[Talimul
Khair - Manaasikanaa
Wanhar]
Talim Terafdhal dalam Beribadah &Berkorban
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
29 Maret 2013 pada Peresmian Masjid Baitur Rahman
di Kota Valencia, Spain [Spanyol]
Musulmana Ahmadía
Mezquita en Valencia, España
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا
بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ
اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
‘Tarjamah ayat-ayat ini adalah sebagai berikut: ‘Dan ingatlah ketika Ibrahim dan
Ismail meninggikan pondasi-pondasi Rumah itu, dan berdoa, ‘Ya Tuhan kami,
terimalah ini dari kami;
sesungguhnya Engkau-lah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
‘Ya
Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang menyerahkan diri kepada Engkau,
dan jadikanlah dari antara
keturunan kami, satu umat yang menyerahkan diri kepada Engkau. Dan tunjukkanlah
kepada kami cara-cara ibadah, dan terimalah tobat kami; sesungguhnya Engkau-lah
Penerima Tobat, Maha Penyayang.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 128 – 129).
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada kita untuk membangun Masjid
kedua di negara Spanyol ini.
Sekira
sejak 7 (tujuh) tahun yang lalu di Masjid Basharat, Pedro Abad [Cordoba] saya
telah menekankan pentingnya kita memiliki sebuah Masjid lain di Spanyol ini.
Dan
telah diputuskan pada waktu itu, bahwa Masjid berikutnya akan dibangun di Kota Valencia.
Meskipun
jumlah Kaum Ahmadi di daerah tersebut hanya sekira 130 orang, namun pentingnya membangun
Masjid [Jamaat] kedua di Spanyol di tempat ini disebabkan fakta sejarahnya yang
penting.
Jamaat
Ahmadiyah mendapat taufiq untuk membangun Masjid di Spanyol ini setelah mengalami
jeda selama 30 tahun [sejak berdirinya Masjid Basharat, pada tahun 1982 itu].
Sekarang
ini banyak Kaum Muslimin yang berdatangan ke Spanyol, yang tentunya mereka pun
harus membangun masjid. Maka hasrat mereka itu dapat terpenuhi dengan adanya
Masjid Basharat [milik Jamaat] tersebut.
Begitulah,
Jama’at Ahmadiyah telah diberi taufiq untuk membangun Masjid di [Pedro Abad, Cordoba]
Spanyol itu setelah 700 (tujuh ratus) tahun.
Jumlah
Kaum Muslimin di Spanyol sekarang ini ada sekira 1 (satu) juta orang, yang diestimasikan
pada tahun 2030 nanti, akan meningkat sebanyak 80% atau mencapai 2 (dua) juta
orang.
Padahal,
pada 30 tahun yang lalu, hanya ada beberapa ribu orang Muslimin saja di Spanyol
ini, yang mayoritasnya berasal dari Afrika Utara.
Dapat
dikatakan pula, bahwa pada beberapa Abad yang lampau, kaum Muslimin Spanyol dipaksa
masuk Kristen. Namun, mereka yang secara diam-diam menjaga keimanannya,
kemudian kembali lagi kepada Islam.
Dengan
karunia Allah Taala, kini semakin banyak kaum Muslimin di Spanyol yang
peningkatannya diprakarsai oleh Jamaat Ahmadiyah.
Akan
tetapi, Islam yang haqiqi hanya dapat disaksikan di bumi Spanyol apabila para
hamba Al Masih Muhammadi ini mau memahami pentingnya keberadaan mereka,
kemudian menyebar-luaskan syiar tabligh ini kepada setiap orang di seluruh
negeri.
Setengah
orang boleh jadi mengatakan: Hanya ada sekian orang Ahmadi di [Valencia] ini.
Bagaimana mungkin mereka dapat bertabligh kepada setiap orang ?
Padahal,
jika mau berpikir, lalu membuat perencanaan matang, kemudian berusaha untuk
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, tentulah dapat dirampungkan.
Dan
perencanaan telah senantiasa dibuat dalam hal ini, namun tidak dilaksanakan.
Bahkan
perencanaan yang telah diberikan Markaz atau Hadhrat Khalifatul Masih, atau Hadhrat
Khalifatul Masih Rabi (IV) r.h. pun tidak dilaksanakan.
Yakni,
lokasi Masjid Basharat [di Pedro Abad] itu dekat jalan raya bebas hambatan (motorway) yang menuju ‘ke arah Cordoba.
Jika
strategynya dilaksanakan, tentulah informasi mengenai keberadaan Jama’at kita
dapat diperkenalkan dari situ.
Beberapa
Jama’at lain, meskipun jumlahnya sedikit, telah berhasil melaksanakan
syiar-tabligh kepada sedemikian banyak orang melalui brosur-brosur [leaflets]. Sehingga
banyak pihak ghair yang ‘datang ke Masjid Basharat.
Jadi,
seandainya tugas pekerjaan dilaksanakan dengan ghairah dan kecintaan, tentulah
berbagai pengenalan [informasi mengenai Jamaat] telah dapat dilakukan.
Jika
beberapa sekte Islam lainnya dapat mengembalikan 20,000 orang Spanyol yang
asalnya Muslim kepada Islam, bagaimana mungkin Tabligh kita yang tiada lain adalah
Islam haqiqi tidak dapat mencapainya ? Begitulah,
jika kita sudah berhasil membuka berbagai peluang untuk itu, tetapi tidak melaksanakannya,
maka pihak lain yang memanfaatkannya.
Maka
para pengurus Jama’at Spanyol di tiap level hendaknya memuliakan sikap tanggung
jawab mereka. Buatlah berbagai target perencanaan, dan berusahalah untuk
mencapainya.
Citra
Islam haqiqi yang kita persembahkan ini perlu disyiar-luaskan ke seluruh dunia
sekarang ini.
Masyarakat
Spanyol yang asalnya beragama Islam itu perlu disadarkan, bahwa kinilah saatnya
untuk ‘membalas’ kekejaman para pendahulu mereka.
Namun,
pembalasan tersebut tidak dengan cara kekerasan, karena Islam telah mengajarkan:
‘Laa ikraaha fiddiin…..’
yakni, ‘Tidak ada paksaan dalam agama …’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 257).
Dan
Allah Taala telah menyatakan, bahwa: Janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong
kamu bertindak tidak adil.
Dia
memerintahkan: ‘……i’diluu, huwa aqrabu
littaqwaa…..’,
yakni, ‘…senantiasalah Berlaku adil, itu
lebih dekat kepada taqwa.…’ (Q.S. 5 / Al Maidah : 9).
Jadi,
hanya ketaqwaanlah yang dapat mendekatkan insan kepada Allah Taala.
Lagipula,
tak ‘ada kebencian di sini; dan mereka sudah menjadi pribumi; maka perlu
disampaikan, bahwa syiar tabligh cinta kasih dan kedamaianlah yang perlu mereka
bawakan.
Kita
perlu sampaikan kepada mereka: Pertama-tama terapkanlah keindahan ajaran Islam [pada
diri sendiri]. Kemudian berusahalah untuk mendapatkan kompensasi atas
[penderitaan] masa lalu itu dengan cara
memikat qalbu mereka kepada keindahan ajaran [Islam] ini.
Qalbu
yang dahulu dipaksa untuk menyekutukan Allah itu harus ditanami kembali dengan
Tauhid Ilahi dan Rasul-Nya, yakni Hadhrat Muhammad Saw.
Tanamkanlah
cinta kepada Allah yang sifat Rahimiyyat-Nya lebih dominan dibandingkan dengan
berbagai sifat-Nya yang lain; dan juga cinta kepada Hadhrat Rasulullah Saw yang
adalah Rahmatan lil A’lamin.
Kaum
‘Muslim awalin’ ini hendaknya dapat mencari dan mencintai agama Ilahi yang
haqiqi dan menyemangati hidup mereka kembali sehingga menjadi duta-duta
keimanan.
Alasan
mengapa saya memilih Valencia ini sebagai lokasi bagi Masjid [kedua] di bumi Spanyol
karena sejarah menyampaikan kepada kita,
bahwa ketika Raja dan Ratu yang dzalim itu memaksa sedemikian rupa kaum
Muslimin menjadi Kristen, Valencia adalah
daerah yang terus menerus menganiaya kaum [Muslim] Arabia tersebut.
Yakni,
kaum Muslimin di Valencia itu tetap menyembah Allah Yang Maha Tunggal dan
menjaga talim tarbiyat mereka. Sedangkan muslimin Spanyol lainnya pada waktu
itu tidak memperlihatkan keteguhan iman mereka secara terbuka.
Kemudian
ketika pada tahun 1600-nan sang Raja itu memutuskan untuk mengusir kaum
Muslimin dari bumi Spanyol, Muslimin Valencia itulah yang pertama-tama yang
mereka paksa disebabkan keteguhan mereka untuk berusaha mempraktekkan ajaran
[Tauhid] mereka.
Lalu
kaum Muslimin Spanyol itupun menjadi semakin lemah kondisi ekonomi-keuangan
mereka; dan terusir secara bertahap dari berbagai kota besar, berpencaran ke
sana ke mari.
Kemudian,
berbagai Pemimpin yang berbeda, memerintah negara Spanyol.
Lasykar
Italia ‘datang dan menganiaya; lalu mengusir golongan usia dewasa kaum Muslimin
itu. Sedangkan anak-anaknya mereka kirim ke berbagai keluarga Kristen untuk
dijadikan hamba sahaya dan budak.
Anak-anak
tersebut dilarang menyembah Allah Yang Tunggal. Mereka dipaksa untuk
menjalankan ajaran Trinitas.
Maka
sekarang ini, adalah tugas kita untuk sekali lagi menjadikan mereka sebagai para
penyembah Allah Al Wahid.
Kita
pun perlu menyampaikan syiar-tabligh ini kepada yang lainnya, semata-mata
sebagai kebaikan manusiawi. Yakni, menginginkan adanya kebaikan pada mereka
sebagaimana yang juga kita inginkan.
Maka
berusaha keras-lah untuk itu. Khususnya lagi di daerah [Valencia] inilah, Islam
bertahan hingga akhir. Yakni, di sini kaum Muslimin tidak terusir sejak 7
(tujuh) Abad yang lalu; melainkan hanya sekira pada 4 (empat) Abad yang lalu.
Tak
diragukan lagi, bahwa setelah sekian Abad memerintah di bumi Spanyol, kaum
Muslimin menjadi mundur dan jatuh disebabkan ketamakan dan bersiasat antar
mereka sendiri.
Khalifah
simbolis maupun Rajanya tidak menjunjung tinggi tanggung jawab mereka.
Begitupun para Pejabat Tingginya.
Setiap
pihak hanya sibuk mengurus menciptakan kekuatan kelompoknya sendiri yang
berujung kepada berbagai perkara demi untuk kepentingan diri sendiri.
Tetapi
sekarang, Khilafat Al Masih Mau’ud a.s. sudah berdiri. Maka adalah menjadi
tugas kewajiban para pengikutnya untuk menegakkan kembali Kejayaan masa lalu yang
telah hilang itu, dan memperkenalkan kembali bangsa ini kepada Kalimah Syahadah:
yakni,
‘Tiada yang patut disembah selain Allah dan
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.’
Allah
Taala telah memberi taufiq kepada kita untuk membangun Masjid di daerah ini,
dan kita berhasil mendapatkan lokasi yang paling cocok untuk itu.
Yakni,
berlokasi di tengah-tengah dan dapat terlihat dengan jelas dari jalan raya
bebas hambatan (motorway).
Dan
dengan karunia Allah Taala, ini adalah daerah elit dengan lingkungan tetangganya
yang terhormat.
Maka
kita hendaknya tidak sekedar bergembira telah berhasil membangun sebuah Masjid indah lainnya di sebuah kota di negara Spanyol.
Melainkan,
justru perlu bertafakur; meningkatkan standar peribadatan dan rasa tanggung
jawab.
Ayat-ayat
Al Quran yang telah ditilawatkan di awal Khutbah tadi menggambarkan cara elok Hadhrat
Ibrahim dan Hadhrat Ismail a.s. yang telah ajarkan kepada kita mengenai
kewajiban untuk memenuhi tanggung jawab setelah membangun sebuah Rumah Allah.
Yakni,
kita perlu bertafakur: Agar generasi demi generasi kita yang akan lahir
kemudian adalah generasi yang memuliakan kewajiban haququllah.
Ayat-ayat
tersebut mencantumkan doa Hadhrat Ibrahim a.s. setelah berhasil meninggikan
dinding-dinding Ka’bah.
Yakni,
setelah sekian tahun berkorban yang dilakukan oleh sang ayah, sang anak, maupun
sang istri, mereka tidak berdoa tanpa makna seperti ini: ‘Ya Tuhan, kami telah
berkorban di jalan Engkau sekian lama untuk memenuhi perintah Engkau. Maka kini
adalah hak kami, bahwa Engkau menerima setiap pengorbanan kami, dan memudahkan
kami.
Ini
pulalah yang tidak dilakukan oleh Jamaat Ahmadiyah. Melainkan oleh kaum Muslim lain
yang cenderung bangga menggembar-gemborkan
pengorbanan sekecil apapun.
Padahal,
suri tauladan yang Allah Taala telah perlihatkan melalui rasul-Nya ini, adalah:
Sang anak menjadi siap sedemikian rupa untuk dikorbankan. Dan sang ayah pun
siap untuk mengorbankan anaknya yang lahir ketika usianya sudah sedemikian
lanjut.
Lalu,
beliau a.s. ini pun meninggalkan istri dan anaknya itu di padang belantara
[Par’an].
Namun
kemudian saat itu pun tiba ketika pengorbanan istri dan anak beliau itu
diterima dan mereka dicukupi dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda.
Ketika
Ka’bah tersebut sedang dibangun, kedua insan (yakni, Hadhrat Ibrahim a.s. dan
putra beliau Hadhrat Ismail a.s.) menyatakan, bahwa tujuan utama mereka adalah
untuk memakmurkan Rumah Allah.
Yakni,
memakmurkannya dengan kaum mukminin yang
akan memuliakan kewajiban beribadah kepada Allah Taala, dan menjaganya hingga
ke maqom yang setinggi-tingginya.
Jadi,
insan-insan tersebut membangun Rumah Allah atas perintah-Nya; namun kerendahan
hati dan kecintaan mereka kepada Allah Taala sedemikian rupa, sehingga mereka
pun memohon agar kiranya Allah Taala berkenan untuk menerima pengorbanan mereka
itu.
Inilah
suatu pelajaran yang mulia dalam berkorban. Yakni memberikan pengorbanan dengan
sebaik-baiknya, kemudian kembali kepada Allah Taala dengan penuh kerendahan
hati dan berdoa agar kiranya Dia berkenan untuk menerima pengorbanan yang telah
dipersembahkan.
Sikap
dan doa ala Ibrahimi dan Ismaili seperti inilah yang hendaknya
kita perhatikan sebagai para pengikut dari seorang wujud penghamba dan pecinta
Hadhrat Rasulullah Saw yang sejati, yang juga telah dijuluki sebagai Ibrahim Zamani
oleh Allah Taala.
Yakni,
beliau a.s. itulah yang telah berhasil menegakkan kembali dinding-dinding
keimanan dan menyinarkan kembali keindahan
ajaran Islam, kemudian mempersembahkannya kepada dunia dengan segala
Keagungannya, sehingga ghair-Muslim pun berkata: ‘Jika ini Islam yang
sebenarnya, maka kami pun menarik kembali segala perkataan kami yang anti-Islam.
Jadi,
tujuan utama keberadaan Ka’bah sekarang ini tengah dipenuhi oleh wujud Ibrahim [Zamani]
ini.
Pancaran
sinar keindahan ajaran Islam sedang semakin mewujud kepada dunia.
Setiap
Masjid kita di seluruh dunia telah menjadi saksi pemenuhan tujuan yang sangat utama
ini.
Yakni,
Masjid yang diberi nama Baitur Rahman inipun merupakan ekspresi kita untuk
mencapai tujuan utama tersebut.
Manakala
Masjid ini memohon perhatian kita kepada kerendahan hati untuk mencapai tujuan
utama itu; hal ini sekaligus pula memohon perhatian untuk memenuhi janji Baiat
dan tanggung jawab kita.
Hanya
dengan cara inilah kita dapat mencapai tujuan utama yang haqiqi tersebut.
Yakni,
kita menyatakan: ‘Wahai Al Masih Muhammadi, penghamba dan pecinta Hadhrat
Rasulullah Saw yang sejati, kami telah berjanji-baiat kepada engkau, bahwa kami
akan mendahulukan kepentingan agama di atas kepentingan duniawi. Dan akan menyebar-luaskan
Tauhid Ilahi. Membangun Masjid ini
akan menarik perhatian dunia kepada Islam dan membuka peluang Pertablighan.
Dengan
memenuhi persyaratan mereka dan memfaedahkan segala kemampuan kita, kewajiban
yang paling utama dari kita semua adalah menegakkan Tauhid Ilahi dan membawa
bangsa ini ke bawah naungan Bendera Hadhrat Rasulullah Saw.
‘‘Ya
Allah, Ya Sami’ul Aliim, Wahai Engkau
Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dengarlah doa-doa kami. Berilah kami
taufiq untuk memenuhi berbagai kewajiban
kami.
Jadikanlah
Masjid ini sebagai sarana untuk mencapai tujuan utama dalam membangun Rumah
Engkau.
Anta Al Aliim, Maha Mengetahui berbagai
kedhaifan kami. Terimalah doa-doa kami. Perbaikilah berbagai kekurangan kami.
Dan sempurnakanlah berbagai tujuan utama kami.’’
Begitulah,
keindahan dan derajat sebuah Masjid hanya dapat tercapai apabila kita sudah
dapat memenuhi berbagai kewajiban kita.
Jika
kita menunaikan kewajiban haququllah [beribadah
kepada Allah] dan juga kewajiban haququl-ibad
[terhadap ‘sesama manusia] sedemikian rupa sehingga menjadi contoh amalan
ajaran Islam, maka hal itupun menjadi bukti nyata dan menarik qalbu orang lain
untuk itu.
Selama
periode ratusan tahun pemerintahan Muslim dahulu memerintah di Spanyol, banyak Masjid-masjid
indah yang berhasil dibangun.
Contohnya,
antara lain adalah Masjid Cordoba, yang keelokannya tetap menawan hingga kini.
Dan
masih banyak lagi Masjid Agung lainnya yang berhasil dibangun ke manapun
pemerintahan Muslim awalin itu menunaikan tugasnya.
Salah
satu contohnya adalah yang di Granada itu.
Akan
tetapi, manakala ruh ajaran Islam yang haqiqi telah hilang dari diri para
ahlul-Masjid tersebut, maka bangunan yang dulunya menegakkan Tauhid Ilahi
tersebut diruntuhkan pihak lain, atau mereka rubah menjadi gereja.
Yakni,
hingga kini orang masih tercengang menyaksikan keindahan dan kekuatan Masjid Cordoba
yang tak lekang oleh usianya yang telah berabad-abad. Namun ‘sayang telah
berubah menjadi sebuah Gereja.
Jadi,
manakala kaum Muslimin telah kehilangan ruh agama mereka, maka Masjid-masjid
mereka pun berubah menjadi sesuatu yang lain.
Jadi,
aspek utamanya adalah bukan memperindah Masjid; melainkan ruh keimanan mereka yang
dating untuk memakmurkannya. Maka,
kita harus dapat memelihara ruh Masjid ini dengan cara bekerja keras dan banyak
beribadah serta berdoa, sehingga Allah Taala senantiasa membangkitkan generasi
di antara kita yang akan tetap menjaga ghairah rohani ini, sehingga tempat ini
pun senantiasa menjadi pusat Tauhid Ilahi hingga Hari Qiyamat.
Adapun
pada ayat kedua yang telah ditilawatkan di awal [Khutbah] tadi, para Nabiyullah
yang mulia tersebut tidak membatasi doa-doa bagi diri mereka saja, melainkan memperluasnya
untuk anak keturunan; bahkan hingga ke generasi demi generasi selanjutnya.
Inilah
sesungguhnya metoda, pola ‘pikir dan keprihatinan cara berdoa bagi mereka yang
menginginkan keberhasilan untuk generasi demi generasi pelanjut mereka.
Dengan
pemahaman ini, Insya Allah Taala kita pun akan memperoleh falah keberhasilan.
Dan
dengan ibadah serta doa- doa itu, anak keturunan kita pun akan lekat dengan ketaqwaan
untuk memperoleh tujuan utama keberadaan Rumah Allah Taala ini.
Pengorbanan
kita akan diterima apabila kita senantiasa memiliki suatu kaum yang memenuhi kewajiban
haququllah dan haququl-ibad.
Kita
perlu berdoa kepada Allah Taala, sebagaimana para nabiyullah ini telah
panjatkan: ‘…..wa arinaa manasikanaa…..’;
yakni, ‘…..dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara ibadah…..’.
Sebab, cara-cara beribadah dan pengorbanan
yang haqiqi hanya dapat difahami melalui
petunjuk hidayah Allah Swt.
Yakni,
pemahaman hikmah yang mendalam, dan yang berhasil mereka penuhi adalah berkat
karunia Allah Taala.
Dan
Salat sesungguhnya adalah salah satu cara beribadah kepada-Nya.
Namun,
ada pula mereka yang beribadah [Salat] tetapi Allah Taala menyatakan bahwa
Salat mereka itu akan berbalik [mencelakakan] diri mereka, dan menjadi sumber kerusakan
mereka.
Maka
hendaknya berusahalah untuk mendirikan Salat sedemikian rupa, yang dapat diterima
oleh Allah Taala berkat fadhzal karunia-Nya. Sehingga apapun
amalan yang dikerjakan semata-mata lillahi
Taala menjadi salah satu cara beribadah, yakni bahkan bilapun dalam bentuk haququl-ibad, mengkhidmati ‘sesama
manusia.
Kita
hendaknya banyak berdoa sedemikian rupa bagi keturunan kita.
Kita
berikrar-janji di dalam berbagai acara pertemuan, bahwa: Setiap saat bersedia
untuk memberikan pengorbanan. Maka
kita pun perlu menanamkan ghairah semangat pengorbanan ini pada generasi kita
berikutnya.
Namun,
kita pun perlu menyadari bahwa sesuai dengan waktu dan kondisinya, bentuk pengorbanan
pun dapat berubah.
Yakni,
ketika kaum Muslimin Awwalin ‘datang ke Spanyol dan menyebar ke mana-mana,
mereka ber-Jihad dengan menggunakan pedang. Tetapi bentuk pengorbanan sekarang
ini adalah ber-Jihad dengan Tabligh. Atau mengorbankan harta-benda untuk membangun
Masjid-masjid.
Pendek
kata, cara memberikan pengorbanan dapat berubah sesuai dengan kondisinya.
Hadhrat
Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah Taala agar diajarkan cara-cara pengorbanan;
yang oleh karena itu, Allah Taala pun memberi petunjuk hidayah-Nya kepada kita,
yang pada prinsipnya: Pengorbanan hendaknya diberikan sesuai dengan situasinya.
Amal
shalih hendaknya dilaksanakan dalam usaha untuk memperoleh keridhaan Allah Swt.
Inilah
mengapa sebabnya Hadhrat Rasulullah Saw menasehatkan seorang sahabah untuk
mendirikan Salat Tahajjud sebagai amal shalih yang ter-afdhal bagi dirinya.
Sedangkan kepada sahabah lainnya, adalah ber-Jihad.
Yakni,
pada suatu amalan mana kita merasa kurang, di situlah amal shalih yang
ter-afdhal untuk dilaksanakan.
Itulah
cara ibadah yang paling cocok untuk orang itu. Dan ada pula pengorbanan yang
paling sesuai bagi orang lainnya.
Jadi,
doa-doa [yang ditilawatkan di awal Khutbah] tadi sarat dengan penekanan kepada
untuk menghilangkan sesuatu kekurangan di dalam diri sendiri dan juga anak
keturunan.
Yakni,
hendaklah senantiasa diingat, bahwa kita tak akan dapat memperoleh standar peribadatan
yang tinggi atas usaha maupun pengorbanan diri sendiri.
Inilah
mengapa doa ini memohon: ‘…..wa
tub’alainaa…..’, yakni, ‘….dan
terimalah tobat kami…’; sehingga, pengorbanan
kita pun dapat mengarahkan kepada berbagai pengorbanan lainnya lebih lanjut.
Dan ibadah senantiasa menjadi pusat perhatian kita.
Mubaraklah
mereka yang mengikuti jalan ini, mendapat perlindungan Ilahi dari berbagai
kedhaifan dan kedzaliman serta berdoa dan menanamkan cara tersebut pada anak
keturunan mereka.
Kita
hendaknya memperhatikan pentingnya memenuhi kewajiban haququl-ibad, serta menjauhi sikap bangga dan takabur.
Menjauhi
kemalasan dalam mengerjakan Salat. Yakni, yang manapun waktu Salat tampak
sulit, di situlah kita berjihad untuk memperhatikannya.
Jika
Salat berjamaah adalah kelemahan, maka perbanyaklah nasehat untuk itu.
Jika
kita tidak memuliakan kewajiban terhadap orang tua, ataupun tidak memenuhi
hak-hak saudara kandung, penuhilah itu.
Bila
kita belum memenuhi kewajiban terhadap lingkungan tetangga, bertablighlah
kepada mereka. Pikatlah [qalbu] mereka kepada Ahmadiyah, Islam yang haqiqi.
Maka
jika kita sudah mempraktekkan semua amalan-shalihan tersebut, barulah kita
dapat memohon Allah Taala agar kiranya: ‘…terimalah tobat kami…’, dan kasihanilah kami…’, [‘…..wa
tub’alainaa…..’, ‘…..warhamnaa….’].
Yakni,
kita harus memperlakukan orang lain dengan kasih sayang jika kita ingin agar Allah
Taala mengasihani kita.
Jika
seorang mukmin sungguh-sungguh terkait [qalbunya] kepada Masjid, maka
pintu-pintu baru ketaqwaan pun terbuka baginya, dan ia memperoleh maghfirah
Ilahi.
Maka
Masjid yang telah dikaruniakan oleh Allah Taala kepada kita pada hari ini,
hendaknya menarik perhatian kita untuk memenuhi berbagai standar ukuran
tersebut.
Mereka
yang tinggal di daerah Masjid ini wajiblah memakmurkannya bersama-sama dengan
anak-keturunan mereka, Insya Allah.
Semoga
Allah Taala mengaruniai kita semua keberkatan yang terkait dengan Masjid, dan
semoga pula Dia menerima tobat kita, serta mengampuni segala kelemahan kita ! Amin !
Sekarang
ini, kita perlu ber-Jihad terhadap diri-sendiri.
Yakni,
menyebar-luaskan tabligh Islam pun adalah juga Jihad, yang kita perlu perhatikan
sepenuhnya.
Namun,
kita tak akan berhasil tanpa adanya nushrat
pertolongan Ilahi.
Dan
karunia Allah Taala ‘datang jika kita memenuhi kewajiban beribadah kepada-Nya.
Yakni,
kita akan memperoleh berbagai karunia Allah dengan cara mendirikan Salat dan
ber-Jihad melawan diri sendiri, serta syiar-tabligh Tauhid Ilahi.
Di
dalam kehidupan masyarakat seperti sekarang ini, kita perlu ber-Jihad dengan [cara]
semua itu.
Karena
hanya dengan Jihad itulah kita dapat menyelamatkan diri dari berbagai penyakit masyarakat,
dan menjadikan kita untuk memperoleh karunia Allah, serta melindungi anak-keturunan
kita dari berbagai kemudharatan dunia.
Hiasilah
Masjid ini dengan berbagai ibadah yang ikhlas.
Semoga
Allah Taala menjadikan Masjid ini untuk dapat memenuhi tujuan utamanya. Dan semoga
pula kita dapat memenuhi berbagai tanggung jawab kita.
Sebuah
masjid lain yang didanai oleh negara Mesir dan Saudi Arabia telah dibangun di Provinci
ini. Namun kekurangannya adalah tidak menerima Al Masih Muhammadi, yang hanya
dapat dipenuhi oleh Masjid kaum Ahmadi.
Maka
hal ini hendaknya menjadikan setiap Ahmadi teringat untuk meningkatkan tanggung
jawabnya.
Semoga
Allah Taala memberi taufiq kepada anda sekalian untuk memenuhinya ! Amin !
Adapun
mengenai informasi tentang Masjid ini: Bangunannya seluas 1,350 square feet (atau
lebih dari 400 meter persegi), dengan biaya 1.2 juta Euro (atau 1,5 Milyar
Rupiah lebih), dan sumbangan dari Jamaat Spanyol sedikit.
Jika
memang ada kesulitan pengorbanan harta-benda, memberikan perjanjian adalah cara
memuliakannya.
Dan
cara lain untuk berpartisipasi dalam pengorbanan adalah dengan cara ber-Tabligh.
Kapasitas
gedungnya untuk 250 orang, namun beberapa Ruangan lainnya cukup luas.
Berbagai
fasilitas lainnya adalah, ada 7 (tujuh) Ruang Perkantoran, Perpustakaan, Toko
Buku, Dapur yang lengkap, Gudang dan Gudang Khusus Peralatan Teknis.
Gedungnya
pun ber-ac.
Lokasi
ini dulunya sudah ada sebuah rumah tinggalnya, namun kemudian diperluas dengan
3 (tiga) Kamar.
Sebuah
surat kabar setempat telah memberitakan laporannya, bahwa: ‘Sebuah Tempat Ibadah Terbesar di Provinci [Valencia] Telah Dibangun.
Dan Telah Menjadi Sebuah Kenyataan’.
Namun,
hal tersebut menjadi ‘Sebuah Kenyataan’ apabila setiap diri kita dapat memenuhi
berbagai kewajibannya.
Hal
positif lainnya yang diwartakan oleh surat kabar tersebut adalah: ‘Berdasarkan pengkhidmatan mereka bagi Allah
semata, Kaum Ahmadi menentang siapapun yang membunuh orang lain dengan
mengatas-namakan Allah’.
Masjid
[Baitur Rahman] ini pun memiliki 2 (dua) Ruang Serbaguna.
Semoga
Masjid ini dapat menyajikan citra Islam yang haqiqi kepada masyarakat di Daerah
dan Provinci ini. Dan semoga pula setiap Ahmadi dapat memenuhi tanggung-jawabnya
! Amin !
Sebagian
besar bantuan konstruksi Masjid ini dari Markaz [London]. Juga bantuan Teknisnya.
Insinyur
kawakan kita, tuan Chaudhry Ijaz telah banyak mengelola berbagai bidang
pekerjaan ini, dan juga membuat rincian analisanya.
Beliau
pun dapat memangkas berbagai pembiayaan yang mahal namun tidak memenuhi standar.
Tetapi
sekarang ini beliau sedang tidak sehat. Harus mendapat therapy dialysis (cuci
darah), namun tetap bekerja keras.
Semoga
Allah Taala memberi ganjaran pahala yang besar dan kesehatan yang sempurna
kepada beliau. Sehingga semoga pula dapat tetap mengkhidmati Jama’at. Amin !
oo0O0oo
MAS/LA/ 20130402
Tidak ada komentar:
Posting Komentar