Kiat Membina Ta’aluq Billah yang Haqiqi
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
15 Maret 2013 di Masjid Agung Baitul Futuh London
===========================================
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا
بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ
اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
artinya, ‘Mereka akan berkata, “Ya Tuhan kami, telah
menguasai atas diri kami nasib buruk kami, dan kami menjadi kaum yang sesat.
‘’Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
darinya, maka jika kami kembali dhzalim, maka sungguh kami
orang aniaya.
Maka Dia berfirman, ‘’Tinggallah dengan
hina di dalamnya, dan jangan kamu berbicara dengan Aku’
‘Sesungguhnya ada segolongan di antara
hamba-hamba Kami yang berkata, ‘‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman: maka
ampunilah dosa-dosa kami dan kasihanilah
kami, dan Engkaulah yang sebaik-baiknya Pemberi rahmat.’
‘’Maka kamu jadikan mereka cemoohan,
sehingga mereka membuat kamu lupa mengingat-Ku dan kamu terus-menerus menertawakan mereka.’
‘’Sesungguhnya Aku telah memberikan
balasan mereka pada hari ini atas kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah
yang memperoleh kemenangan.’ (Q.S. 23 / Al Muminun : 107-112).
Pada
Khutbah Jumah yang lalu, merujuk kepada ikhtisar penjelasan dari Hadhrat Imam
Mahdi a.s., telah dijelaskan mengenai hakekat doa; dan ketenteraman qalbu yang
diperoleh daripadanya; serta falsafah dan persyaratan cara memanjatkannya.
Telah
dinyatakan di dalam Al Quran Karim mengenai esensi dan falsafah doa, yang
ilmunya telah dikaruniakan Allah Taala kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., yang
kemudian beliau bukakan kepada kita.
Berbagai
ikhtisar tulisan beliau a.s. dan semacamnya itu, meskipun ringkasannya, adalah
sarana yang sangat berfaedah mengenai doa-doa yang siddiqiyah; yang apabila dipraktekkan dapat mendekatkan kita kepada
Allah Taala, dan membuat kita faham akan realita doa.
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Adalah sangat penting pula agar doa menjadi
makbul, bahwa si pemohon meng-inqillab,
atau mengadakan perubahan suci di dalam dirinya sendiri. Sebab, doa tak akan makbul
jika yang memohon tidak berusaha menjauhi perbuatan buruk dan dhzalim, atau
melampaui batas atas segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Taala.’
Beliau
a.s. pun bersabda: ‘Suatu ikatan yang fana
sangat diperlukan dalam berhubungan dengan Allah Swt. Kami telah berungkali
menasehati Jama’at agar bersiteguh dalam hal ini. Karena sebelum berhasil
melepaskan diri dari ikatan duniawi dan cinta dunia menjadi dingin, kemudian
ghairah dan ikatan dengan Allah Taala juga ‘tak ada, maka ta’aluq billah itu pun tak akan terjadi.’
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Manakala doa-doa telah dipanjatkan sepenuh ikhlas
kepada Allah Taala, maka niscaya akan membawa perubahan yang sangat istimewa.
Hendaklah senantiasa diingat, bahwa makbuliyatnya doa-doa adalah semata-mata
karunia Allah Taala, dan ‘ada waktunya yang telah ditentukan untuk
memanjatkannya.
Sebagaimana
pagi dinihari adalah saat yang sangat istimewa, yang kekhasannya tak akan dapat
diperoleh pada waktu-waktu lainnya; maka begitulah ada saat-saat tertentu yang
membuat makbuliyat dan berkhasiatnya doa-doa.’
Jadi,
berbagai hasilnya yang positif dapat diperoleh manakala dipanjatkan dalam
kondisi [fisik] yang segar bugar di pagi dinihari.
Maka
mereka yang begadang hingga larut malam, menonton TV atau ber-internet, tak
dapat mendirikan Salat [di pagi dinihari] dengan sempurna, tak juga dapat
melaksanakan berbagai kewajibannya dengan produktif.
Yakni,
sebagaimana pentingnya bekerja ketika raga dalam keadaan segar-bugar, maka
carilah saat yang paling tepat untuk memanjatkan doa.
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Rahimiyyat Allah Taala ada beserta mereka yang
senantiasa ingat dan takut kepada-Nya di saat suka maupun duka.
Allah
Taala tak akan melupakan insan yang demikian, ketika mereka berdoa dalam
keadaan susah.
Sedangkan
doa-doa yang diajukan oleh mereka yang menghabiskan waktu di kala senang dengan
mengumbar nafsu (hedonisme) mereka,
baru kemudian merintih dan mendoa di kala susah, tak akan makbul.
Pintu
taubat tertutup manakala azab Ilahi telah ‘datang mendera.
Maka
sungguh beruntunglah mereka yang senantiasa sibuk berdoa sebelum datangnya azab
Allah Taala; banyak bersedekah; taat kepada berbagai perintah-Nya dan asih
terhadap ‘sesama ciptaan Allah.
Itulah
berbagai tanda hasanah-mereka; yakni,
pohon dapat dikenali dari buahnya.
Begitupula,
mudah untuk mengenali mereka yang dirahmati, dan mereka yang patut dijauhi.’
Jadi,
maksud dari penyampaian berbagai ikhtisar sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini
adalah untuk memahami kiat meningkatkan ta’aluq
billah; untuk memperoleh cara dan sarana berdoa, serta memperbaiki diri dan
beramal-shalih.
Sehingga,
kita pun mendapatkan kiat yang tepat dalam berdoa, dan termasuk orang yang
memperoleh ‘…..fiid-dunyaa hasanah, wafil aakhirati hasanah….’
Ini
adalah perkara penting yang patut difahami sebagaimana telah disampaikan oleh
seorang pecinta dan hamba sejati Hadhrat Rasulullah Saw, yakni Imam Zaman, Al
Mahdi Al Mau’ud a.s., yang kita telah memperoleh karunia untuk Bai’at di tangan
beliau.
Yakni,
manakala hal ini sudah difahami, hendaklah dipraktekkan, sehingga nyatalah
perbedaan antara orang mukmin haqiqi dengan mereka yang hanya pernyataan di
bibir saja.
Al
Quran Karim telah banyak mengilustrasikan perkara doa di berbagai tempat yang harus difahami.
Untuk
itu, kita perlu memahaminya berdasarkan penjelasan dari Hadhrat Masih Mau’ud
a.s., agar kita pun dapat berdoa dengan memahami hikmah dan falsafahnya,
sehingga membuahkan berbagai hasilnya.
Senyatanya,
Allah Taala tidak memerlukan doa kita. Melainkan kita-lah yang memerlukannya
sedemikian rupa agar menghasilkan buahnya. Dan
Allah Taala telah memerintahkan kepada Hadhrat Rasulullah Saw untuk
memperingatkan: ‘…..Qul maa ya’ba’uu bikum rabbi laulaa du’aa ‘ukum…..’,
yakni, ‘Katakanlah kepada kaum kafirin itu: Tetapi doamu
kepada-Nya, yakni Tuhan-ku tidak
mempedulikannya…’
(Q.S. 25 / Al Furqan : 78).
Menjelaskan [tafsir]
ayat ini, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menulis: ‘Seorang ‘abid-kamil’
(atau ibadullah yang sempurna) boleh
jadi adalah ia yang memberi faedah kepada orang lain.
Akan
tetapi ayat ini mengklarifikasikan hal yang lebih luas lagi. Yakni, ‘Katakanlah
kepada seluruh manusia [wahai Muhammad]: ‘Jika kalian tidak menyeru kepada
Allah, maka Dia pun tak akan mempedulikan kalian.’
Dengan
kata lain, Allah hanya peduli terhadap mereka yang telah menjadi abid-Nya yang
haqiqi.’
Yakni,
jika kita ingin ber-ta’aluq billah,
ingin menyaksikan penzahiran berbagai keinginan baik kita, dan hancurnya para musuh,
maka berusahalah untuk menjadi para ‘kamil abid’ Ilahi.
Semoga
Allah Taala memberi taufik kepada setiap diri kita untuk melaksanakannya. Amin
!
Sekarang
ini, kedengkian, kedhzaliman dan kedegilan para musuh terhadap Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. telah melampaui batas.
Situasi
buruk ini utamanya terjadi di Pakistan, kemudian di beberapa daerah di India,
lalu berpengaruh pula hingga ke Afrika.
Mereka
tak melewatkan setiap kesempatan untuk melakukan penghinaan terhadap Hadhrat
Masih Mau’ud a.s..
Mereka
senantiasa ingin melihat cedera hati pada kaum Ahmadi.
Padahal,
sesungguhnya kecintaan dan kesetiaan kaum Ahmadi terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s. timbul
dari kenyataan, bahwa beliau itulah pecinta dan hamba Hadhrat Rasulullah Saw
yang termulia. Inilah ‘‘kesalahan’’ kaum Ahmadi yang tertanam di dalam qalbu
kita oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Hubungan
kecintaan kita dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah juga disebabkan: Melalui
perantaraan beliaulah kita memperoleh pemahaman yang haqiqi mengenai Tauhid
Ilahi.
Maka
mereka yang melampaui batas dalam hasad
mereka terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sesungguhnya adalah melawan seorang
pecinta dan hamba Hadhrat Rasulullah Saw yang sejati; seorang Penyeru kepada
Tauhid Ilahi; dan yang kepadanya Allah Taala mempedulikannya.
Dan
sesungguhnya pula, ‘tak ada lagi seorang ‘Abid-Kamil’ yang mulia di zaman ini
selain daripada Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Kita
telah menyaksikan berbagai nasib akhir para musuh di masa-masa yang lampau;
yang kita masih terus saksikan hingga kini.
Di
Pakistan, mereka yang sangat menghinakan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah
dicengkeram sedemikian rupa oleh Allah Taala hingga tak berdaya.
Mereka
yang mengamati situasi di Pakistan, tanpa harus menyebutkan namanya, dapat
menyaksikan betapa Allah Taala telah menangkap mereka yang mencaci-maki, yang
menistakan, dan mengaku takwa itu, dihinakan dan diusir dari ‘kampung dan oleh
kaumnya sendiri disebabkan berbagai kejahatannya.
Atau,
mereka dihinakan Allah Taala dengan berbagai cara lainnya, sehingga para
pendukung mereka pun menjadi dipermalukan. Sehingga keimanan kaum Ahmadi
meningkat.
Berbagai
tuduhan fitnah mereka menjadi sia-sia; sehingga tak dapat mereka ulangi lagi.
Mayoritas
masyarakat di Pakistan sudah apatis atau takut. Sebagaimana juga yang terjadi
di beberapa wilayah India.
Yakni, meskipun sudah menyaksikan kehinaan itu, mereka tak
tertarik untuk menyimpulkan, bahwa semua itu disebabkan kedhzaliman mereka
terhadap seorang Utusan Allah Taala.
Tetapi
di beberapa bagian dunia lainnya seperti di Afrika, manakala mereka menyaksikan
kondisi memprihatinkan para pemimpin agama mereka, mereka pun tertarik kepada
[Islam] Ahmadiyah.
Itulah
keberanian mereka setelah memperoleh pelajaran dari berbagai perbuatan buruk dari
apa yang mereka sebut sebagai para ulama mereka.
Namun
saya ingatkan agar kaum Ahmadi jangan sampai terpancing oleh perbuatan pihak
musuh tersebut.
Yakni,
ada seorang Ahmadi yang baru-baru ini menulis kepada saya, bahwa kebencian
terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sudah keterlaluan, sehingga pihak lawan
melakukan segala cara yang buruk.
Mereka
mencoreng-moreng atau semacamnya terhadap foto wajah Hadhrat Masih Mau’ud a.s.
yang sungguh keterlaluan; yang dapat membakar hati kaum Ahmadi. Pihak musuh memasang berbagai poster
penghinaan sedemikian rupa, yang bahkan membuat pihak ghair-Ahmadi berfitrat
baik pun mencopotinya dari tembok dinding rumah mereka.
Maka
saya membalas suratnya itu agar bersabar. Semakin buruk pihak musuh dalam
kebencian mereka, semakin banyak kita memperoleh pelajaran agar kembali dan
ber-ta’aluq sepenuhnya kepada Allah Taala.
Sebab,
mereka itu mengundang maut atas diri mereka sendiri. Mereka yang menimpakan kehinaan
terhadap seorang Utusan Allah senantiasa dihancurkan. Sebagaimana Pandith Lekh
Ram yang diazab Ilahi, begitupula nasib mereka itu.
Apa
yang perlu kita lakukan dalam memperlihatkan luka hati, terbakar, dan nyeri adalah menyerahkannya
kepada Allah Swt.
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Aku sedang
mendoakan para anggota Jama‘at-ku dan juga Qadian ketika ilham Ilahi ini
‘datang kepadaku: ‘Mereka telah tersesat
dari kehidupan yang patut; ‘….Maka hancurkanlah mereka dengan
selumat-lumatnya’; [‘….sahhiqhum tas-hiiqaa !’].
Hadhrat Masih Mau’ud
a.s. [as] bersabda: ‘Akupun heran mengapa perintah ‘sahhiqhum tas-hiiqaa’ itu
dinisbahkan kepadaku.
Kemudian
pandanganku pun tertuju kepada sebuah doa yang tertulis di dinding kamar
Baitud-Doa yang sebagai berikut: [‘Yaa
rabbi fasma’u du’aa’ii, wa majjiq
a’daa’aka, wa’a-daa’I, wanjij wa’daka, wanshur abdaka, wa arinaa ayyamaka, wa
syahhirlanaa husaamaka, wa laa tajar
minal kaafiriina syariira’], yakni, ‘Ya
Tuhanku, dengarkanlah doaku, cerai-beraikanlah musuh-Mu dan musuh-musuhku;
sempurnakanlah janji-Mu, tolonglah hamba-Mu; perlihatkanlah hari-hari-Mu;
hunuskanlah pedang-Mu, dan janganlah Engkau biarkan kejahatan orang-orang
kafir.’
Mengaitkan
ilham tersebut dengan doa ini, akupun menjadi faham, bahwa kinilah saatnya bagi
kemakbulan doa-doaku.’
Adalah
sudah merupakan Sunatullah, bahwa barangsiapa yang menghalangi jalan seorang
Utusan Ilahi, maka Allah Taala pun akan menyingkirkan mereka.
Hari-hari
ini adalah demikian banyaknya hujan rahmat dan karunia Ilahi, yang bila kita
mengamati betapa Dia telah menzahirkan segalanya, keimanan dan keyakinan akan
keberadaan Wujud-Nya pun semakin teguh.’ [Al-Hakam, Vol. 8, No.13, April 24,
1904, p.1 – Tadhkirah,English,pp.664-665].
Yakni,
kini pun keberadaan Allah Taala mewujud. Di satu pihak penghinaan terus menerus
mereka lakukan; namun kemajuan kita pun semakin meningkat.
Tak
diragukan lagi banyak kalangan masyarakat yang baik di tiap-tiap negeri,
sebagaimana yang diperlihatkan oleh mereka yang mencabuti berbagai poster
penghinaan itu dari dinding-dinding rumah mereka. Tetapi sikap mayoritas mereka
yang baik itu ‘bisu’ (atau tak mau menyuarakan ketidak-setujuan mereka).
Hadhrat
Khalifatul Masih Tsalish (III) r.a. biasa menyebut mereka yang berakhlak baik
itu ‘bisu’, tak bersuara (silent
majority).
Akan
tetapi kini, kalangan terpelajar tersebut mulai menulis dalam Bahasa Inggris di
berbagai media pers yang menyuarakan ketidak-setujuan mereka terhadap berbagai
kedzaliman itu.
Jadi,
kita dapat mengatakan, bahwa doa yang diilhamkan Allah Taala kepada Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. itu adalah untuk melindungi negara [Pakistan]. Sehingga kalangan warga negara yang berfitrat
baik, terutama lagi adalah Kaum Ahmadi dapat diselamatkan dari perbuatan buruk orang-orang
dhzalim tersebut,.
Adalah
semata-mata karunia Allah Taala yang senantiasa melindungi kita hingga detik
ini dari berbagai siasat berbahaya pihak musuh.
Dan
sebagaimana telah saya ingatkan sebelumnya, jika kita dapat menyesuaikan amal
perbuatan kita yang sesuai dengan Keridhaan Allah Taala, dan ber-ta’aluq kepada-Nya, maka niscaya inqillabi haqiqi itupun akan segera
terjadi.
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Di antara waktu doa-doa dipanjatkan dan pengabulannya, seringkali si pemohon
harus menghadapi berbagai ujian dan cobaan, yang di antaranya sungguh
meletihkan.
Namun
bagi mereka yang istiqamah dan ber-sahibul
fitrat [baik], tetap dapat mencium harum semerbak Keridhaan Ilahi di dalam
berbagai ujian dan rintangannya itu. Firasatnya mengatakan, bahwa semua ujian
dan cobaannya itu akan diikuti dengan nushrat
pertolongan Ilahi.
Hikmah
dari berbagai cobaan tersebut justru membuat mereka semakin giat berdoa.
Yakni,
semakin besar kesengsaraan si pemohon, semakin mencair pula jiwanya.
Inilah
salah satu fakta dari makbuliyatnya doa-doa.
Maka
janganlah berputus-asa dan berprasangka kepada Allah dengan memperlihatkan ketidak-sabaran dan
ketergesa-gesaan.
Jangan
sekali-kali berpikir bahwa doamu tak diterima, ataupun tak akan diterima.
Sebab,
pikiran tersebut sama dengan menafi’kan sifat [Al Mujib] Allah, Maha Penerima
segala doa.’ [Malfuzat, Vol.IV, pp. 434. Essence of Islam,Vol.II, p.222].
Maka
yang diperlukan dari kita adalah senantiasa yaqin dan terus berdoa sesuai
dengan kaidah dan persyaratannya sebagaimana yang telah saya sampaikan dengan
merujuk kepada sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Hendaklah
senantiasa yaqin sepenuhnya bahwa Firman Allah tak ‘akan pernah menyimpang,
sebagaimana dinyatakan-Nya : ‘….ud’uunii
astajiblakum….!
Yakni, ‘…Berdoalah kepada-Ku; Aku akan mengabulkan bagi kamu…’ (Q.S. 40 / Al Mumin : 61).
Namun penekanannya di sini adalah,
kita harus mengajukan doa sesuai dengan beberapa syarat dan kondisinya yang
tertentu. Yakni, ingatlah, bahwa Allah Taala telah menetapkan suatu saat tertentu
bagi makbuliyatnya doa-doa.
Dan
bila setiap ujian serta cobaan membuat kita kembali kepada-Nya, maka Insya Allah
kita pun akan dapat mengalami kemakbulan doa-doa.
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Orang tak akan pernah mendapatkan faedah doa sebelum
ia memperlihatkan kesabaran yang luar biasa; terus menerus berdoa dengan
istiqamah; dan tidak berprasangka buruk terhadap Allah Taala; melainkan yaqin,
bahwa Dia itu adalah [Al Qadir], Pemilik Segala Kekuasaan.
Yaqinlah,
dan dawamlah berdoa dengan sabar.
Sebab,
saatnya akan tiba, ketika Dia mendengar doa-doa hamba-Nya.
Mereka
yang menjalankan kiat ini tak akan pernah gagal atau mahrum; melainkan
senantiasa memperoleh falah
keberhasilan.
Allah
Taala memiliki kekuasaan yang tak terhingga. Namun Dia pun menetapkan kaidah syarat
adanya kesabaran luar biasa bagi pengabulan berbagai keinginan manusia.
Dia
tak akan pernah merubah Sunnah-Nya ini. Maka barangsiapa yang mengharapkan
adanya perubahan ini, adalah ‘lancang tak beradab.
Ada
setengah orang yang tak sabaran. Mengharapkan segalanya sim-salabim serba cepat.
Ketergesa-gesaan
dari orang yang tak sabar tak berpengaruh apapun terhadap Allah Taala.
Melainkan hanya akan membahayakan dirinya sendiri.
Lihatlah
contoh kesabaran ayahanda Hadhrat Yusuf a.s., yang terus menerus berdoa selama
40 (empat puluh) tahun hingga doanya menjadi makbul.
Yakni,
meskipun beliau tak mendapat kabar berita, namun bersabda: ‘….inni la-ajiduriiha Yusufa…’
yakni, ‘…Sesungguhnya, aku mencium bau Yusuf…’ (Q.S. 12 / Yusuf : 95); dan beliau r.a. tetap teguh
beristiqamah.
Jadi,
demikian lamanya waktu pengabulan doa-doanya justru menunjukkan bahwa hal itu
akan dimakbulkan.
Orang
yang baik tak akan pernah membiarkan seorang pengemis berlalu dengan tangan
hampa setelah sekian lama menungguinya. Bahkan orang yang bakhil pun tidak akan
begitu. Melainkan, ia akan memberikan barang sesuatu.
Maka
kita yang luka di hati ini bukan disebabkan kepentingan pribadi, melainkan kenyataan
telah menerima kebenaran seorang Imam Zaman; kita dijadikan bulan-bulanan oleh
pihak lawan hanya disebabkan telah mengimani seorang rasul Ilahi di Zaman ini.
Kita beristiqamah menghadapi semua hal ini semata-mata demi Lillahi Taala; maka
sudah barang tentu Allah pun akan mendengarkan doa-doa kita.
Dan
kemajuan Jamaat Ahmadiyah adalah contoh hidup dari hal tersebut.
Siasat
buruk para musuh sedemikian sengit. Hanya semata-mata rahimiyyat Allah Taala untuk
meneguhkan keimanan kita, maka Dia pun berkali-kali menghancurkan berbagai
siasat buruk mereka itu.
Dan
sikap anti mereka itu tidak hanya di Pakistan saja, namun dapat ditemukan juga
di beberapa negara lainnya.
Akan
tetapi, kemajuan Jama’at pun tetap tak dapat dihalang-halangi.
Ada
seorang wartawan yang bertanya pada kesempatan acara Soal Jawab di Gedung
Parlemen Uni Eropa yang lalu. Katanya: ‘Berapakah jumlah seluruh kaum Ahmadi ?
Dan bagaimanakah perbandingannya dengan kaum Muslimin seumumnya ?
Maka
saya segera menyadari, bahwa pertanyaannya itu akan mengarah kepada pertanyaan
berikutnya: Bukankah dengan jumlah sekecil itu
berarti ajaran cinta damai yang disyiar-luaskan oleh Jamaah tuan tak
penting ?
Maka
saya pun segera teringat kepada jawaban Hadhrat Khalifatul Masih Tsani (III) r.a.
terhadap seorang wartawan media Barat mengenai jumlah anggota Jama’at ini.
Yakni,
beliau r.a. menjawab: ‘Insan yang pada 93 (sembilan puluh tiga) tahun yang lalu
hanya seorang diri itu, kini telah menjadi ‘hampir 10 (sepuluh) juta orang.
Jadi,
saya pun menjawab pertanyaan tersebut dengan: ‘Jamaat Ahmadiyah yang didirikan
pada 123 tahun yang lalu ini, dengan karunia Allah Taala, anggotanya kini telah
menjadi puluhan juta orang. Dan waktunya telah dekat ketika dunia akan
menyaksikan kami sebagai suatu Jamaah yang berpengaruh.’ Namun, hendaknya kita senantiasa ingat,
bahwa pengaruh apapun yang kita dapatkan, tidaklah bertujuan duniawi. Melainkan,
demi untuk menegakkan Kerajaan Allah di muka bumi, dan menyebar-luaskan cinta
kasih dan kedamaian di dunia.
Janganlah
khawatir bahwa kedhzaliman para penentang akan menghalangi tugas ataupun
kemajuan kita.
Melainkan,
Allah Taala senantiasa mengaruniai kemajuan dan peningkatannya.
Bahkan,
bukan itu saja; yakni, dengan menggambarkan [hasanah]
di Hari Kemudian para abdi-Nya yang haqiqi, dan nasib buruk para penentang sebagaimana
yang dinyatakan di dalam Al Quran Karim, Allah Taala mengaruniai kita ketenteraman
qalbu.
Yakni,
ayat-ayat yang telah ditilawatkan di awal Khutbah tadi telah mengilustrasikan
yang nyata dan berbeda mengenai nasib [naas]
akhir kehidupan kaum dhzalimin tersebut.
Itulah
gambaran akhir kaum yang menganiaya seorang Utusan Ilahi.
Yakni,
Allah Taala akan mengatakan [hal itu] disebabkan mereka tak hanya menghina dan
mendhzalimi orang-orang yang dimuliakan-Nya, tetapi bahkan juga menghalangi
syiar tabligh mereka kepada orang lain.
Maka
betapa malangnya kini mereka itu
Sedangkan
bagi mereka yang menerima seorang Utusan Ilahi sesuai dengan perintah-Nya, Allah
Taala akan mengatakan, bahwa berhak atas
karunia rahimiyyat dan ‘surga al-Jannah-Nya.
Dia
akan memberi ganjaran berbagai kedhzaliman yang mereka jalani dengan kasih ‘sayang-Nya.
Allah Taala akan mengatakan, bahwa mereka
yang mendhzalimi para abdi-Nya yang haqiqi sudah sedemikian buta-nya sehingga
mereka pun melupakan kewajiban berdzikrullah, dan mengabaikan balasan membunuh
orang-orang Mukmin adalah neraka Jahannam.
Mereka
melupakan kewajiban ber-haququllah
dan ber-haququl-ibad.
Mereka
melucuti harta benda milik orang-orang tak berdosa, membakarnya, mengganggu
business mereka, dlsb, dlsb, hingga sedemikian panjangnya kejahatan mereka
terhadap kaum yang tak berdosa.
Maka
kini Jahannam-lah ganjarannya.
Inilah
yang dinyatakan oleh Al Qur’an Karim.
[Di
lain pihak] Allah Taala akan mengatakan bagi mereka yang mencari rahimiyyat-Nya
dengan cara memperlihatkan kesabaran dan keteguhan iman, dan mereka pun kembali
kepada Allah serta menjadi abid-Nya yang haqiqi, akan dimasukkan ke dalam
golongan mereka yang memperoleh kasih ‘sayang dan maghfirah Ilahi.
Jadi,
ayat-ayat Al Quran Karim tersebut adalah furqan
pembeda bagi mereka yang Mu’min haqiqi dan ghair-Mum’in !
Semoga
Allah Taala memasukkan kita ke dalam golongan mereka yang memperoleh rahimiyyat
dan maghfirah-Nya.
Semoga
Allah men-sattari segala kedhaifan
dan kekhilafan kita. Semoga perhatian kita tetap kepada berdoa dengan istiqamah.
Dan semoga pula kita dimasukkan ke dalam golongan mereka yang ‘…annahum
humul faa’idzuun.; yakni, ‘…hanya
mereka itulah yang memperoleh kemenangan.’. Amin !
oo0O0oo
MAS/LA/ 20130321
Play Free Slot games by Meriton Casino
BalasHapusMeriton Online Casinos — At the top of the list of the best 인카지노 online casinos in the world, 1xbet korean you'll notice the slots that are powered by Meriton. This 메리트카지노