hadhrat Imam Mahdi a.s., beliau menulis sebagai berikut:
‘Mereka yang berdoa [memohon] sedemikian rupa kepada Allah Taala di saat yang musykil dan musibah serta berusaha mencari solusi atas berbagai kesulitannya itu dari Allah Swt, akan memperoleh kepuasan dan sakinah sejahtera rohaniah yang haqiqi disebabkan Allah Taala mengabulkan permohonan mereka yang dipanjatkan hingga ke batas puncaknya.
Bahkan
bilapun ia tidak mendapatkan atas apa yang dimohonkannya, namun tetap
dikaruniai Allah suatu kepuasan dan kecukupan yang lain, sehingga tidak
mengalami kekecewaan.
Malahan,
keimanannya semakin kuat, dan keteguhannya semakin meningkat.
Tetapi
bagi mereka yang permohonannya tidak ditujukan kepada Allah Taala, kehidupan
[rohani]-nya akan tetap buta, dan kematiannya pun dalam keadaan buta..….
Mereka
yang berdoa [memohon] sedemikian rupa dengan jiwa yang sepenuhnya ikhlas, tidak
akan pernah merasa kecewa.
Sakinah
[sejahtera rohaniah] tersebut tak akan pernah akan didapatkan dengan harta
kekayaan, tidak dengan kekuasaan, dan tak juga dengan prima-raga. Melainkan,
melalui tangan Allah Taala, yang akan Dia berikan dalam bentuk apapun yang Dia
kehendaki, melalui doa-doa yang dipanjatkan dengan paripurna.
Yakni,
jika Allah Taala telah menghendaki, seorang mukhlisin yang muttaqi akan
memperoleh sakinah di tengah-tengah kegelisahannya setelah permohonan
doa-doanya itu, yang bahkan seorang Kaisar di singgasananya pun tak akan dapat
menikmatinya.
Inilah
falah keberhasilan yang haqiqi, yang
akhirnya dikaruniakan bagi mereka yang senantiasa berdoa.’ (Ayyamus-Suluh,
Ruhani Khaza’in, vol. 14, hlm.237–Essence of Islam Vol. II hlm.207–208).
Inilah ikhtisar falsafah kiat berdoa yang hendaknya menjadi sudut pandang seorang mukmin yang haqiqi.
Inilah ikhtisar falsafah kiat berdoa yang hendaknya menjadi sudut pandang seorang mukmin yang haqiqi.
Yakni,
sangatlah penting untuk memanjatkan doa hingga ke batas puncaknya.
Bawalah
hingga ke suatu titik kemakbulannya, atau qalbu menjadi tenteram. Yakni
ketenteraman yang timbul dari keyakinan, bahwa apapun yang menjadi kehendak Allah
Taala, itulah yang terbaik.
Namun,
orang hanya dapat mencapai pemahaman ini semata-mata atas karunia Allah Taala;
yang oleh karena itu kita pun perlu berdoa untuk dapat mencapainya.
(I) Adapun doa Qurani yang ditilawatkan pertama tadi, [yakni, ‘…Rabbanaa aatinaa fiid-dunyaa hasanataw-wafil aakhirati hasanataw-waqinaa adzaaban-naar’, yakni, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan hindarkanlah kami dari azab Api’ ini telah disampaikan secara khas oleh Hadhrat Rasulullah Saw agar para Sahabah memperhatikannya.
(I) Adapun doa Qurani yang ditilawatkan pertama tadi, [yakni, ‘…Rabbanaa aatinaa fiid-dunyaa hasanataw-wafil aakhirati hasanataw-waqinaa adzaaban-naar’, yakni, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan hindarkanlah kami dari azab Api’ ini telah disampaikan secara khas oleh Hadhrat Rasulullah Saw agar para Sahabah memperhatikannya.
Pada
suatu saat tertentu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pun menyeru Jama’ah beliau untuk
membaca doa ini pada Raka’at terakhir Salat, ketika qiyam ba’da Ruku. Sedangkan Hadhrat
Khalifatul Masih Tsani (II) r.a. menyeru Jamaah untuk membaca doa ini pada
situasi yang lain lagi.
Meskipun
doa ini dapat dipanjatkan setiap saat, namun hendaknya diperbanyak pada
hari-hari ini sehubungan dengan berbagai musibah yang tengah melanda dunia.
Adapun kata Bahasa Arab ‘Hasanah’ (kebaikan) yang dipergunakan di dalam ayat ayat tersebut artinya: keshalihan, faedah, sesuatu yang baik dari segala seginya, dan memiliki hasil yang baik pula.
Adapun kata Bahasa Arab ‘Hasanah’ (kebaikan) yang dipergunakan di dalam ayat ayat tersebut artinya: keshalihan, faedah, sesuatu yang baik dari segala seginya, dan memiliki hasil yang baik pula.
Pada
saat ini Kaum Ahmadi di beberapa negara sedang mengalami saat-saat yang sulit;
yang membuat doa-doa ini menjadi sangat penting..
Beberapa
pihak penentang menginginkan kita Kaum Ahmadi dimahrumkan dari berbagai keberkatan.
Maka
pada situasi seperti itu, [perbanyaklah] doa memohon segala ‘Hasanah’ karunia Allah
Taala tersebut.
Termasuk
pula agar berbagai amal perbuatan kita menjadi sedemikian rupanya sehingga
menjadi ‘Hasanah’ di Akhirat [‘…wafil aakhirati hasanataw-waqinaa
adzaaban-naar.’].
Yakni,
dalam hal pihak musuh berniat mencelakakan business kita, semoga Allah Taala mengaruniai
kita ‘…fiid-dunyaa
hasanah’-Nya yang khas, sehingga siasat buruk mereka itu tidak berhasil.
Semoga
Allah Taala mengaruniai kita ‘Hasanah’-Nya sedemikian rupa, sehingga kita
menerima rezeki yang lebih Halalan-Thayyiban
dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Dan semoga pula lingkungan tetangga kita
adalah mereka yang tidak mendatangkan musibah.
Semoga
kota [tempat tinggal] kita menjadi sumber ‘Hasanah’ bagi kita. Semoga negeri
kita menjadi sumber ‘Hasanah’ bagi kita. Dan semoga berbagai kemudharatan dari
para pelaku keburukan, berbalik menerjang diri mereka sendiri.
Semoga
mereka yang memerintah kita adalah mereka yang memiliki sifat kasih ‘sayang,
muttaqi dan adil.
Di
beberapa negara Muslim, justru mereka yang menjadi Umara yang menganiaya
rakyatnya.
Jika
mereka yang berkuasa saat ini tidak dapat memperbaiki diri, semoga [yang
berikutnya] adalah para umara yang dikaruniai berbagai sifat [akhlak] yang baik.
Semoga teman-teman kita pun adalah mereka yang senantiasa berprasangka-baik, berpengasih dan suka menolong di saat sulit, dan membalas kebaikan dengan kebaikan.
Semoga teman-teman kita pun adalah mereka yang senantiasa berprasangka-baik, berpengasih dan suka menolong di saat sulit, dan membalas kebaikan dengan kebaikan.
Tak
diragukan lagi ada segolongan masyarakat di Pakistan yang hanya mengekor kepada
kaum Maulwi mereka, sehingga mereka pun tega untuk mencelakai Kaum Ahmadi.
Namun,
ada juga di antara mereka itu yang memuliakan nilai-nilai suatu persahabatan.
Yakni,
kita tak dapat mengkritik semua orang Pakistan, atau di manapun keaniayaan
dilakukan terhadap Kaum Ahmadi, kita mengkritik setiap orang.
(1)
Yakni, belum lama ini ada seorang Ahmadi yang diculik di Pakistan, menyurat
kepada saya, bahwa para penculik menuntut sejumlah besar uang tebusan dalam
waktu singkat yang sangat mustahil bagi pihak keluarga untuk menyediakannya.
Maka
para penculik itupun menuntut sejumlah tertentu agar dibayar segera, sedangkan sisanya
berupa garansi [pembayaran] dari seorang ghair-Ahmadi.
Ternyata,
teman ghair-Ahmadi ini bersedia memberikan surat pernyataan jaminan pembayaran,
sehingga orang Ahmadi itupun dibebaskan.
Senyatanya,
teman ghair-Ahmadi ini telah menempatkan hidupnya dalam resiko, demi untuk
menjamin pembebasan teman [Ahmadi]-nya.
Jadi,
masih ada orang-orang [ghair] yang bersedia berkorban demi Kaum Ahmadi, atau
memperlihatkan keshalihan mereka di tengah-tengah situasi buruk yang diciptakan
oleh kaum extremis dan kaum Mullah.
Jadi,
teman-teman yang baik adalah juga salah satu dari antara [‘…fiid-dunyaa hasanah…]
atau ‘…segala hal yang
baik di dunia ini’.
(2) Di negara Mali (Afrika Barat, yang tengah bergolak), kita memiliki satu Stasiun Radio Pemancar [Amatir] yang menjadi sumber pertablighan yang luas.
(2) Di negara Mali (Afrika Barat, yang tengah bergolak), kita memiliki satu Stasiun Radio Pemancar [Amatir] yang menjadi sumber pertablighan yang luas.
Tetapi
kaum Maulwi yang didanai oleh satu negara Arab mengancam Mubaligh kita.
Malahan,
mereka pun ber-propaganda anti-Ahmadiyah, memfitnah Kafir, dlsb yang sungguh
melampaui batas.
Namun,
ketika situasi tersebut diketahui yang sebenarnya oleh pihak ghair-Ahmadi yang
baik, bersikap adil dan berpengaruh, mereka pun memberi jaminan kepada Mubaligh
kita untuk meneruskan syiar tablighnya menyampaikan ajaran Islam Qurani yang haqiqi.
Maka,
ini pun adalah merupakan ‘fiid-dunyaa-hasanah’ juga.
Yakni,
apapun rahmat dan karunia Allah Taala yang kita peroleh, adalah ‘Hasanah’ juga.
Contoh
lainnya adalah: Jodoh yang baik, anak-anak yang shalih, kehidupan yang sehat
wal-afiat, yang dalam pandangan Allah Taala baik bagi kita. Semua itu adalah ‘Hasanah’
juga. Allahu alimul ghaib, Maha
Mengetahui segala yang ghaib. Hanya Dia yang dapat memutuskan segala hal yang
baik bagi kita.
Kita
dapat membuat berbagai pilihan yang salah. Tetapi tidak bagi Allah Taala.
Berbagai
perkara dapat bermunculan, yang bahkan seorang teman yang [semula] dipercaya
pun dapat menimbulkan kerugian ataupun musibah dalam urusan business.
Yakni,
disamping berbagai kesulitan yang terkait dengan Jama’at, dalam kehidupan
sehari-hari pun ada berbagai orang yang dapat menjadi sumber malapetaka.
Maka
jika doa ‘…’Rabbanaa aatinaa fiid-dunyaa hasanataw-wafil aakhirati
hasanataw-waqinaa adzaaban-naar’ ini makbul, niscaya dapat
menyelamatkan insan yang memanjatkannya dari berbagai kesulitan yang terkait
dengan pribadinya maupun dengan Jama’at.
Ia
menjadi penerima keridhaan Allah Swt.
Kemudian,
di penghujung doa Qurani (Surah 2 / Al Baqarah : ayat 202) itu. kita pun
memanjatkan: ‘…wafil aakhirati hasanah…’, yakni, mohon diberi pula ‘segala yang baik di akhirat.’
Menjelaskan konsep pemahaman ‘hasanah’ yang zhahir maupun yang batin di Akhirat, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, bahwa berdasarkan ilmu Al Qur’an, neraka Jahannam itu bersifat untuk memperbaiki.
Menjelaskan konsep pemahaman ‘hasanah’ yang zhahir maupun yang batin di Akhirat, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, bahwa berdasarkan ilmu Al Qur’an, neraka Jahannam itu bersifat untuk memperbaiki.
Maka
ketika memanjatkan doa ‘…wafil aakhirati hasanah…’, yakni,
mohon agar diberi ‘segala
hal yang baik di akhirat’, mohonlah agar perbaikan
tersebut melalui fadhal karunia
Ilahi, bukan melalui neraka itu.
Yakni,
‘Hasanah’ di Akhirat itu hanya dapat menjadi Surgawi yang zhahir dari segi
lahir maupun batinnya.
Yakni,
hendaklah senantiasa diingat, bahwa ‘…fiid-dunyaa hasanah…’, atau ‘…segala hal yang baik di dunia ini’
dapat menjadi sumber ‘…wa-fil aakhirati hasanah…, atau ‘segala hal yang baik di Akhirat’.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, bahwa tiap insan itu bergantung kepada 2 (dua) hal yang membuat dirinya merasakan sakinah sejahtera.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, bahwa tiap insan itu bergantung kepada 2 (dua) hal yang membuat dirinya merasakan sakinah sejahtera.
(1) Pertama, adalah ia mahrum dari berbagai kesulitan dan musibah dalam kehidupan yang
singkat ini.
(2)
Kedua, bila ia berhasil memperoleh najat
keselamatan dirinya dari berbagai keburukan dan penyakit rohani yang dapat
menjauhkan dirinya dari Allah Taala, itulah ‘…fiid-dunyaa hasanah…’,
atau ‘…hal yang baik di
dunia ini bagi dirinya.
Yakni,
ia terhindar dari berbagai penyakit ragawi maupun rohani.
Al
Quran Karim menyatakan: ‘…wa khuliqal insaanu dhaiifaa.’
atau, ‘…dan karena manusia telah diciptakan lemah.’ (Q.S. 4 / Al Nisa : 29),
yakni bahkan bila pun ia tampak hanya mendapat luka di kuku jarinya, akan
tetapi tetap saja ia menderita juga.
Begitupun
jika kehidupan dunianya menjadi najis seperti dalam pelacuran, maka hanya ‘…fiid-dunyaa
hasanah…’ atau ‘…segala
hal yang baik di dunia…’ seperti itulah yang Allah Taala dapat
menyelamatkannya dari berbagai siksaan di dunia ini maupun di Akhirat nanti [‘…waqinaa
adzaaban-naar’…].
Yakni,
segi hasanah Akhirat di dalam doa itu adalah juga merupakan buah dari ‘Hasanah’-nya
di dunia ini.
Yakni,
insan yang berhasil memperoleh ‘Hasanah’ fii dunyaa, adalah petanda
baik bahwa ia pun akan mendapatkan ‘Hasanah’ Akhirat-nya.
Maka
adalah salah, orang yang mengatakan, bahwa hanya ‘Hasanah’ untuk di Akhirat nanti
saja yang perlu dipanjatkan; bukan duniawi.
Sebab,
kondisi kesehatan yang prima, dlsb-nya yang mengarahkan kepada kenyamanan hidup
adalah merupakan sarana untuk dapat beramal shalih bagi kehidupan di Akhirat.
Pada
kenyataannya, barangsiapa yang dikaruniai kesehatan wal-afiat, anak-anak yang
shalih dan ketenteraman qalbu di dunia ini, serta banyak beramal-shalih; sangat
diharapkan kehidupan Akhirat-nya pun akan memperoleh hasanah.
Kemudian manakala doa ‘…waqinaa adzaaban-naar’ dipanjatkan agar dihindarkan dari azab api neraka, hal ini juga menekankan agar mohon dilindungi dari azab api di dunia ini.
Kemudian manakala doa ‘…waqinaa adzaaban-naar’ dipanjatkan agar dihindarkan dari azab api neraka, hal ini juga menekankan agar mohon dilindungi dari azab api di dunia ini.
Banyak
ragam siksaan api neraka di dunia, yang apabila Allah Taala menghendaki, justru
menjadi ‘Hasanah’ alih-alih sebagai azab.
Yakni,
sekarang ini tak seorang pun yang dapat mengetahui persis kapan munculnya
dentuman bom ataupun muntahan peluru yang dapat mencederai atau bahkan
menewaskan orang.
Maka
doa-doa tersebut perlu dipanjatkan untuk memohon perlindungan Ilahi dari
perbuatan buruk kaum extremis, yang merupakan siksaan api neraka.
Seperti
misalnya peristiwa mengenaskan yang baru-baru ini terjadi di Karachi [Pakistan];
seorang Ahmadi yang sedang pergi berbelanja keperluan sehari-hari di toko, ikut
terperangkap dalam peristiwa berdarah tersebut, dan menjadi syahid.
Begitulah
sekarang ini, pihak terrorist telah menebar perangkap api di mana-mana.
Maka
sangat perlu untuk banyak memanjatkan doa ini agar dilindungi dari berbagai
situasi [marabahaya] tersebut. Doa-doa
ini perlu banyak dibaca agar baik ketika berada di rumah ataupun sedang pergi ke
luar, tetap mendapat ‘Hasanah’ dengan karunia Allah Taala…...
(II) Kemudian doa kedua yang di awal tadi telah ditilawatkan, juga adalah sangat perlu untuk dipanjatkan.
(II) Kemudian doa kedua yang di awal tadi telah ditilawatkan, juga adalah sangat perlu untuk dipanjatkan.
Pertama,
perhatian kita tertarik kepada doa (a): ‘…Rabbanaa laa tu’akhidznaa inna-siinaa
aw-akhthanaa…’, yakni, ‘Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat
salah..
Di
sini, kata ‘lupa’ menekankan kepada tidak mengerjakan sesuatu yang sangat
penting.
Atau,
tidak memperhatikan untuk mengerjakannya tepat pada waktunya. Atau berprakiraan
sendiri, bahwa boleh saja dikerjakan dengan cara lain. Atau menganggapnya
sepele.
Maka
kita perlu memanjatkan doa tersebut agar dihindarkan dari sikap seperti itu.
Atau,
kadangkala pula tidak menyadari pentingnya sesuatu yang dapat meningkatkan
kehidupan rohaninya.
Maka
kita perlu memanjatkan doa itu agar dihindarkan dari kekhilafan tersebut; yang
apabila [tak sengaja] dilakukan, mohonlah agar jangan dihukum.
Akan
tetapi, jika dengan sadar berbuat salah, lalu tidak berusaha memperbaiki diri,
namun memanjatkan doa ini, tentulah sama dengan menantang Allah Taala.
Doa selanjutnya adalah: (b): ‘…rabbanaa wa laa tahmil alaynaa ishraan kamaa hamaltahu alal-ladziina ming-qablinaa…,’ yakni, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami..
Doa selanjutnya adalah: (b): ‘…rabbanaa wa laa tahmil alaynaa ishraan kamaa hamaltahu alal-ladziina ming-qablinaa…,’ yakni, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami..
Adapun
penekanannya di sini adalah kepada suatu tanggung jawab yang besar. Bukan hanya
perkara sehari-hari seperti mendirikan Salat ataupun tilawatul Quranul Karim.
Jadi,
memanjatkan doa ini, yang disertai dengan ikhtiar untuk menghindari berbagai
perbuatan buruk, dapat menghindarkan insan dari hukuman Ilahi. Merujuk kepada kaum terdahulu dengan berbagai
macam perbuatan buruk mereka, para pemimpinnya pun menjadi korup.
Maka
doa ini adalah untuk memohon perlindungan dari para pemimpin seperti itu; yang
bilapun ujian tersebut ‘datang juga, mohonlah agar diringankan dalam
menanggungnya.
Lalu
doa tersebut berlanjut kepada: (c) ‘…rabbanaa wa laa tuhammilna maa laa thaqata-lanaabih…’,
yakni, ‘…Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya;
Di
sini, penekanannya bukanlah kepada beban dan cobaan dalam kehidupan sehari-hari
yang tidak berdampak kepada kehidupan rohani.
Melainkan,
semoga berbagai kemudharatan duniawi janganlah di luar kekuatan kita untuk
dapat menanggungnya.
Kemudian doa: (d) ‘…wa’fu’annaa…, dan maafkanlah [dosa-dosa] kami, yakni, apapun kesalahan yang kami perbuat, semoga dilindungi dari berbagai dampak buruknya. Dan semoga kita senantiasa disattari.
Kemudian doa: (d) ‘…wa’fu’annaa…, dan maafkanlah [dosa-dosa] kami, yakni, apapun kesalahan yang kami perbuat, semoga dilindungi dari berbagai dampak buruknya. Dan semoga kita senantiasa disattari.
Lalu,
doa (e) ‘…waghfirlanaa, warhamnaa…, dan ampunilah kami, serta kasihanilah
kami, yakni, apapun yang tidak kita
kerjakan, semoga dimudahkan dengan karunia Allah Taala. Dan
apapun kesalahan yang telah kita lakukan, semoga dapat menarik kasih ‘sayang
Ilahi.
Akhirnya,
doa (f) ‘…anta maulaanaa fan-shurnaa alal qaumil kaafiriin’, atau, Engkaulah
Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.’
Yakni,
jika ada kesalahan yang dilakukan oleh anggota Jamaat, maka dunia akan
mengaitkan kedhaifan tersebut kepada-Mu, Ya Allah.
Maka
kami memohon pertolongan Engkau. Maafkanlah kesalahan kami, ampunilah segala
dosa kami, dan berilah kami keunggulan atas kaum kafirin, melalui berbagai
karunia Engkau yang khas.
Sekarang ini bukan pihak ghair-Muslim saja yang mengadakan berbagai aksi menentang ajaran Islam. Bahkan kebanyakan orang Muslim pun memperburuk citra Islam, sehingga menghambat pekerjaan Tabligh kita kepada dunia ghair-Muslim yang mengacungkan versi kaum extremis Islam, sehingga berdampak kepada kelancaran usaha pertablighan kita.
Maka doa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang khas diilhamkan oleh Allah Taala kepada beliau ini: ‘Rabbi kullu syai’in khadimuka, rabbi fah-fadhzni wanshurni warhamni. yakni, ‘Ya Tuhan kami, segala sesuatu adalah khadim Engkau, Ya Tuhan kami, jagalah aku, tolonglah aku, dan sayangilah daku’; adalah sangat diperlukan sekarang ini.
Sekarang ini bukan pihak ghair-Muslim saja yang mengadakan berbagai aksi menentang ajaran Islam. Bahkan kebanyakan orang Muslim pun memperburuk citra Islam, sehingga menghambat pekerjaan Tabligh kita kepada dunia ghair-Muslim yang mengacungkan versi kaum extremis Islam, sehingga berdampak kepada kelancaran usaha pertablighan kita.
Maka doa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang khas diilhamkan oleh Allah Taala kepada beliau ini: ‘Rabbi kullu syai’in khadimuka, rabbi fah-fadhzni wanshurni warhamni. yakni, ‘Ya Tuhan kami, segala sesuatu adalah khadim Engkau, Ya Tuhan kami, jagalah aku, tolonglah aku, dan sayangilah daku’; adalah sangat diperlukan sekarang ini.
Dan
saya telah secara khusus memohon perhatian Jamaat untuk banyak membaca doa ini
[pada Khutbah Jumah 12 Oktober 2012].
Inilah
mengapa sebabnya setiap orang Ahmadi perlu banyak membaca doa ini.
Semoga
Allah Taala menjaga keselamatan setiap orang Ahmadi dari segala kemudharatan,
dan mengaruniai kita fiid-dunyaa hasanah…, wafil aakhirati
hasanah…’
Semoga Allah Swt mengampuni segala dosa kita,
menjaganya untuk di waktu-waktu yang akan ‘datang, serta meneguhkan keimanan
kita.
Saya
mohon khususnya kaum Ahmadi di Pakistan agar mawas diri dan memperhatikan
secara khas perkara ini, serta berusaha membaca sebanyak mungkin doa-doa ini di
dalam Salat. Setiap orang Ahmadi hendaknya
menanamkan ruh kiat berdoa sebagaimana telah disampaikan oleh Hadhrat Masih
Mau’ud a.s., yakni panjatkanlah hingga ke ambang batas puncaknya.
Semoga
Allah Taala memberi karunia kepada kita untuk dapat melaksanakan semua ini. Amin
!
Selanjutnya
saya umumkan akan mengimami salat jenazah ghaib untuk dua almarhum. Pertama,
ialah untuk tuan Mubashir Ahmad Abbasi yang syahid pada peristiwa ledakan bom terroris
di Karachi pada tanggal 3 Maret 2013 yang lalu.
Beliau yang dilahirkan pada tahun 1968 (atau baru berusia 45 tahun) ini
meninggalkan seorang putri dan seorang putra.
Kemudian untuk yang terhormat tuan Dr.Syed Sultan Mahmood yang meninggal pada tanggal 3 Maret 2013 pada usia 90 tahun. Beliau ini adalah pakar di bidang Ilmu Kimia Organik dengan karir istimewa dalam mengajar. Ketika ‘pensiun pada tahun 1986 hijrah ke Rabwah, lalu mendirikan Sekolah. Saya pun pernah mendapat pelajaran singkat dari almarhum Dr.Syed Sultan Mahmood ini.
Semoga Allah Taala mengangkat derajat maqom kedua arwah beliau, serta memberi ketawaqalan bagi keluarga yang ditinggalkan. Amin !
Kemudian untuk yang terhormat tuan Dr.Syed Sultan Mahmood yang meninggal pada tanggal 3 Maret 2013 pada usia 90 tahun. Beliau ini adalah pakar di bidang Ilmu Kimia Organik dengan karir istimewa dalam mengajar. Ketika ‘pensiun pada tahun 1986 hijrah ke Rabwah, lalu mendirikan Sekolah. Saya pun pernah mendapat pelajaran singkat dari almarhum Dr.Syed Sultan Mahmood ini.
Semoga Allah Taala mengangkat derajat maqom kedua arwah beliau, serta memberi ketawaqalan bagi keluarga yang ditinggalkan. Amin !
oo0O0oo
MMA/LA/ 20130313
Assalamu 'alaikum wrwb,
BalasHapusJazakumullah, Kang!
Allahu yubaariku lakum, amin!