Rabu, 13 Maret 2013

Khutbah Huzur 8 Maret 2013


Mencari dan Memohon Berbagai ‘Hasanah’ [Segala yang Baik] dari Allah Taala
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
8 Maret 2013 di Masjid Agung Baitul Futuh London


===========================================
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)  صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ  (٧)
               
artinya, ‘Dan di antara mereka ada yang mengatakan: ‘Ya Tuhan kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan hindarkanlah kami dari azab Api.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 202).
artinya, ‘Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata: ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami, serta kasihanilah kami karena Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 287).
            Adapun falsafah hakikat kiat berdoa berdasarkan kata-kata dari Hadhrat Imam Mahdi a.s., beliau menulis sebagai berikut:
            ‘Mereka yang berdoa [memohon] sedemikian rupa  kepada Allah Taala di saat yang musykil dan musibah serta berusaha mencari solusi atas berbagai kesulitannya itu dari Allah Swt, akan memperoleh kepuasan dan sakinah sejahtera rohaniah yang haqiqi disebabkan Allah Taala mengabulkan permohonan mereka yang dipanjatkan hingga ke batas puncaknya.
            Bahkan bilapun ia tidak mendapatkan atas apa yang dimohonkannya, namun tetap dikaruniai Allah suatu kepuasan dan kecukupan yang lain, sehingga tidak mengalami kekecewaan.
            Malahan, keimanannya semakin kuat, dan keteguhannya semakin meningkat.
            Tetapi bagi mereka yang permohonannya tidak ditujukan kepada Allah Taala, kehidupan [rohani]-nya akan tetap buta, dan kematiannya pun dalam keadaan buta..….
            Mereka yang berdoa [memohon] sedemikian rupa dengan jiwa yang sepenuhnya ikhlas, tidak akan pernah merasa kecewa.
            Sakinah [sejahtera rohaniah] tersebut tak akan pernah akan didapatkan dengan harta kekayaan, tidak dengan kekuasaan, dan tak juga dengan prima-raga. Melainkan, melalui tangan Allah Taala, yang akan Dia berikan dalam bentuk apapun yang Dia kehendaki, melalui doa-doa yang dipanjatkan dengan paripurna.
            Yakni, jika Allah Taala telah menghendaki, seorang mukhlisin yang muttaqi akan memperoleh sakinah di tengah-tengah kegelisahannya setelah permohonan doa-doanya itu, yang bahkan seorang Kaisar di singgasananya pun tak akan dapat menikmatinya.
            Inilah falah keberhasilan yang haqiqi, yang akhirnya dikaruniakan bagi mereka yang senantiasa berdoa.’ (Ayyamus-Suluh, Ruhani Khaza’in, vol. 14, hlm.237–Essence of Islam Vol. II hlm.207–208).
            Inilah ikhtisar falsafah kiat berdoa yang hendaknya menjadi sudut pandang seorang mukmin yang haqiqi.
            Yakni, sangatlah penting untuk memanjatkan doa hingga ke batas puncaknya.
            Bawalah hingga ke suatu titik kemakbulannya, atau qalbu menjadi tenteram. Yakni ketenteraman yang timbul dari keyakinan, bahwa apapun yang menjadi kehendak Allah Taala, itulah yang terbaik.
            Namun, orang hanya dapat mencapai pemahaman ini semata-mata atas karunia Allah Taala; yang oleh karena itu kita pun perlu berdoa untuk dapat mencapainya.
            (I) Adapun doa Qurani yang ditilawatkan pertama tadi, [yakni, ‘…Rabbanaa aatinaa fiid-dunyaa hasanataw-wafil aakhirati hasanataw-waqinaa adzaaban-naar’, yakni, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan hindarkanlah kami dari azab Api’ ini telah disampaikan secara khas oleh Hadhrat Rasulullah Saw agar para Sahabah memperhatikannya.
            Pada suatu saat tertentu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pun menyeru Jama’ah beliau untuk membaca doa ini pada Raka’at terakhir Salat, ketika qiyam ba’da Ruku.   Sedangkan Hadhrat Khalifatul Masih Tsani (II) r.a. menyeru Jamaah untuk membaca doa ini pada situasi yang lain lagi.
            Meskipun doa ini dapat dipanjatkan setiap saat, namun hendaknya diperbanyak pada hari-hari ini sehubungan dengan berbagai musibah yang tengah melanda dunia.
            Adapun kata Bahasa Arab ‘Hasanah’ (kebaikan) yang dipergunakan di dalam ayat ayat tersebut artinya: keshalihan, faedah, sesuatu yang baik dari segala seginya, dan memiliki hasil yang baik pula.
            Pada saat ini Kaum Ahmadi di beberapa negara sedang mengalami saat-saat yang sulit; yang membuat doa-doa ini menjadi sangat penting..
            Beberapa pihak penentang menginginkan kita Kaum Ahmadi dimahrumkan dari berbagai keberkatan.
            Maka pada situasi seperti itu, [perbanyaklah] doa memohon segala ‘Hasanah’ karunia Allah Taala tersebut.
            Termasuk pula agar berbagai amal perbuatan kita menjadi sedemikian rupanya sehingga menjadi ‘Hasanah’ di Akhirat [‘…wafil aakhirati hasanataw-waqinaa adzaaban-naar.’].
            Yakni, dalam hal pihak musuh berniat mencelakakan business kita, semoga Allah Taala mengaruniai kita ‘…fiid-dunyaa hasanah’-Nya yang khas, sehingga siasat buruk mereka itu tidak berhasil.
            Semoga Allah Taala mengaruniai kita ‘Hasanah’-Nya sedemikian rupa, sehingga kita menerima rezeki yang lebih Halalan-Thayyiban dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Dan semoga pula lingkungan tetangga kita adalah mereka yang tidak mendatangkan musibah.
            Semoga kota [tempat tinggal] kita menjadi sumber ‘Hasanah’ bagi kita. Semoga negeri kita menjadi sumber ‘Hasanah’ bagi kita. Dan semoga berbagai kemudharatan dari para pelaku keburukan, berbalik menerjang diri mereka sendiri.
            Semoga mereka yang memerintah kita adalah mereka yang memiliki sifat kasih ‘sayang, muttaqi dan adil.
            Di beberapa negara Muslim, justru mereka yang menjadi Umara yang menganiaya rakyatnya.
            Jika mereka yang berkuasa saat ini tidak dapat memperbaiki diri, semoga [yang berikutnya] adalah para umara yang dikaruniai berbagai sifat [akhlak] yang baik.
            Semoga teman-teman kita pun adalah mereka yang senantiasa berprasangka-baik, berpengasih dan suka menolong di saat sulit, dan membalas kebaikan dengan kebaikan.
            Tak diragukan lagi ada segolongan masyarakat di Pakistan yang hanya mengekor kepada kaum Maulwi mereka, sehingga mereka pun tega untuk mencelakai Kaum Ahmadi.
            Namun, ada juga di antara mereka itu yang memuliakan nilai-nilai suatu persahabatan.
            Yakni, kita tak dapat mengkritik semua orang Pakistan, atau di manapun keaniayaan dilakukan terhadap Kaum Ahmadi, kita mengkritik setiap orang.
            (1) Yakni, belum lama ini ada seorang Ahmadi yang diculik di Pakistan, menyurat kepada saya, bahwa para penculik menuntut sejumlah besar uang tebusan dalam waktu singkat yang sangat mustahil bagi pihak keluarga untuk menyediakannya.
            Maka para penculik itupun menuntut sejumlah tertentu agar dibayar segera, sedangkan sisanya berupa garansi [pembayaran] dari seorang ghair-Ahmadi.
            Ternyata, teman ghair-Ahmadi ini bersedia memberikan surat pernyataan jaminan pembayaran, sehingga orang Ahmadi itupun dibebaskan.
            Senyatanya, teman ghair-Ahmadi ini telah menempatkan hidupnya dalam resiko, demi untuk menjamin pembebasan teman [Ahmadi]-nya.
            Jadi, masih ada orang-orang [ghair] yang bersedia berkorban demi Kaum Ahmadi, atau memperlihatkan keshalihan mereka di tengah-tengah situasi buruk yang diciptakan oleh kaum extremis dan kaum Mullah.
            Jadi, teman-teman yang baik adalah juga salah satu dari antara [‘…fiid-dunyaa hasanah…] atau ‘…segala hal yang baik di dunia ini.
            (2) Di negara Mali (Afrika Barat, yang tengah bergolak), kita memiliki satu Stasiun Radio Pemancar [Amatir] yang menjadi sumber pertablighan yang luas.
            Tetapi kaum Maulwi yang didanai oleh satu negara Arab mengancam Mubaligh kita.
            Malahan, mereka pun ber-propaganda anti-Ahmadiyah, memfitnah Kafir, dlsb yang sungguh melampaui batas.
            Namun, ketika situasi tersebut diketahui yang sebenarnya oleh pihak ghair-Ahmadi yang baik, bersikap adil dan berpengaruh, mereka pun memberi jaminan kepada Mubaligh kita untuk meneruskan syiar tablighnya menyampaikan ajaran Islam Qurani yang haqiqi.
            Maka, ini pun adalah merupakan ‘fiid-dunyaa-hasanah’ juga.
            Yakni, apapun rahmat dan karunia Allah Taala yang kita peroleh, adalah  ‘Hasanah’ juga.
            Contoh lainnya adalah: Jodoh yang baik, anak-anak yang shalih, kehidupan yang sehat wal-afiat, yang dalam pandangan Allah Taala baik bagi kita. Semua itu adalah ‘Hasanah’ juga.   Allahu alimul ghaib, Maha Mengetahui segala yang ghaib. Hanya Dia yang dapat memutuskan segala hal yang baik bagi kita.
            Kita dapat membuat berbagai pilihan yang salah. Tetapi tidak bagi Allah Taala.
            Berbagai perkara dapat bermunculan, yang bahkan seorang teman yang [semula] dipercaya pun dapat menimbulkan kerugian ataupun musibah dalam urusan business.
            Yakni, disamping berbagai kesulitan yang terkait dengan Jama’at, dalam kehidupan sehari-hari pun ada berbagai orang yang dapat menjadi sumber malapetaka.
            Maka jika doa ‘…’Rabbanaa aatinaa fiid-dunyaa hasanataw-wafil aakhirati hasanataw-waqinaa adzaaban-naar’ ini makbul, niscaya dapat menyelamatkan insan yang memanjatkannya dari berbagai kesulitan yang terkait dengan pribadinya maupun dengan Jama’at.
            Ia menjadi penerima keridhaan Allah Swt.
            Kemudian, di penghujung doa Qurani (Surah 2 / Al Baqarah : ayat 202) itu. kita pun memanjatkan: ‘…wafil aakhirati hasanah…’, yakni, mohon diberi pula ‘segala yang baik di akhirat.’
            Menjelaskan konsep pemahaman ‘hasanah’ yang zhahir maupun yang batin di Akhirat, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, bahwa berdasarkan ilmu Al Qur’an, neraka Jahannam itu bersifat untuk memperbaiki.
            Maka ketika memanjatkan doa ‘…wafil aakhirati hasanah…’, yakni, mohon agar diberi ‘segala hal yang baik di akhirat’, mohonlah agar perbaikan tersebut melalui fadhal karunia Ilahi, bukan melalui neraka itu.
            Yakni, ‘Hasanah’ di Akhirat itu hanya dapat menjadi Surgawi yang zhahir dari segi lahir maupun batinnya.
            Yakni, hendaklah senantiasa diingat, bahwa ‘…fiid-dunyaa hasanah…’, atau ‘…segala hal yang baik di dunia ini dapat menjadi sumber ‘…wa-fil aakhirati hasanah…, atau ‘segala hal yang baik di Akhirat’.
            Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, bahwa tiap insan itu bergantung kepada 2 (dua) hal yang membuat dirinya merasakan sakinah sejahtera.
             (1) Pertama, adalah ia mahrum dari berbagai kesulitan dan musibah dalam kehidupan yang singkat ini.
            (2) Kedua, bila ia berhasil memperoleh najat keselamatan dirinya dari berbagai keburukan dan penyakit rohani yang dapat menjauhkan dirinya dari Allah Taala, itulah ‘…fiid-dunyaa hasanah…’, atau ‘…hal yang baik di dunia ini bagi dirinya.
            Yakni, ia terhindar dari berbagai penyakit ragawi maupun rohani.
            Al Quran Karim menyatakan: ‘…wa khuliqal insaanu dhaiifaa.’

atau, ‘…dan karena manusia telah diciptakan lemah.’ (Q.S. 4 / Al Nisa : 29), yakni bahkan bila pun ia tampak hanya mendapat luka di kuku jarinya, akan tetapi tetap saja ia menderita juga.
            Begitupun jika kehidupan dunianya menjadi najis seperti dalam pelacuran, maka hanya ‘…fiid-dunyaa hasanah…’ atau ‘…segala hal yang baik di dunia…’ seperti itulah yang Allah Taala dapat menyelamatkannya dari berbagai siksaan di dunia ini maupun di Akhirat nanti [‘…waqinaa adzaaban-naar’].
            Yakni, segi hasanah Akhirat di dalam doa itu  adalah juga merupakan buah dari ‘Hasanah’-nya di dunia ini.
            Yakni, insan yang berhasil memperoleh ‘Hasanah’ fii dunyaa, adalah petanda baik bahwa ia pun akan mendapatkan ‘Hasanah’ Akhirat-nya.
            Maka adalah salah, orang yang mengatakan, bahwa hanya ‘Hasanah’ untuk di Akhirat nanti saja yang perlu dipanjatkan; bukan duniawi.
            Sebab, kondisi kesehatan yang prima, dlsb-nya yang mengarahkan kepada kenyamanan hidup adalah merupakan sarana untuk dapat beramal shalih bagi kehidupan di Akhirat.
            Pada kenyataannya, barangsiapa yang dikaruniai kesehatan wal-afiat, anak-anak yang shalih dan ketenteraman qalbu di dunia ini, serta banyak beramal-shalih; sangat diharapkan kehidupan Akhirat-nya pun akan memperoleh hasanah.
            Kemudian manakala doa ‘…waqinaa adzaaban-naar’ dipanjatkan agar dihindarkan dari azab api neraka, hal ini juga menekankan agar mohon dilindungi dari azab api di dunia ini.
            Banyak ragam siksaan api neraka di dunia, yang apabila Allah Taala menghendaki, justru menjadi ‘Hasanah’ alih-alih sebagai azab.
            Yakni, sekarang ini tak seorang pun yang dapat mengetahui persis kapan munculnya dentuman bom ataupun muntahan peluru yang dapat mencederai atau bahkan menewaskan orang.
            Maka doa-doa tersebut perlu dipanjatkan untuk memohon perlindungan Ilahi dari perbuatan buruk kaum extremis, yang merupakan siksaan api neraka.
            Seperti misalnya peristiwa mengenaskan yang baru-baru ini terjadi di Karachi [Pakistan]; seorang Ahmadi yang sedang pergi berbelanja keperluan sehari-hari di toko, ikut terperangkap dalam peristiwa berdarah tersebut, dan menjadi syahid.
            Begitulah sekarang ini, pihak terrorist telah menebar perangkap api di mana-mana.
            Maka sangat perlu untuk banyak memanjatkan doa ini agar dilindungi dari berbagai situasi [marabahaya] tersebut.             Doa-doa ini perlu banyak dibaca agar baik ketika berada di rumah ataupun sedang pergi ke luar, tetap mendapat ‘Hasanah’ dengan karunia Allah Taala…...
            (II) Kemudian doa kedua yang di awal tadi telah ditilawatkan, juga adalah sangat perlu untuk dipanjatkan.
            Pertama, perhatian kita tertarik kepada doa (a): ‘…Rabbanaa laa tu’akhidznaa inna-siinaa aw-akhthanaa…’, yakni, ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah..
            Di sini, kata ‘lupa’ menekankan kepada tidak mengerjakan sesuatu yang sangat penting.
            Atau, tidak memperhatikan untuk mengerjakannya tepat pada waktunya. Atau berprakiraan sendiri, bahwa boleh saja dikerjakan dengan cara lain. Atau menganggapnya sepele.
            Maka kita perlu memanjatkan doa tersebut agar dihindarkan dari sikap seperti itu.
            Atau, kadangkala pula tidak menyadari pentingnya sesuatu yang dapat meningkatkan kehidupan rohaninya.
            Maka kita perlu memanjatkan doa itu agar dihindarkan dari kekhilafan tersebut; yang apabila [tak sengaja] dilakukan, mohonlah agar jangan dihukum.
            Akan tetapi, jika dengan sadar berbuat salah, lalu tidak berusaha memperbaiki diri, namun memanjatkan doa ini, tentulah sama dengan menantang Allah Taala.
            Doa selanjutnya adalah: (b): ‘…rabbanaa wa laa tahmil alaynaa ishraan kamaa hamaltahu alal-ladziina ming-qablinaa…,’ yakni, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami..
            Adapun penekanannya di sini adalah kepada suatu tanggung jawab yang besar. Bukan hanya perkara sehari-hari seperti mendirikan Salat ataupun tilawatul Quranul Karim.
            Jadi, memanjatkan doa ini, yang disertai dengan ikhtiar untuk menghindari berbagai perbuatan buruk, dapat menghindarkan insan dari hukuman Ilahi. Merujuk kepada kaum terdahulu dengan berbagai macam perbuatan buruk mereka, para pemimpinnya pun menjadi korup.
            Maka doa ini adalah untuk memohon perlindungan dari para pemimpin seperti itu; yang bilapun ujian tersebut ‘datang juga, mohonlah agar diringankan dalam menanggungnya.
            Lalu doa tersebut berlanjut kepada: (c) ‘…rabbanaa wa laa tuhammilna maa laa thaqata-lanaabih…’, yakni, ‘…Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya;
            Di sini, penekanannya bukanlah kepada beban dan cobaan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak berdampak kepada kehidupan rohani.
            Melainkan, semoga berbagai kemudharatan duniawi janganlah di luar kekuatan kita untuk dapat menanggungnya.
            Kemudian doa: (d) ‘…wa’fu’annaa…,  dan maafkanlah [dosa-dosa] kami, yakni, apapun kesalahan yang kami perbuat, semoga dilindungi dari berbagai dampak buruknya. Dan semoga kita senantiasa disattari.
            Lalu, doa (e) ‘…waghfirlanaa, warhamnaa…,     dan ampunilah kami, serta kasihanilah kami, yakni, apapun yang tidak kita kerjakan, semoga dimudahkan dengan karunia Allah Taala. Dan apapun kesalahan yang telah kita lakukan, semoga dapat menarik kasih ‘sayang Ilahi.
            Akhirnya, doa (f) ‘…anta maulaanaa fan-shurnaa alal qaumil kaafiriin’, atau,  Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.’
            Yakni, jika ada kesalahan yang dilakukan oleh anggota Jamaat, maka dunia akan mengaitkan kedhaifan tersebut kepada-Mu, Ya Allah.
            Maka kami memohon pertolongan Engkau. Maafkanlah kesalahan kami, ampunilah segala dosa kami, dan berilah kami keunggulan atas kaum kafirin, melalui berbagai karunia Engkau yang khas.
            Sekarang ini bukan pihak ghair-Muslim saja yang mengadakan berbagai aksi menentang ajaran Islam. Bahkan kebanyakan orang Muslim pun memperburuk citra Islam, sehingga menghambat pekerjaan Tabligh kita kepada dunia ghair-Muslim yang mengacungkan versi kaum extremis Islam, sehingga berdampak kepada kelancaran usaha pertablighan kita.
            Maka doa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang khas diilhamkan oleh Allah Taala kepada beliau ini: ‘Rabbi kullu syai’in khadimuka, rabbi fah-fadhzni wanshurni warhamni. yakni, ‘Ya Tuhan kami, segala sesuatu adalah khadim Engkau, Ya Tuhan kami, jagalah aku, tolonglah aku, dan sayangilah daku’; adalah sangat diperlukan sekarang ini.
            Dan saya telah secara khusus memohon perhatian Jamaat untuk banyak membaca doa ini [pada Khutbah Jumah 12 Oktober 2012].
            Inilah mengapa sebabnya setiap orang Ahmadi perlu banyak membaca doa ini.
            Semoga Allah Taala menjaga keselamatan setiap orang Ahmadi dari segala kemudharatan, dan mengaruniai kita fiid-dunyaa hasanah…, wafil aakhirati hasanah…’
             Semoga Allah Swt mengampuni segala dosa kita, menjaganya untuk di waktu-waktu yang akan ‘datang, serta meneguhkan keimanan kita.
            Saya mohon khususnya kaum Ahmadi di Pakistan agar mawas diri dan memperhatikan secara khas perkara ini, serta berusaha membaca sebanyak mungkin doa-doa ini di dalam Salat.          Setiap orang Ahmadi hendaknya menanamkan ruh kiat berdoa sebagaimana telah disampaikan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s., yakni panjatkanlah hingga ke ambang batas puncaknya.
            Semoga Allah Taala memberi karunia kepada kita untuk dapat melaksanakan semua ini. Amin !
            Selanjutnya saya umumkan akan mengimami salat jenazah ghaib untuk dua almarhum. Pertama, ialah untuk tuan Mubashir Ahmad Abbasi yang syahid pada peristiwa ledakan bom terroris di Karachi pada tanggal 3 Maret 2013 yang lalu.  Beliau yang dilahirkan pada tahun 1968 (atau baru berusia 45 tahun) ini meninggalkan seorang putri dan seorang putra.
            Kemudian untuk yang terhormat tuan Dr.Syed Sultan Mahmood yang meninggal pada tanggal 3 Maret 2013 pada usia 90 tahun. Beliau ini adalah pakar di bidang Ilmu Kimia Organik dengan karir istimewa dalam mengajar. Ketika ‘pensiun pada tahun 1986 hijrah ke Rabwah, lalu mendirikan Sekolah.     Saya pun pernah mendapat pelajaran singkat dari almarhum Dr.Syed Sultan Mahmood ini.
            Semoga Allah Taala mengangkat derajat maqom kedua arwah beliau, serta memberi ketawaqalan bagi keluarga yang ditinggalkan. Amin !
           
oo0O0oo
MMA/LA/ 20130313

1 komentar:

  1. Assalamu 'alaikum wrwb,

    Jazakumullah, Kang!

    Allahu yubaariku lakum, amin!

    BalasHapus