Infaq
Fii Sabiilillah
yang
Diberkati &
Tahun
Pengorbanan Baru
Waqfe
Jadid [2013]
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V At9a
4 Januari 2013 di Masjid Baitul Futuh, London
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا
بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ
يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ
عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
artinya: ‘Orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah, lalu mereka tidak mengiringi apa yang
dibelanjakan mereka dengan menyebut-nyebut kebaikan dan tidak pula menyakiti,
maka bagi mereka ada ganjaran di sisi Tuhan mereka, dan ‘tak ada ketakutan pada
mereka dan tidak pula mereka akan bersedih’ (Q.S. 2 / Al Baqarah
: 263).
[Sekarang
ini] ‘tak ada lagi pihak yang dapat memahami hikmah mendalam dari ayat [Al
Quran] ini, sebagaimana yang dimiliki oleh mereka yang sudah menerima kebenaran
pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Yakni
mereka berinfaq fii sabiilillah dengan melupakan kepentingan diri mereka
sendiri, disebabkan mendahulukan kepentingan Jamaat.
Mereka
bersemangat sedemikian rupa untuk dapat berinfaq, yang jika tak terlaksana,
merekapun menjadi gelisah.
Hal
ini terjadi baik di kalangan mubayin baru maupun Ahmadi lama.
Baru
kemarin ini saya menyaksikan satu keluarga mubayin baru keturunan Arab dengan
anak-anaknya yang sudah dewasa dan berkhidmat kepada Jama’at.
Yakni,
keluarga yang baru Bai’at pada beberapa bulan yang lalu ini, disebabkan
merosotnya keadaan ekonomi, sang ayah menganggur.
Dikarenakan
kesulitan menghadapi kehidupan, merekapun harus meminjam dari kalangan keluarga.
Sang
ibu yang merasa paling gelisah, mengatakan kepada saya: Dikaarenakan situasi
ini, kamipun tak dapat membayar pengorbanan Chandah sebagaimana yang kami
inginkan.’
Maka
sayapun menghibur mereka, bahwa: Karena situasinya demikian, berapapun yang
tuan bayar, cukuplah itu.’
Tetapi
sang ibu menukas, bahwa: Kami tak mau ketinggalan di belakang kaum Ahmadi lainnya dalam
membayar Chandah.’
Jadi,
begitulah inqillab haqiqi yang terjadi pada diri mereka yang telah menerima
kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Tak
perlu ada pertanyaan apakah ada sikap riya di dalam pengorbanan mereka itu;
melainkan, mereka senantiasa gelisah [jika sampai ketinggalan], baik yang
semangat pengorbanannya tinggi maupun tidak.
Adapula
kalangan anggota yang disebabkan satu dan lain hal harus dikenai tindakan
disiplin Jamaat, Chandahnya tidak boleh diterima.
Mereka
inipun menjadi sangat gelisah, lalu menyurat dengan penuh kecemasan memohon
maaf, dan berjanji akan segera memperbaiki diri, sekaligus memohon agar
pembayaran Chandah mereka janganlah ditolak.
Kami
dapat menerima tindakan disiplin apapun. Tetapi tak dapat menanggung derita jika
pengorbanan Chandah kami ditolak’,
katanya.
Begitulah
keadaan Jama’at Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang sangat mengagumkan, yang justru
mendapatkan kenikmatan dan ketenteraman dalam berinfaq fii sabilillah mereka.
Sebaliknya,
seringkali pihak lawan Jamaat mengatakan dalam berbagai pidato mereka:
‘Lihatlah betapa bersemangatnya kaum Qadiani - atau Mirzai, atau apapun yang mereka sebut – dalam berinfaq fii
sabiilillah demi untuk mencapai tujuan mereka, yang jamaah kita tidak
mempedulikannya.’
Dan
pernyataan kaum Maulwi atau organisasi apapun itu, tidak hanya di Anak Benua
India-Pakistan saja, namun juga hingga ke Benua Afrika.
Bahkan,
bilapun mereka itu berinfaq, mereka suka menggembar-gemborkannya: ‘Lihatlah betapa
besarnya kami sudah menyumbang untuk membantu kesejahteraan rakyat.’
Tetapi
seringkali pula mereka itu bertikai karena ada yang mengeluh bahwa infaq mereka
tidak dibelanjakan sebagaimana mestinya.
Maka
adalah semata-mata fadzal karunia karunia Allah Taala kepada Jama’at ini,
sehingga sadaqah infaq kita diberkati sedemikian rupa, yang tak tampak pada
pihak lain.
Pada
waktu peresmian [Universitas] Jamiah Ahmadiyah Germany yang baru lalu itu, ada
seorang wartawan surat kabar Pakistan yang bertanya kepada saya: ‘Apakah ada
suatu bantuan [biaya] dari pihak pemerintah dalam pembangunan yang megah ini ?’
Saya
jawab: ‘Dengan karunia Allah, semua proyek pembangunan kami dicukupi oleh
[swadaya] pengorbanan Chandah kami sendiri. Tanpa
kecuali, termasuk pembangunan seluruh kompleks bangunan Jamiah ini.
Seandainya
suatu departemen pemerintahan membangun [fasilitas pendidikan tinggi] semacam
ini, niscayalah akan menghabiskan biaya yang jauh lebih besar.’
[Wartawan
itu bertanya lagi: ‘Apakah setiap orang dapat menjadi mahasiswanya ?’
Saya
jawab: ‘Ya. Dan saya sendiri yang menjaminnya.’].
Pengorbanan
harta benda Jama’at ini diberkati Allah Taala. Oleh karena itu banyak pekerjaan
proyeknya yang dapat diselesaikan dengan hemat biaya. Namun,
meskipun para anggota Jama’at ini, laa
yutubi’uuna maa anfaquu manna walaa adza, yakni tak menyebut-nyebut, atas
pengorbanan mereka, tak pula mereka mempertanyakannya, tetapi para
pengurus hendaknya sangat berhati-hati dan membelanjakannya dengan cermat.
Kesejahteraan
kita adalah berkat doa dan keberkatan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., dan Insha’Allah
selamanya akan tetap demikian.
Akan
tetapi hendaknya diingat pula keprihatinan beliau a.s. dalam hal ini. Ialah:
‘Aku tidak mengkhatirkan dari mana Jamaat ini akan memperoleh dananya [untuk
menjalankan missinya], namun yang aku lebih khawatirkan adalah keadaan qalbu
orang-orang yang diserahi amanat untuk mengelolanya.
Mereka
yang diberi amanat untuk membelanjakan harta benda Jamaat jangan sampai
terjerat oleh nafsu duniawi.
Dengan
karunia Allah, kita memiliki system operasi pelaksanaan dalam pembelanjaan anggaran,
yang disertai dengan pengawasan [‘checks and balance’]-nya.
Akan
tetapi, mereka yang menggunakan harta benda Jama’at hendaknya harus tetap
berhati-hati, senantiasa memohon pertolongan dan petunjuk Ilahi, dan juga
banyak-banyak ber-Istighfar.
Jama’at
ini terus tumbuh berkembang. Namun pihak lawan pun meningkatkan aksinya untuk
merongrong dengan bantuan orang-orang yang munafik.
Tetapi
insha Allah kita akan tetap dapat mneyaksikan nushrat pertolongan dan dukungan Ilahi seiring dengan ikhtiar kita
untuk senantiasa meningkatkan sikap ta’aluq
billah kita.
Saya
pun tak pernah mengkhawatirkan bagaimana berbagai macam proyek pembangunan ini
itu dapat dirampungkan
Justru
adalah sangat mengherankan menyaksikan betapa Allah Taala menanamkan semangat
berkorban dan berfastabiqul-khairat di
dalam qalbu kaum Ahmadi.
Yakni,
ada pula di antara mereka itu yang ikut berkorban dengan menafi’kan kepentingan
dirinya sendiri.
Inilah
salah satu ciri khas suatu Jamaah para
nabiyullah
Mereka
senantiasa setiap saat bersedia untuk mengorbankan segala sesuatu, yang justru
mereka anggap sebagai ihsan kebaikan
dari suatu Jamaah Ilahi yang telah berkenan untuk menerima infaq fii sabiilillah mereka.
Begitulah
setidaknya yang disikapi oleh mereka – yang dikenai tindakan disiplin Jamaat,
sebagaimana yang telah saya sampaikan tadi.
Sementara
para mubayin baru yang memahami hakekat pentingnya berinfaq fii sabiilillah inipun berusaha dan tampil ke muka.
Adakalanya
pula ketika target anggaran telah ditetapkan untuk suatu proyek pembangunan,
dan kalangan yang berkemampuan di dalam Jama’at berusaha sekuat tenaga untuk
memenuhi ketertinggalan mereka. Ini dikarenakan ruh mereka tergugah untuk
melunasinya.
Mereka
mendengar pernyataan Allah Taala: ‘…..wa laa haufun alaihim wa laa hum yahjanuun’,
yakni, ‘…..tak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.’
Mereka prihatin akan
nasib mereka kelak di Akhirat, dan amal shalih mereka yang merupakan kabar suka
bagi ganjaran ‘surga al Jannah.
Padahal
Allah Taala tidak hanya menjanjikan ganjaran pahala setelah meninggal dunia;
Melainkan,
Dia pun tidak berhutang atas setiap amal shalih apapun di dunia ini juga.
Hal
ini sebagaimana yang diriwayatkan di dalam sebuah Hadith Qudsi, yakni, Hadhrat
Rasulullah Saw bersabda: ‘Allah Taala telah menyatakan: Wahai anak cucu Adam,
berinfaqlah ! Maka Aku pun akan berinfaq bagimu !’
Selanjutnya
saya akan sampaikan berbagai peristiwa terkait, yang menunjukkan adanya karunia
khas Ilahi bagi kaum Ahmadi; yang menggerakkan hati mereka untuk berinfaq fii
sabiilillah, dan betapa Allah Taala meneguhkan keimanan mereka.
(1) Tuan Mubaligh kita di Jamaat Niger melaporkan:
Pada kesempatan Jalsah Salanah tahun 2012 ini, kami sampaikan suatu Pidato yang
mengutip seruan Huzur Aqdas Atba, bahwa masih ada peluang bagi Jamaat-jamaat
di Afrika untuk meningkatkan pengorbanan
Chandah mereka.
Ketika
pesan amanat ini sampai di kalangan jamaah di Daerah Birni Konni, mereka pun
segera meningkatkan pembayaran Chandah mereka
Kemudian,
ketika seruan ini disampaikan kepada para mubayin baru, merekapun segera
menyambutnya.
Namun,
dikarenakan mereka itu adalah masyarakat petani, maka mereka membayarnya dalam
bentuk hasil panen, bukan uang kontan.
Tahun
lalu, Jamaat Berni Konni ini membayar dengan 16 karung. Tetapi sekarang
meningkat manjadi 52 karung.
Sedangkan
mereka yang biasa membayar dengan uang kontan, melipat-duakannya dibandingkan
tahun lalu.
(2)
Tuan Amir Jamaat Niger menambahkan: ‘Dalam suatu perjalanan pulang mengangkut
karung-karung pembayaran pengorbanan tersebut, dari suatu Desa, dan melintasi
suatu perkampungan Ahmadi, ada beberapa
orang Khuddam yang mencegat di pinggir jalan. Padahal sudah jam 10 malam.
Mereka
mengatakan sudah menunggu-nunggu kami sejak petang atas permintaan Ibu Ketua Lajnah setempat yang
telah mengumpulkan juga pengorbanan Chandah mereka dan siap untuk diserahkan.
(3)
Tuan Mubaligh kita di Benin menyampaikan kisan mengenai kisah seorang Ketua
Jamaat Lokal di sebuah Desa yang sebelumnya adalah peyembah berhala, dan baru
baiat menjadi orang Ahmadi setahun yang lalu, sebagai berikut:
‘Aku
hanya memiliki sisa uang 450 CFA Francs di rumah, yang langsung aku bayarkan
sebagai pengorbanan Chandah, sambil tak tahu lagi besok mau makan apa..
Pekerjaanku
sebagai pengemudi Bajaj (motorcycle
rickshaw driver), dan baru sadar, bahkan untuk modal membeli bensin pun
‘tak ada. Sehingga harus menghutang dulu.
Namun
keesokan harinya aku ‘datang lagi sambil memberi 1,000 CFA Francs sebagai
tambahan pengorbanan Chandahku.
‘Seharian
kemarin, Masya Allah, dengan karunia fadzal
Ilahi, aku mendapat banyak penumpang. Sehingga dapat membawa pulang 2,000 CFA Francs’, katanya.
(4)
Tuan Amir Jamaat Burkina Faso menyampaikan: ‘Ada seorang Ahmadi di Daerah Bobo yang
sedang mengalami kesulitan hidup sehingga menunggak pembayaran Chandah selama 3
bulan. Ditambah lagi rumahnya terkena
perampokan dan anak laki-lakinya yang sudah dewasa sakit keras.
Suatu
malam ia bermimpi bertemu dengan Huzur Aqdas Atba, yang mengingatkan, bahwa:
‘Tuan sudah beberapa bulan ini tidak membayar Chandah.’
Ia menjawab: ‘Insya Allah aku akan membayar
dalam tempo 20 hari mendatang.
Dan
ketika ia membayarnya, pada hari yang sama itu anaknya yang sakit keras menjadi
baik, Lalu, ia pun mendapat pekerjaan yang baik.
Ini
semua berkat pengorbanan infaq fii sabiilillah
ini’, katanya.
(5)
Tuan Mubaligh kita di Burkina Faso menyampaikan
laporan seprang Ketua Jamaat Lokal di suatu Desa, yang berasal dari kalangan
petani, bahwa: Sebelum menjadi orang Ahmadi, hasil panen kami tidak sebanyak
seperti sekarang ini.
Kami
mempercayai bahwa, hal ini berkat pengorbanan Chandah.
Yakni,
jika sebelumnya kami hanya membayar dengan satu karung hasil panen, tetapi pada
tahun sekarang menjadi 7 (tujuh) karung.’
Huzur
Aqdas Atba menambahkan: ‘Begitulah kenyataannya. Sedangkan kaum Maulwi menuduh,
bahwa di Afrika, kita ini membayar orang-orang yang mau bergabung dengan Jamaat.
(6)
Tuan Amir Jamaat Mali menyampaikan laporan: Di suatu Jama’at, kaum pria dan
kaum wanitanya biasa membayar Chandah dengan hasil panen mereka secara terpisah.
Pada
panen akhir tahun 2011, jumlah pembayaran pengorbanan kaum pria ternyata lebih
banyak beberapa karung dibandingkan kaum wanitanya.
Ketika
karung-karung tersebut sedang dinaikkan ke atas truk dan siap diberangkatkan,
ada kaum wanita yang menyuruh untuk menunggu. Kemudian menyerahkan dua karung
tambahan sebagai Chandah mereka.
(7)
Lagi tuan Amir Jamaat Mali melaporkan: Ada seorang mubayin baru yang Bai’at 6
bulan sebelumnya memberi pengorbanan Chabdah sebesar 10,000 CFA Francs.
Sebelum
Bai’at, keadaan ksesehatan keluarganya tidak baik (sering sakit) sehingga harus
banyak mengeluarkan biaya pengobatan.
Namun,
sejak Bai’at dan membayar Chandah dengan dawam [dan sesuai aturan] kondisi
kesehatan keluarganya menjadi jauh lebih baik. Biaya pengobatan pun menjadi
jauh berkurang.
(8)
Tuan Amir Jamaat Uganda menyampaikan: ‘Ada orang Ahmadi kaya dan suka
berkorban.
Yakni
untuk pembangunan 2 buah Masjid di daerah mubayin baru dan juga sebuah Sekolah.
Sehingga
total pengorbanannya mencapai 50 juta Shillings.
Dan
beliau suka mengatakan, bahwa sejak rajin berkorban, ia tak habis ‘pikir,
betapa Allah Taala menyediakan
segala sesuatu bagi dirinya
(9)
Tuan Amir Jamaat Gambia melaporkan: Ada seorang Ahmadi yang sudah melunasi pengorbanan Waqfe Jadidnya, tetapi kemudian membayar
lagi dengan jumlah besar.
Ketika
diingatkan, ia berkata dengan penuh suka cita: Berapapun yang aku korbankan
bagi suatu gerakan pengorbanan yang dicanangkan oleh seorang Khalifah Waqt, diriku tak pernah merasa puas.’
(10)
Tuan Mubaligh kita di Daerah Leo,
Burkina Faso melaporkan: ‘Suatu hari ada seorang sesepuh yang ‘datang ke
Rumah Missi dan berkata, bahwa: ‘Diriku rutin mendengar siaran Radio [Islam] Ahmadiyah
sehingga menyadari pengkhidmatannya yang mulia [untuk Islam].
Maka
perkenankanlah aku memberi barang sesuatu infaq untuk Stasiun Radio ini sebagai
tanda syukurku atas pengkhidmatan tuan sekalian’, sambil menyerahkan uang sebesar 100,000 CFA Francs.
Padahal,
adalah tidak mudah mendapatkan uang sebesar itu bagi kalangan petani seperti
orang tua ini.
Dan
ia pun ghair-Ahmadi. Namun ia berinfaq disebabkan Tabligh Islam yang dilakukan oleh Stasiun
Radio kita.
Kemudian
ketika dijelaskan adanya system Chandah di
dalam Jamaat dan Kwitansinya diberikan, ia mengatakan: Sikap amanah Jamaah Ahmadiyah
telah menggugah qalbuku.
Aku
telah banyak berinfaq, akan tetapi belum pernah menemukan system administrasi Chandah
yang lurus seperti ini di tempat lain manapun.
(11)
Seorang Mu’alim Lokal kita di Jamaat Benin
menyampaikan: ‘Disebabkan perselisihan keluarga seorang Ahmadi, istrinya yang
sedang hamil dikuasai oleh pihak mertuanya.
Kemudian
ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diperjuangkannya untuk mendapatkan hak
perwaliannya.
Dan
ia sudah berusaha selama bertahun-tahun tanpa hasil.
Padahal
ia sudah menjadi orang Ahmadi selama 5 tahun, tetapi ia tak pernah menceritakan
perkaranya ini.
Baru
pada tahun ini ketika ia dinyatakan kehilangan hak atas perwalian anaknya itu,
barulah ia menceritakannya kepada tuan Mu’alim kita, sambil memohon doa.
Kebetulan
waktu itu sedang saatnya pelunasan pengorbanan Waqfe Jadid.
Maka
Pak Mu’alim pun menyampaikan kepadanya, bahwa: ‘Adalah keyakinan kita, bahwa
banyak problema kehidupan dapat teratasi dengan cara banyak berinfaq fii sabiilillah.
Dan
karena tuan adalah seorang Ahmadi, bayarlah Chandah, insya Allah, Allah Taala pun
akan membantu mengatasi persoalan tuan.
Dan
ia pun membayarnya sebesar 2.000 CFA Francs .
Tiga
hari kemudian ia menelepon, mengabari bahwa kini ia menyaksikan keberkatan
pengorbanan pembayaran Chandah.
Yakni,
ex bapak mertuanya ‘datang menyerahkan anaknya tanpa meminta uang ganti rugi
sebagaimana mereka tuntut sebelumnya. Padahal, ia sudah menyatakan
kesanggupannya, tetapi kemudian pihak keluarga ex istrinya itu yang mengatakan
belum siap menyerahkan anaknya
(12)
Seorang Ahmadi di Tanzania menyampaikan:
Aku biasa membayar Chandah sekedarnya saja.
Setelah
dinasehati tuan Mubaligh mengenai pentingnya berkorban sesuai aturan, mulailah
aku membayarnya dengan baik dan benar.
Kini
aku membayar dengan dawam, dan senantiasa meningkatkan jumlahnya.
Sebelumnya
aku ini tak berharta. Tetapi kini aku memiliki pabrik minyak bunga matahari,
membangun rumah sendiri, dan sedang menyelesaikan program pendidikan doctoral [Ph.D].
Akupun
sudah menjadi anggota Musi (ber-Wasiyyat).
(13)
Dengan karunia Allah Taala, seorang Ahmadi di Calicut, India senantiasa dapat [melunasi]
perjanjian Chandah [Waqfe Jadid] yang lebih besar dari kemampuannya.
Yakni,
jumlah totalnya kini menjadi 201,000 Rupees.
Ia
berkeyakinan: Jika ia bertekad akan membayar Chandah dengan jumlah berlebih dan
bertawakal kepada Allah, maka Dia pun akan memberkatinya.
Menjelang
akhir tahun perjanjian Waqfe Jadid, ia menuliskan cheque sebesar itu, lalu
memohon doa karena sebetulnya dananya belum mencukupi.
Ternyata
kemudian ia memperoleh pendapatan [yang cukup] dan tepat pada waktunya.
(14)
Seorang Ahmadi di Kerala, India yang adalah seorang anggota Musi, biasa
menyisihkan uang pengorbanannya di kotak-kotak yang terpisah untuk setiap Chandah.
Lalu
di hadapan Bapak Inspektur [Juru Pungut] Chandah, ia membuka salah satu dari
kotak infaq tersebut, yang ternyata ia anggap masih kurang.
Maka
iapun meminta istrinya untuk menambahkannya.
Kemudian,
iapun memberikan lagi extra sebesar 165,000 Rupees. Dan dengan karunia Allah, pembayaran pengorbanan Waqfe
Jadidnya mencapai 780,000 Rupees.
(15)
Seorang pemuda Ahmadi berusia 25 tahun di Andhra Pradesh, India senantiasa berada
di Saf Awal dalam berinfaq.
Untuk
pengorbanan tahun 2011, ia berjanji 66,000 Rupees.
Akan
tetapi, dikarenakan pendapatannya merosot, ia tak dapat melunasinya, yang
membuatnya merasa malu.
Maka
disarankan kepadanya untuk menulis surat ke PB, memohon maaf dan membatalkan
perjanjiannya.
Namun
ia menolak, dan berkata, bahwa Allah Taala akan mencukupi segalanya.
Pada
tahun berikutnya [2012] ia malah berjanji 77,000 Rupees.
Ternyata,
pada bulan Mei ia sudah melunasi semua perjanjiannya. Malah ditambah lagi
dengan 24,000 Rupees.
(16)
Seorang Inspektur [Maal] kita di India melaporkan: Suatu kali kami
berperjalanan dinas ke daerah Tamil Nadu bersama dengan Nazim sahib mengenai
[pelunasan] perjanjian Waqfe Jadid.
Ada
seorang Ahmadi yang berjanji untuk tahun 2011 sebesar 160,000 Rupees, hingga
akhir tahun.
Namun
di tahun [2012] ini ia dengan sukacita dan sukarela malah berjanji lagi sebesar
550,000 Rupees.
Maka
kami pun mengkhawatirkan kemampuannya untuk melunasi.
Kemudian,
kami makan bersama di rumah beliau.
Lalu,
aku bersama tuan Nazim berkunjung ke rumah seorang Ahmadi lainnya.
Setengah
jam kemudian kami ke Masjid, yang ternyata sudah ditunggu oleh beliau sambil
menyerahkan sekantong plastic.
‘Ini
pencuci mulut yang sehabis makan tadi lupa aku sajikan’, katanya. Aku ‘katakan: ‘Tetapi tuan Nazim kita ini
punya penyakit diabetes. Biar saja aku yang memakannya.’
Kata
beliau: ‘Tapi tuan Nazim lihatlah dulu isinya, berdoalah, lalu bawalah saja…..’
Ketika
tuan Nazim memeriksanya, ia terpana, tak bisa berkata apa-apa. Ia
serahkan kantong plastic itu kepadaku, yang setelah aku periksa, ternyata
isinya gepokan uang sejumlah 550,000 Rupees !
Maka
airmata pun bercucuran ketika kami mendirikan Salat, mengingat betapa Allah
Taala telah memudahkan segalanya
(17)
Bapak Ketua Jamaat Brompton, Canada menyampaikan: ‘Ada seorang Ahmadi yang baru ‘datang dari USA
dan permohonan asylum-nya mengalami kesulitan.
Ia
memiliki tabungan sebesar $5000 yang akan dikirimkan untuk ibunya di Germany.
Namun
ketika diingatkan mengenai pengorbanan Chandah, ia pun menginfaqkan tabungannya
itu, plus sejumlah lainnya.
Maka
karunia Allah Taala pun turun kepadanya. Yakni, bukan saja permohonan asylum-nya
[di Canada] dikabulkan tanpa kesulitan, bahkan ibunya pun dapat bergabung dalam waktu hanya seminggu.
(18)
Tuan Amir Jamaat Norwegia melaporkan: Suatu kali kami ingatkan satu Jamaat
Lokal mengenai pentingnya membangun Masjid.
Tak
seberapa lama kemudian, dalam cuaca yang sangat dingin dan bersalju, datanglah
seorang sesepuh Ahmadi ke Rumah Missi sambil menyerahkan uang sebesar 70,000
Krones sebagai infaq untuk pembangunan Masjid.’
[Huzur
Aqdas Atba menambahkan: ‘Begitulah contoh orang-orang yang berani
mengesampingkan resiko karena mereka memahami, bahwa berinfaq dengan niat yang
ikhlas akan dikabulkan dan mendapat ganjaran pahala dari Allah Taala].
Kemudian
sebagaimana biasa, Pengumuman Tahun Pengorbanan Baru Waqfe Jadid pun dilakukan
pada kesempatan Khutbah Jumah ini.
Dengan
karunia Allah Taala, Tahun Pengorbanan Ke-55, Dana [Gerakan Waqfe Jadid] ini
mencapai £5,010,000; atau terjadi
peningkatan sebesar £317,000 dibandingkan tahun sebelumnya.
(1)
Jamaat Pakistan tetap bertahan menduduki peringkat pertama.
Di
luar itu, kabar suka bagi (2) Jamaat UK yang menempati peringkat Kedua, atau
bahkan Pertama di antara berbagai negara di luar Pakistan.
Diikuti
kemudian oleh (3) Jamaat USA, (4) Germany,
(5) Canada, (6) India, (7) Australia, (8) INDONESIA, (9) Belgium, (10) Satu
negara di Timur Tengah, dan (11) Jamaat Switzerland.
Jika
ditilik dari segi peningkatan dalam mata uangnya masing-masing, adalah sebagai
berikut: (1) Jamaat Australia, (2) India (3) INDONESIA. (4) France, (5) Norway dan
Turkey yang membayang-bayangi.
Sedangkan
berdasarkan jumlah pengorbanan per-capita, adalah sebagai berikut: (1) Jamaat USA
(£88.00), (2) Switzerland (£55.00), (3) UK (£40.00), (4) Belgium (£39.00) dan (5)
Jamaat Canada (£32.00).
Jumlah
peserta Waqfe Jadid pada tahun 2012 ini pun meningkat. Dan negara-negara Afrika
telah memberi perhatian khusus akan hal ini.
Yakni
total jumlah peserta adalah: 1, 013,112 atau terjadi peningkatan sebesar 323,000
orang.
Hikmah
adanya peningkatan ini adalah menunjukkan adanya peningkatan keimanan mereka.
Adapun
urutan berdasarkan peningkatan jumlah peserta tersebut, adalah: Jamaat Nigeria,
Ghana dan Sierra Leone. Sedangkan
di luar Benua Afrika, adalah:: Jamaat UK dan Germany, juga negara Kababir. Ghana menempati urutan pertama di antara
negara-negara Afrika.
Semoga
dapat tetap bertahan demikian.
Kemudian
diikuti oleh Jamaat Nigeria, Mauritius, Burkina Faso dan Ivory Coast.
Adapun
peringkat 3 besar Jamaat di Pakistan adalah: Lahore, Rabwah dan Karachi.
Sedangkan
di UK adalah Jamaat Raynes Park, Birmingham West, Worcester Park, New Malden,
West Croydon, Birmingham Central, Baitul Futuh, Gillingham, Earlsfield dan Wimbledon.
Adapun jika secara per-Wilayah adalah: Midlands, South, London, Middlesex dan North East.
Di
USA urutannya adalah sebagai berikut: Jamaat Los Angeles Inland Empire, Silicon
Valley, Detroit, Seattle dan Chicago
West.
Sedangkan
dari segi peserta Atfal-nya di Jamaat Canada adalah: Calgary, Peace Village South, Edmonton, Durham
dan Surrey East.
Di
India, peringkat per-Wilayahnya adalah: Kerala, Tamil Nadu, Jammu Kashmir,
Andhra Pradesh, West Bengal, Karnataka, Orissa, Punjab, Uttar Pradesh dan
Maharashtra.
Semoga
Allah Taala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada setiap peserta
pengorbanan ini. Amin !
[Selanjutnya
Huzur Aqdas Atba menyampaikan ikhtisar sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang
terkait dengan [pengorbanan] ini.
Juga agar banyak-banyak berdoa sehubungan situasi
kaum Ahmadi di Libya yang sangat kritis sekarang ini Yakni sudah ‘tak ada lagi pemerintahan yang layak di
sana. Tiap-tiap wilayah [Provinsi] sudah berada di bawah pengaruh beberapa
Organisasi Kesukuan masing-masing.
Polisi
menahan kaum Ahmadi hanya berdasarkan
fatwa para pemimpin keagamaan atau organisasi tertentu.
Di
beberapa tempat, dilaporkan mereka disiksa.
Pendek
kata, kaum Ahmadi di sana sedang sangat mengalami kesusahan. Khususnya lagi bagi
mereka yang bukan orang Libya.
Semoga
Allah Taala memberi berbagai kemudahan dalam usaha untuk membebaskan mereka.
Amin !
oo0O0oo
MMA/LA/20130111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar