Berbagai
Kasyaf &
Mimpi
Haqiqi (II)
Para
Sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا
بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ
يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ
عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
’Saya akan melanjutkan berbagai
riwayat pengalaman kasyaf dan mimpi haqiqi para sahabah Hadhrat Masih Mau’ud
a.s., sebagai berikut:
(52) Hadhrat Muhammad Fazil sahib r.a. meriwayatkan, bahwa: ‘Sepulang safar pertamaku ke Qadian, akupun mulai giat bertabligh dengan sasaran pertama Ustadz-ku sendiri.
(52) Hadhrat Muhammad Fazil sahib r.a. meriwayatkan, bahwa: ‘Sepulang safar pertamaku ke Qadian, akupun mulai giat bertabligh dengan sasaran pertama Ustadz-ku sendiri.
Dan
pada malam di hari pertamaku bertabligh itu, aku melihat dalam mimpi: Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. memegang tangan kananku, lalu kamipun berjalan cepat.
Kemudian
aku melihat diriku berada di Madinah dan melihat rumah Hadhrat Rasulullah Saw.
Namun aku tak melihat lagi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di sekitarnya.
Lalu
aku melihat sembilan buah rumah berplester lumpur, dan tercetus di dalam
pikiranku, bahwa itu adalah rumah-rumah para istri mubarakah Hadhrat Rasulullah
Saw.
Kemudian
akupun melihat sebuah masjid, yang tercetus dalam pikiranku, bahwa itu adalah Masjid
Nabawi.
Keesokan
paginya, aku ceritakan mimpiku tersebut kepada Ustadzku sambil memberinya
sebuah buku karya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang berjudul ‘A’ina Kamalat Islam’
agar dibaca.
Ternyata,
15 hari kemudian Ustadzku itu berangkat ke Qadian, lalu Bai’at.
(53) Hadhrat Nizamud Din sahib r.a., Bai’at pada tahun 1890 atau 1891, meriwayatkan, bahwa: Aku sudah banyak mendapat mimpi, bahkan sebelum Bai’at.
(53) Hadhrat Nizamud Din sahib r.a., Bai’at pada tahun 1890 atau 1891, meriwayatkan, bahwa: Aku sudah banyak mendapat mimpi, bahkan sebelum Bai’at.
Yakni,
suatu kali, sekeluarnya aku dari masjid Mubarak ba’da Salat, aku melihat ada
dua orang terhormat masuk suatu ruangan aula, lalu bertanya dimanakah Mirza
sahib ?
Ketika
aku menjawab, bahwa aku akan mengantarkan mereka kepada beliau, mereka meminta
aku berjalan di belakangnya supaya ketika melihat beliau a.s., mereka dapat segara
mengenali beliau.
Pada
waktu itu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang duduk berbincang-bincang santai dalam
suatu majlis.
Maka
kedua orang itupun bertanya: Apakah nama tuan [Mirza] Ghulam Ahmad ?
Beliau
a.s. menjawab dengan isyarat yang mengiyakan.
Mereka
bertanya lagi: Apakah benar tuan telah mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi ?
Beliau
menjawab: Ya.
Maka
merekapun menyampaikan ucapan salaam [Assalamu Alaikum wa Rahmatullah] dari Hadhrat
Rasulullah Saw.
Kemudian
dalam suatu mimpi yang lain aku melihat tangan mubarak Hadhrat Rasulullah Saw
di atas pundak kanan Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. seraya berkata: Beliau [Hadzaa
Masihu] inilah Al Masih Mau’ud. Bai’at-lah kepadanya, dan sampaikanlah salaamku
kepadanya.’
Mimpiku
tersebut sangat menggugah diriku. Sehingga akupun mulai banyak berdoa.
Lalu,
sebagai hasil doa-doalu yang ikhlas dan tawadhu tersebut, akupun mendapat
mimpi-mimpi yang lain.
Adapun
pada mimpi yang terakhir, yang membuat diriku memutuskan untuk Bai’at adalah:
aku melihat sebuah sungai yang airnya bening bergemerlapan. Mengalir dari arah
Timur ke Barat.
Maka
akupun berenang di dalamnya dengan riang.
Namun
ada seseorang yang memanggilku, lalu berkata: Maskipun badanmu basah tapi
hatimu tetap kering.’
Maka
akupun memeriksanya, dan mendapati memang begitu.
Maka
akupun segera melompat lagi ke dalam air sungai itu agar bagian dada hatiku
menjadi basah. Tetapi ternyata masih tetap kering.
Maka
orang itupun menyuruhku untuk melihat ‘ke arah Timur tempat sebuah jembatan
besar dan Rumah Mirza sahib berada.
Kemudian
orang itu menyuruhku untuk pergi ke tempat tersebut. Namun aku menolaknya. Maka orang itupun mengulangi lagi perintahnya.
Dan
akupun akhirnya mendatangi tempat itu. Aku mendapati tepi sungai yang berumput,
dan badanku sudah kering. Tetapi qalbuku yang semula kering menjadi basah menetes-neteskan air bagai
mata air.
Maka
pada hari itu juga aku Baiat.
(54) Hadhrat Khairud Din sahib r.a., bai’at pada tahun 1906, meriwayatkan, bahwa: Pada suatu mimpi aku melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengimami Salat Jumah tetapi laksana Salat Hari Raya Id.
(54) Hadhrat Khairud Din sahib r.a., bai’at pada tahun 1906, meriwayatkan, bahwa: Pada suatu mimpi aku melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengimami Salat Jumah tetapi laksana Salat Hari Raya Id.
Aku
melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memasuki ruangan [Masjid[ sambil membawa Al
Quran Karim tetapi diikuti 4 orang Sikh berpenampilan seadanya dan boleh jadi
membawa senjata secara tersembunyi.
Maka
akupun menjadi sangat khawatir. Jangan-jangan mereka akan melakukan
penyerangan.
Namun
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. duduk di kursi dengan tenang, lalu menilawatkan talim
Al Quran Karim yang disimak dengan baik oleh orang-orang Sikh tersebut.
Tak
lama kemudian merekapun keluar dari ruangan sambil mengusap-usap air mata.
Tampak,
bahwa mereka telah [Baiat] menerima pesan risalah beliau a.s..
(55) Hadhrat Abdul Rahim sahib Nayyari r.a., bai’at pada tahun 1901. meriwayatkan, bahwa: Suatu kali aku membaca perkataan: [Me ree nubuwwat aor Me ree risalat, yakni:] ‘Nubuwat dan Risalahku’ di dalam salah satu tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang membuat ruhaniku terbangun.
(55) Hadhrat Abdul Rahim sahib Nayyari r.a., bai’at pada tahun 1901. meriwayatkan, bahwa: Suatu kali aku membaca perkataan: [Me ree nubuwwat aor Me ree risalat, yakni:] ‘Nubuwat dan Risalahku’ di dalam salah satu tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang membuat ruhaniku terbangun.
Namun,
aku tak menceritakannya kepada siapapun, hingga tiga hari setelah itu, akupun
mendapat ilham: ‘….Laa raiba fiihi….’
yakni, ‘…..tiada
satupun karaguan di dalamnya…...
Kemudian,
aku mendapat kesempatan untuk membaca beberapa kitab karya Hadhrat Masih Mau’ud
a.s. lainnya.
Maka
pengetahuan [ilmu agama]-ku pun bertambah, hingga saat itu tiba, aku ‘datang ke
Qadian untuk Bai’at kepada beliau a.s..
(56) Hadhrat Abdul Rashid sahib r.a., bai’at pada tahun 1897, meriwayatkan, bahwa: Aku melihat dalam mimpi: Hadhrat Rasulullah Saw sedang sakit dan terbaring di tempat tidur, dengan ditunggui oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagaimana orang yang sedang merawat pasien.
(56) Hadhrat Abdul Rashid sahib r.a., bai’at pada tahun 1897, meriwayatkan, bahwa: Aku melihat dalam mimpi: Hadhrat Rasulullah Saw sedang sakit dan terbaring di tempat tidur, dengan ditunggui oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagaimana orang yang sedang merawat pasien.
Kemudian
Hadhrat Rasulullah Saw berusaha berdiri dengan bantuan Hadhrat Masih Mau’ud
a.s., lalu memberikan Dars mengenai ‘Kebenaran Hadhrat Imam Mahdi a.s.’.
Setelah
itu, Hadhrat Rasulullah Saw pun tampak pulih kembali dengan wajah yang bersinar-sinar.
Maka
akupun tergugah oleh mimpiku tersebut [dan berkesimpulan], bahwa Islam akan
hidup kembali dengan perantaraan missi risalah Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
(57) Hadhrat Syed Zainul Abidin WaliUllah sahib r.a., bai’at pada tahun 1903, meriwayatkan, bahwa: ‘Ketika aku berusia 7 atau 8 tahun, terjadi suatu perbincangan hangat di dalam kelurga besarku, mengenai ada seseorang yang mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi, dan menyampaikan nubuatan, bahwa dirinya mendapat kasyaf, melihat para malaikat sedang sibuk menanam banyak pohon berwarna hitam, sambil mengatakan, bahwa itu semua adalah bibit wabah penyakit ta’un (pes). Masih di sekitar waktu itu, akupun mendapat mimpi, melihat kakekku ‘datang. Maka aku segera berlari ke luar untuk menyambutnya. Kakekku ‘datang dengan berpakaian hijau dan berjanggut putih, sambil berkata, bahwa: ia ‘datang untuk mengajariku ilmu Al Quran.
(57) Hadhrat Syed Zainul Abidin WaliUllah sahib r.a., bai’at pada tahun 1903, meriwayatkan, bahwa: ‘Ketika aku berusia 7 atau 8 tahun, terjadi suatu perbincangan hangat di dalam kelurga besarku, mengenai ada seseorang yang mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi, dan menyampaikan nubuatan, bahwa dirinya mendapat kasyaf, melihat para malaikat sedang sibuk menanam banyak pohon berwarna hitam, sambil mengatakan, bahwa itu semua adalah bibit wabah penyakit ta’un (pes). Masih di sekitar waktu itu, akupun mendapat mimpi, melihat kakekku ‘datang. Maka aku segera berlari ke luar untuk menyambutnya. Kakekku ‘datang dengan berpakaian hijau dan berjanggut putih, sambil berkata, bahwa: ia ‘datang untuk mengajariku ilmu Al Quran.
Pada
suatu mimpi yang lain, aku melihat [tulisan] ‘Kalimah [Syahadat] dikaligrafikan
di muka sebuah Masjid, tetapi sudah memudar.
Kemudian
datanglah seorang Imam Zaman memasuki
Masjid tersebut, yang aku ikuti dari belakang.
Namun
tampak, bahwa barisan Saf-saf jamaah yang akan mengerjakan Salat di dalam
Masjid tersebut tidak lurus. Maka Imamuz Zaman itupun meluruskannya.’
Pada
waktu itu sudah menjadi kesadaran umum, bahwa Kaum Muslimin telah mengalami kemunduran,
dan sudah saatnya Imam Mahdi datang.
Namun,
keluargaku waktu itu belum menjadi orang Ahmadi.
Tetapi
ibuku sering menyampaikan mengenai kedatangan Hadhrat Imam Mahdi dengan penuh
kecintaan, dan mengatakan, bahwa kedatangannya akan ditandai dengan terjadinya
Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari.
Itulah
mimpi-mimpiku sewaktu masih kecil. Dan beberapa peristiwa pebzahirannya adalah terkait
dengan nubuatan dari Allah Taala, sehingga baik generasi muda maupun tua dapat
menyaksikannya.
(58) Hadhrat Munshi Qazi Mahbub Alam sahib r.a. bai’at pada tahun 1898, meriwayatkan, bahwa: ‘Ketika pertama kali aku ‘datang di Qadian dan ingin segera Bai’at, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menasehatiku agar tunggulah barang beberapa hari lagi.
(58) Hadhrat Munshi Qazi Mahbub Alam sahib r.a. bai’at pada tahun 1898, meriwayatkan, bahwa: ‘Ketika pertama kali aku ‘datang di Qadian dan ingin segera Bai’at, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menasehatiku agar tunggulah barang beberapa hari lagi.
‘Tinggalah
tuan di sini paling kurang selama 3 hari, kata beliau a.s..
Dan
aku mendapat mimpi pada hari pertamaku di Qadian itu.
Yakni,
aku melihat seberkas nur cahaya yang turun dari langit memasuki sebelah
telingaku dan meresap ke seluruh tubuh.
Kemudian
keluar lagi melalui sebelah telinga yang lain, dan kembali lagi ke langit.
Lalu
turun lagi seberkas sinar lainnya dalam bentuk pelangi, dan seolah-olah seluruh
permukaan bumi telah disinari, dan langit berjejolak.
Pada
keesokan paginya akupun menyadari, bahwa aku akan mendapat bagian berbagai
karunia Ilahi. Maka akupun memohon Bai’at.
Tetapi
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menasehati agar aku menunggu paling kurang 3 hari.
Maka setelah itu, akupun Bai’at di tangan berberkat Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Kemudian ada suatu peristiwa yang menimpa seorang ahli hukum di Lahore yang bernama Karim Buksh yang suka berkata-kata kasar terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Kemudian ada suatu peristiwa yang menimpa seorang ahli hukum di Lahore yang bernama Karim Buksh yang suka berkata-kata kasar terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Pada
suatu acara diskusi, ia bertanya dengan berang: Siapa yang berani mengakatakan Jesus
Kristus sudah mati ?!’
Aku
jawab: Aku dapat mebuktikan dengan dalil-dalil qath’i bahwa Hadhrat Isa a.s. memang
sudah wafat.’
Namun
ia menempelengku dengan keras hingga aku jatuh pingsan.
Pada
malam harinya aku mendapat mimpi: Melihat Karim Buksh sedang tiduran di atas
dipan usang yang di bawahnya ada sebuah lubang besar.
Kemudian
ia pun terjatuh ke dalam lubang itu hingga tak tertolong lagi.
Maka
akupun mengingatkannya agar berhati-hati, karena akan mendapat kehinaan.
Tak
seberapa lama, anak perempuannya yang menjanda hamil tanpa bapak.
Maka
merekapun mengusahakan pengguguran kandungan secara diam-diam. Namun sang ibu
maupun jabang bayinya tak tertolong.
Pihak
kepolisian menyidiknya, yang untuk itu ia banyak mengeluarkan biaya. Namun
tetap saja ia mendapat kehinaan.
Ia
tak mampu keluar dari rumahnya karena menanggung malu.
Ketika
aku mengetahui hal ini, aku mendatangi rumahnya untuk mengingatkan: Apakah hal
ini semua bukan disebabkan sikap penentangan keras tuan terhadap Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. ?
Tetapi
ia malah tetap mencaci-maki diriku, yang ketika aku memasuki rumahnya,
kondisinya memang sudah menghinakan.’
[Hadhrat Khalifatul Masih Atba mengingatkan]: Beberapa peristiwa semacam ini masih terus terjadi hingga kini, meskipun tampak seperti tak ‘ada hubungan sebab akibatnya yang khas.
[Hadhrat Khalifatul Masih Atba mengingatkan]: Beberapa peristiwa semacam ini masih terus terjadi hingga kini, meskipun tampak seperti tak ‘ada hubungan sebab akibatnya yang khas.
Yakni,
dalam situasi di Pakistan seperti sekarang ini, Allah Taala masih tetap
menuntut balas terhadap mereka yang menghinakan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sehingga
diri mereka sendiri yang mendapat kehinaan dan kehancuran [Namun, tak dapat
saya sampaikan sekarang]..
Yakni,
manakala waktunya telah tiba, berbagai peristiwa semacam itu, [yang dapat
menambah keimanan kaum Ahmadi yang tinggal di daerah tersebut] akan terkuak.
(59) Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Rajiki sahib r.a., bai’at pada tahun 1897 via pos, lalu dua tahun kemudian diulangi lagi secara langsung.
(59) Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Rajiki sahib r.a., bai’at pada tahun 1897 via pos, lalu dua tahun kemudian diulangi lagi secara langsung.
Beliau
meriwayatkan, bahwa: Maulwi Imamud Din sahib sudah pergi lebih dulu ke Qadian sebelum
diriku.
Tetapi
ia kembali dengan pikiran yang menentang.
Namun,
sebaliknya aku banyak mendapat mimpi. Antara lain aku melihat Hadhrat
Rasulullah Saw ‘datang di Qadian,
Maulwi
Imamud Din sahib sangat terpengaruh [oleh mimpiku itu]. Maka kami pun berziarah
kembali ke Qadian pada tahun 1899 itu.
Ketika
kami masuk ke masjid [Mubarak], Maulwi sahib berjalan di depan. Sedangkan aku
mengikutinya dari belakang.
Tetapi
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memanggil diriku yang masih remaja agar maju ke
depan. Tetapi,
terpengaruh sedemikian rupa oleh charisma derajat mulia Hadhrat Masih Mau’ud
a.s., akupun mulai menangis.
Maka
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menepuk-nepukkan tangan beliau ke punggungku untuk
menenangkan diriku.
Namun
aku tetap menangis terharu.
(60) Hadhrat Chaudhry Ahmad Din sahib r.a., bai’at pada tahun 1905, meriwayatkan, bahwa: ‘Sebelum aku membaca beberapa kitab Hadhrat Masih Mau’ud a.s. aku mendapat mimpi. Aku melihat sebuah maqam yang menurut hematku adalah maqam Hadhrat Rasulullah Saw, yang bertirai perak.
(60) Hadhrat Chaudhry Ahmad Din sahib r.a., bai’at pada tahun 1905, meriwayatkan, bahwa: ‘Sebelum aku membaca beberapa kitab Hadhrat Masih Mau’ud a.s. aku mendapat mimpi. Aku melihat sebuah maqam yang menurut hematku adalah maqam Hadhrat Rasulullah Saw, yang bertirai perak.
Kemudian
ada seseorang menaruh usungan (keranda) di dekat maqam tersebut. Lalu
memasukkan kedua-tangannya sedemikian rupa ke dalam liang lahat itu sehingga ia
dapat menempatkan usungan tersebut tepay di bawah jasad yang berberkat tersebut.
Sehingga,
jasad itupun bangkit dan hidup kembali dalam bentuk seorang anak laki-laki
sekira berusia 12 tahun. Dan mengucapkan salaam kepada diriku.
Namun
aku merasakan, bahwa ternyata wajahnya berwajah ‘Mirza sahib’. Maka akupun tak mengerti: Bagaimana mungkin Hadhrat
Rasulullah Saw ‘datang kembali ke dunia ini, namun bertentangan dengan Janji
Ilahi.
Namun,
akupun menjadi tersadar, bahwa ‘Mirza
sahib’ inilah yang mendakwakan diri sebagai penzahiran dari kebangkitan kembali
Hadhrat Rasulullah Saw.
Mimpi
tersebut berdampak positif sedemikian rupa kepada diriku mengenai kebenaran
pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
(61) Hadhrat Mehr Ghulam Hassan sahib r.a. bai’at pada tahun 1898, meriwayatkan, bahwa: ‘Sebelum Bai’at, aku mendapat mimpi melihat seseorang sedang bermain layang-layang.
(61) Hadhrat Mehr Ghulam Hassan sahib r.a. bai’at pada tahun 1898, meriwayatkan, bahwa: ‘Sebelum Bai’at, aku mendapat mimpi melihat seseorang sedang bermain layang-layang.
Akupun
melihat suatu Kampung yang dikatakan milik seorang Pendeta Kristen Amerika,
yang dari atas langitnya aku lihat ada sebuah ayunan besar sedang
melayang-layang dan duduk di dalamnya seorang anak laki-laki sambil bermain suling.
Kemudian
si pemain layang-layang mengarah-arahkan
layangannya ke jurusan anak itu hingga mematuk kepalanya. Lalu timbulah asap
api di mana-mana hingga anak itu dan ayunannya lenyap di tengah kepulan asap tersebut.
Tetapi
layangan itu tetap utuh, tak mengalami kerusakan.
Sedangkan
pada suatu mimpi yang lain, aku melihat diriku bersama adikku berjalan
menyusuri sebuah Perkampungan Hindu, dan melihat seorang orang tua yang sedang
menilawatkan talim Quran Karim.
Ketika
kemudian pulang kembali, orang tua itu masih sedang menilawatkan Al Qur’an.
Dan timbulah dalam pikiranku, bahwa orang tua
ini adalah seorang Muslim yang tangguh, dan penuh keberanian menilawatkan
talimul Qur’anul Karim di suatu Perkampungan Hindu.
Beberapa
waktu kemudian setelah aku Bai’at dan melihat foto Hadhrat Masih Mau’ud a.s.,
akupun menyadari, bahwa orang yang bermain laying-layang dan menilawatkan talim
Qur’an di dalam mimpiku itu, adalah beliau a.s. ini.
Lalu, ketika aku berkesempatan berziarah ke Qadian, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menanyaiku tentang situasi wabah penyakit ta’un (pes) di Sialkot.
Lalu, ketika aku berkesempatan berziarah ke Qadian, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menanyaiku tentang situasi wabah penyakit ta’un (pes) di Sialkot.
Maka
akupun menyampaikannya kepada beliau a.s., sekaligus juga mengenai mimpiku,
yakni melihat beberapa orang Polisi bersenjata menjaga rumahku.
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Keluarga tuan akan selamat, terlindung dari
serangan wabah penyakit ta;un. Allah Taala akan menjadi Pelindung mereka.
(62) Hadhrat Sheikh Atta Muhammad sahib r.a. meriwayatkan, bahwa: aku melihat pada suatu mimpi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menuliskan namaku dengan tinta merah pada suatu Buku.
(62) Hadhrat Sheikh Atta Muhammad sahib r.a. meriwayatkan, bahwa: aku melihat pada suatu mimpi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menuliskan namaku dengan tinta merah pada suatu Buku.
Kemudian
akupun melihat ada 7 orang penjaga amanat tanah lahan, tetapi beliau a.s. hanya
memanggil namaku.
Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. menafsirkan, bahwa 7 orang terpandang itupun akan menjadi
orang Ahmadi.
(63) Hadhrat Malik Ghulam Hussain Muhajir r.a. bai’at pada tahun 1891, meriwayatkan, bahwa: ‘Aku ini berasal dari firqah Syiah yang mempraktekkan semua aqidahnya.
(63) Hadhrat Malik Ghulam Hussain Muhajir r.a. bai’at pada tahun 1891, meriwayatkan, bahwa: ‘Aku ini berasal dari firqah Syiah yang mempraktekkan semua aqidahnya.
Ada
seorang [Ustadz] yang bernama Munshi Gulab Din yang biasa membacakan berbagai
kitab [ajaran Syiah] termasuk karangan Imam Ghazali kepada kami, dan suka
mengatakan: Jika ada yang sanggup mengarang buku setaraf dengan Imam Ghazali di
zaman ini maka aku akan bersafar untuk menemuinya meskipun harus menempuh jarak
sejauh 400 miles [atau 625 km].
Begitulah
yang terjadi. Ada dua kitab karya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang berjudul ‘Tauzih
Maram’ dan ‘Fatah Islam’ yang sampai kepadaku melalui seorang ikhwan yang telah
lebih dulu berziarah ke Qadian lalu Bai’at [di tangan Hadhrat Imam Mahdi a.s.]..
Maka
aku pinjamkan buku-buku tersebut kepada Munshi Gulab Din sahib selama beberapa
hari, yang kemudian membacakannya pula kepadaku,, yang akhirnya ia akui, bahwa
semua tulisan tersebut jauh lebih afdhal dibandingkan Imam Ghazali.
Kamudian
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menerbitkan selebaran poster Seruan Bai’at.
Maka
Munshi Gulab Din, aku, dan seorang ikhwan lainnya mengirimkan surat pernyataan Bai’at.kepada
beliau a.s..
Lalu,
akupun mengingatkan Gulab Din sahib mengenai janjinya akan bersafar untuk
menemui penulis kitab yang diakuinya jauh lebih afdhal dibandingkan Imam
Ghazali, meskipun harus bersafar hingga ratusan miles.
Maka
kamipun berikhtiar dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
Ketika
kami tiba di stasiun Batala dan sudah kemalaman, kamipun mencari-cari
penginapan. Tetapi tidak ada kamar yang kosong. Sehingga kamipun tidur di
Masjid jami yang ada di daerah tersebut.
Ternyata
masjid itu milik Maulwi Muhammad Hussain Batalwi [penentang keras Hadhrat Masih
Mau’ud a.s.].
Maka
keesokan paginya ia menanyai kami dari mana hendak ke mana ?
Ketika
kami jelaskan, ia berusaha menghalang-halangi agar jangan pergi ke Qadian,
sambil mengatakan, bahwa jika ‘Mirza sahib’ benar, mengapa dirinya menolak ?
Dan pergi ke Qadian adalah hanya membuang-buang biaya saja.
Aku
jawab: Kami sudah mengeluarkan sejumlah biaya untuk safar ini. Maka
bagaimanapun juga kami harus tetap pergi ke Qadian.
Lalu,
ketika kami sampai di Qadian, Jalsah sudah dimulai [sejak pagi].
Kami
disuguhi makan dan penginapan. Lalu ikut ber-Jalsah pada keesokan pagi harinya.
Ketika
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tiba [di Jalsah Gah], akupun berkata kepada para
ikhwanku: ‘Apakah tuan-tuan menyaksikan nur cahaya di wajah aqdas beliau itu di
tempat lain ?! Seandainya kita mendengarkan perkataan Maulwi Hussain Batalwi betapa sialnya hidup kita ini !’
(64) Hadhrat Hakim Abdul Muhammad sahib r.a., bai’at pada tahun 1905, meriwayatkan, bahwa: ‘Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda dalam suatu Pidato, bahwa: Barangiapa yang disebabkan ketunaan ilmunya tak dapat membuat keputusan mengenai kebenaran pendakwaanku, bolehlah banyak memanjatkan doa:
(64) Hadhrat Hakim Abdul Muhammad sahib r.a., bai’at pada tahun 1905, meriwayatkan, bahwa: ‘Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda dalam suatu Pidato, bahwa: Barangiapa yang disebabkan ketunaan ilmunya tak dapat membuat keputusan mengenai kebenaran pendakwaanku, bolehlah banyak memanjatkan doa:
yakni, ‘Tunjukilah kami pada jalan yang lurus
— Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan atas
mereka yang dimurkai, dan bukan pula yang sesat’ (Q.S. 1 / Al Fatihah : 6-7).
Laksanakanlah
hal itu, maka niscaya kebenaranpun akan dibukakan dalam tempo 40 hari.’
Maka
akupun segera melakukannnya, dan hanya dalam waktu seminggu, kebenaran itu
dibukakan kepadaku.
Yakni,
aku melihat dalam mimpi, aku berada di dalam sebuah Masjid, lalu masuklah Hadhrat
Masih Mau’ud a.s..
Maka
akupun menghampiri beliau untuk menyalami. Namun ada seorang Maulwi tuna netra
yang menghalangi.
Maka
akupun berusaha ke jurusan yang lain. Tapi Maulwi tersebut masih juga
menghalangi-halangi. Hingga akupun marah dan siap untuk memukulnya.
Namun
seketika itu juga Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkata: ‘Jangan mengumbar amarah.
Maka
akupun menjelaskan kepada beliau a.s., bahwa aku ingin menyalami tuan, tetapi Maulwi
ini terus menerus menghalangi.
Kemudian
akupun terbangun.
Keesokan
paginya aku ceritakan mimpiku ini kepada seseorang [Ahmadi], yang menyarankan
agar aku menuliskan mimpi tersebut dan mengirimkannya kepada Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. sekaligus memohon Bai’at.
Permohonanku
diterima, dan beliau a.s. menambahkan: Meskipun seandainya ada orang yang
menghalangi dengan segunung penghinaan, harap jangan dilayani.’
Selanjutnya Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis Atba bersabda: Jalsah Salanah Qadian akan dimulai besok.
Selanjutnya Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis Atba bersabda: Jalsah Salanah Qadian akan dimulai besok.
Delegasi
dari 22 Negara akan menghadirinya.
Seluruh
peserta agar berusaha untuk memperoleh faedahnya semaksimal mungkin.
Manfaatkanlah
waktu yang ada untuk banyak-banyak berdoa.
Jika
ada kesempatan, berdoalah di beberapa tempat aqdas Hadhrat Masih Mau’ud a.s. biasa
berdoa [sseperti di Baitud-Doa, Baitul Fikr, Masjid Mubarak, Masjid Aqsa, dlsb].
Doakan
pula untuk kemajuan Jama’at dan dilindungi dari musuh.
Juga
untuk Umat Islam, sehubungan situasi di berbagai negara Muslim, khususnya Syria
yang sangat kritis.
Kaum
Ahmadi di Syria mengatakan, bahwa keadaan negara sangat merosot yang tak
terbayangkan oleh orang luar.
Semoga
Allah Taala melindungi segenap rakyat di sana, khususnya kaum Ahmadi.
Semoga
pula Allah Taala memberikan akal sehat kepada pemerintah maupun rakyatnya untuk
menempuh jalan damai, alih-alih bertempur !
Unsur-unsur
ekstrimis maupun anti-Islam sedang memanfaatkan situasi buruk tersebut.
Semoga
Allah Taala menghancurkan mereka semua.
Semoga
kebenaran dan keelokan wajah Islam menampak ke seluruh dunia !
Semoga
Allah Taala senantiasa memberkati berbagai niat baik dan usaha kita, sehingga
kitapun dapat menyaksikan seluruh dunia berada di bawah Bendera Hadhrat
Rasulullah Saw.
Kemudian, saya pun akan mengimami salat jenazah gaib untuk tiga orang, yakni.
(1) Professor Bashir Ahmad Choudhry sahib, yang syahid pada usia 68 tahun.
Kemudian, saya pun akan mengimami salat jenazah gaib untuk tiga orang, yakni.
(1) Professor Bashir Ahmad Choudhry sahib, yang syahid pada usia 68 tahun.
Beliau
ini hadir dalam peristiwa penyerangan terhadap Masjid Jamaat di Model Town, Lahore
pada tanggal 28 Mei 2010.
Sejak
itu beliau menderita banyak luka yang harus ditanggungnya dengan jiwa dan raga
sekian lama [hingga hampir tiga tahun]. Tanpa mengeluh.
(2) Untuk Babar Ali sahib. yang berusia 30 tahun dan tergolong syahid pada 17 Desember 2012 yang lalu. Yakni, ketika sedang melaksanakan tugas pekerjaan Jama’at dengan mengendarai sepeda motor di jalan yang sempit dan cuaca berkabut, bertabrakan dengan sebuah tractor. Lalu syahid dalam perjalanan ke rumah sakit. Beliau ini Musi dan juga Waqfe Zindigi.
(3) Untuk Rubina Nusrat Zafar sahibah, janda almarhum Mirza Zafar Ahmad sahib yang disyahidkan pada peristiwa penyerangan Masjid Jamaat ‘Darul Zikr’, Lahore pada`tanggal 28 Mei 2010.
(2) Untuk Babar Ali sahib. yang berusia 30 tahun dan tergolong syahid pada 17 Desember 2012 yang lalu. Yakni, ketika sedang melaksanakan tugas pekerjaan Jama’at dengan mengendarai sepeda motor di jalan yang sempit dan cuaca berkabut, bertabrakan dengan sebuah tractor. Lalu syahid dalam perjalanan ke rumah sakit. Beliau ini Musi dan juga Waqfe Zindigi.
(3) Untuk Rubina Nusrat Zafar sahibah, janda almarhum Mirza Zafar Ahmad sahib yang disyahidkan pada peristiwa penyerangan Masjid Jamaat ‘Darul Zikr’, Lahore pada`tanggal 28 Mei 2010.
Rubina
sahibah ini menderita sakit kanker selama dua tahun terakhir dan meninggal dunia pada tanggal 3 Desember
2012 yang lalu, setelah memperlihatkan keberanian dan keistiqamahan yang luar
biasa sepeninggal kesyahidan suaminya.
Dan
panjang pula pengkhidmatan beliau di dalam organisasi Lajnah Imaillah.
MA/LA/20130102
Tidak ada komentar:
Posting Komentar