Rabu, 03 April 2013

Khutbah Huzur 29 Maret 2013


[Talimul Khair - Manaasikanaa Wanhar]
Talim Terafdhal dalam Beribadah &Berkorban
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
29 Maret 2013 pada Peresmian Masjid Baitur Rahman
di Kota Valencia, Spain [Spanyol]







Musulmana Ahmadía Mezquita en Valencia, España
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)  صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ  (٧)
         



‘Tarjamah ayat-ayat ini adalah sebagai berikut: ‘Dan ingatlah ketika Ibrahim dan Ismail meninggikan pondasi-pondasi Rumah itu, dan berdoa, ‘Ya Tuhan kami, terimalah ini dari kami; sesungguhnya Engkau-lah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
            ‘Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang menyerahkan diri kepada Engkau, dan jadikanlah dari antara keturunan kami, satu umat yang menyerahkan diri kepada Engkau. Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara ibadah, dan terimalah tobat kami; sesungguhnya Engkau-lah Penerima Tobat, Maha Penyayang.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 128 – 129).
            Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada kita untuk membangun Masjid kedua di negara Spanyol ini.
            Sekira sejak 7 (tujuh) tahun yang lalu di Masjid Basharat, Pedro Abad [Cordoba] saya telah menekankan pentingnya kita memiliki sebuah Masjid lain di Spanyol ini.
            Dan telah diputuskan pada waktu itu, bahwa Masjid berikutnya akan dibangun di Kota Valencia.
            Meskipun jumlah Kaum Ahmadi di daerah tersebut hanya sekira 130 orang, namun pentingnya membangun Masjid [Jamaat] kedua di Spanyol di tempat ini disebabkan fakta sejarahnya yang  penting.
            Jamaat Ahmadiyah mendapat taufiq untuk membangun Masjid di Spanyol ini setelah mengalami jeda selama 30 tahun [sejak berdirinya Masjid Basharat, pada tahun 1982 itu].
            Sekarang ini banyak Kaum Muslimin yang berdatangan ke Spanyol, yang tentunya mereka pun harus membangun masjid. Maka hasrat mereka itu dapat terpenuhi dengan adanya Masjid Basharat [milik Jamaat] tersebut.
            Begitulah, Jama’at Ahmadiyah telah diberi taufiq untuk membangun Masjid di [Pedro Abad, Cordoba] Spanyol itu setelah 700 (tujuh ratus) tahun.
            Jumlah Kaum Muslimin di Spanyol sekarang ini ada sekira 1 (satu) juta orang, yang diestimasikan pada tahun 2030 nanti, akan meningkat sebanyak 80% atau mencapai 2 (dua) juta orang.
            Padahal, pada 30 tahun yang lalu, hanya ada beberapa ribu orang Muslimin saja di Spanyol ini, yang mayoritasnya berasal dari Afrika Utara.
            Dapat dikatakan pula, bahwa pada beberapa Abad yang lampau, kaum Muslimin Spanyol dipaksa masuk Kristen. Namun, mereka yang secara diam-diam menjaga keimanannya, kemudian kembali lagi kepada Islam.
            Dengan karunia Allah Taala, kini semakin banyak kaum Muslimin di Spanyol yang peningkatannya diprakarsai oleh Jamaat Ahmadiyah.
            Akan tetapi, Islam yang haqiqi hanya dapat disaksikan di bumi Spanyol apabila para hamba Al Masih Muhammadi ini mau memahami pentingnya keberadaan mereka, kemudian menyebar-luaskan syiar tabligh ini kepada setiap orang di seluruh negeri.
            Setengah orang boleh jadi mengatakan: Hanya ada sekian orang Ahmadi di [Valencia] ini. Bagaimana mungkin mereka dapat bertabligh kepada setiap orang ?
            Padahal, jika mau berpikir, lalu membuat perencanaan matang, kemudian berusaha untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, tentulah dapat dirampungkan.
            Dan perencanaan telah senantiasa dibuat dalam hal ini, namun tidak dilaksanakan.
            Bahkan perencanaan yang telah diberikan Markaz atau Hadhrat Khalifatul Masih, atau Hadhrat Khalifatul Masih Rabi (IV) r.h. pun tidak dilaksanakan.
            Yakni, lokasi Masjid Basharat [di Pedro Abad] itu dekat jalan raya bebas hambatan (motorway) yang menuju ‘ke arah Cordoba.
            Jika strategynya dilaksanakan, tentulah informasi mengenai keberadaan Jama’at kita dapat diperkenalkan dari situ.
            Beberapa Jama’at lain, meskipun jumlahnya sedikit, telah berhasil melaksanakan syiar-tabligh kepada sedemikian banyak orang melalui brosur-brosur [leaflets]. Sehingga banyak pihak ghair yang ‘datang ke Masjid Basharat.
            Jadi, seandainya tugas pekerjaan dilaksanakan dengan ghairah dan kecintaan, tentulah berbagai pengenalan [informasi mengenai Jamaat] telah dapat dilakukan.
            Jika beberapa sekte Islam lainnya dapat mengembalikan 20,000 orang Spanyol yang asalnya Muslim kepada Islam, bagaimana mungkin Tabligh kita yang tiada lain adalah Islam haqiqi tidak dapat mencapainya ?    Begitulah, jika kita sudah berhasil membuka berbagai peluang untuk itu, tetapi tidak melaksanakannya, maka pihak lain yang memanfaatkannya.
            Maka para pengurus Jama’at Spanyol di tiap level hendaknya memuliakan sikap tanggung jawab mereka. Buatlah berbagai target perencanaan, dan berusahalah untuk mencapainya.
            Citra Islam haqiqi yang kita persembahkan ini perlu disyiar-luaskan ke seluruh dunia sekarang ini.
            Masyarakat Spanyol yang asalnya beragama Islam itu perlu disadarkan, bahwa kinilah saatnya untuk ‘membalas’ kekejaman para pendahulu mereka.
            Namun, pembalasan tersebut tidak dengan cara kekerasan, karena Islam telah mengajarkan: ‘Laa ikraaha fiddiin…..’

yakni, ‘Tidak ada paksaan dalam agama …’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 257).
            Dan Allah Taala telah menyatakan, bahwa: Janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil.
            Dia memerintahkan: ‘……i’diluu, huwa aqrabu littaqwaa…..’,

yakni, ‘…senantiasalah Berlaku adil, itu lebih dekat kepada taqwa.…’ (Q.S. 5 / Al Maidah : 9).
            Jadi, hanya ketaqwaanlah yang dapat mendekatkan insan kepada Allah Taala.
            Lagipula, tak ‘ada kebencian di sini; dan mereka sudah menjadi pribumi; maka perlu disampaikan, bahwa syiar tabligh cinta kasih dan kedamaianlah yang perlu mereka bawakan.
            Kita perlu sampaikan kepada mereka: Pertama-tama terapkanlah keindahan ajaran Islam [pada diri sendiri]. Kemudian berusahalah untuk mendapatkan kompensasi atas [penderitaan] masa lalu  itu dengan cara memikat qalbu mereka kepada keindahan ajaran [Islam] ini.
            Qalbu yang dahulu dipaksa untuk menyekutukan Allah itu harus ditanami kembali dengan Tauhid Ilahi dan Rasul-Nya, yakni Hadhrat Muhammad Saw.
            Tanamkanlah cinta kepada Allah yang sifat Rahimiyyat-Nya lebih dominan dibandingkan dengan berbagai sifat-Nya yang lain; dan juga cinta kepada Hadhrat Rasulullah Saw yang adalah Rahmatan lil A’lamin.
            Kaum ‘Muslim awalin’ ini hendaknya dapat mencari dan mencintai agama Ilahi yang haqiqi dan menyemangati hidup mereka kembali sehingga menjadi duta-duta keimanan.
            Alasan mengapa saya memilih Valencia ini sebagai lokasi bagi Masjid [kedua] di bumi Spanyol karena sejarah  menyampaikan kepada kita, bahwa ketika Raja dan Ratu yang dzalim itu memaksa sedemikian rupa kaum Muslimin menjadi  Kristen, Valencia adalah daerah yang terus menerus menganiaya kaum [Muslim] Arabia tersebut.
            Yakni, kaum Muslimin di Valencia itu tetap menyembah Allah Yang Maha Tunggal dan menjaga talim tarbiyat mereka. Sedangkan muslimin Spanyol lainnya pada waktu itu tidak memperlihatkan keteguhan iman mereka secara terbuka.
            Kemudian ketika pada tahun 1600-nan sang Raja itu memutuskan untuk mengusir kaum Muslimin dari bumi Spanyol, Muslimin Valencia itulah yang pertama-tama yang mereka paksa disebabkan keteguhan mereka untuk berusaha mempraktekkan ajaran [Tauhid] mereka.
            Lalu kaum Muslimin Spanyol itupun menjadi semakin lemah kondisi ekonomi-keuangan mereka; dan terusir secara bertahap dari berbagai kota besar, berpencaran ke sana ke mari.
            Kemudian, berbagai Pemimpin yang berbeda, memerintah negara Spanyol.
            Lasykar Italia ‘datang dan menganiaya; lalu mengusir golongan usia dewasa kaum Muslimin itu. Sedangkan anak-anaknya mereka kirim ke berbagai keluarga Kristen untuk dijadikan hamba sahaya dan budak.
            Anak-anak tersebut dilarang menyembah Allah Yang Tunggal. Mereka dipaksa untuk menjalankan ajaran Trinitas.
            Maka sekarang ini, adalah tugas kita untuk sekali lagi menjadikan mereka sebagai para penyembah Allah Al Wahid.
            Kita pun perlu menyampaikan syiar-tabligh ini kepada yang lainnya, semata-mata sebagai kebaikan manusiawi. Yakni, menginginkan adanya kebaikan pada mereka sebagaimana yang juga kita inginkan.
            Maka berusaha keras-lah untuk itu. Khususnya lagi di daerah [Valencia] inilah, Islam bertahan hingga akhir. Yakni, di sini kaum Muslimin tidak terusir sejak 7 (tujuh) Abad yang lalu; melainkan hanya sekira pada 4 (empat) Abad yang lalu.
            Tak diragukan lagi, bahwa setelah sekian Abad memerintah di bumi Spanyol, kaum Muslimin menjadi mundur dan jatuh disebabkan ketamakan dan bersiasat antar mereka sendiri.
            Khalifah simbolis maupun Rajanya tidak menjunjung tinggi tanggung jawab mereka. Begitupun para Pejabat Tingginya.
            Setiap pihak hanya sibuk mengurus menciptakan kekuatan kelompoknya sendiri yang berujung kepada berbagai perkara demi untuk kepentingan diri sendiri.
            Tetapi sekarang, Khilafat Al Masih Mau’ud a.s. sudah berdiri. Maka adalah menjadi tugas kewajiban para pengikutnya untuk menegakkan kembali Kejayaan masa lalu yang telah hilang itu, dan memperkenalkan kembali bangsa ini kepada Kalimah Syahadah:

 yakni, ‘Tiada yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.’
            Allah Taala telah memberi taufiq kepada kita untuk membangun Masjid di daerah ini, dan kita berhasil mendapatkan lokasi yang paling cocok untuk itu.
            Yakni, berlokasi di tengah-tengah dan dapat terlihat dengan jelas dari jalan raya bebas hambatan (motorway).
            Dan dengan karunia Allah Taala, ini adalah daerah elit dengan lingkungan tetangganya yang terhormat.
            Maka kita hendaknya tidak sekedar bergembira telah berhasil membangun sebuah  Masjid indah lainnya di sebuah kota di negara Spanyol.
            Melainkan, justru perlu bertafakur; meningkatkan standar peribadatan dan rasa tanggung jawab.
            Ayat-ayat Al Quran yang telah ditilawatkan di awal Khutbah tadi menggambarkan cara elok Hadhrat Ibrahim dan Hadhrat Ismail a.s. yang telah ajarkan kepada kita mengenai kewajiban untuk memenuhi tanggung jawab setelah membangun sebuah Rumah Allah.
            Yakni, kita perlu bertafakur: Agar generasi demi generasi kita yang akan lahir kemudian adalah generasi yang memuliakan kewajiban haququllah.
            Ayat-ayat tersebut mencantumkan doa Hadhrat Ibrahim a.s. setelah berhasil meninggikan dinding-dinding Ka’bah.
            Yakni, setelah sekian tahun berkorban yang dilakukan oleh sang ayah, sang anak, maupun sang istri, mereka tidak berdoa tanpa makna seperti ini: ‘Ya Tuhan, kami telah berkorban di jalan Engkau sekian lama untuk memenuhi perintah Engkau. Maka kini adalah hak kami, bahwa Engkau menerima setiap pengorbanan kami, dan memudahkan kami.
            Ini pulalah yang tidak dilakukan oleh Jamaat Ahmadiyah. Melainkan oleh kaum Muslim lain yang cenderung bangga  menggembar-gemborkan pengorbanan sekecil apapun.
            Padahal, suri tauladan yang Allah Taala telah perlihatkan melalui rasul-Nya ini, adalah: Sang anak menjadi siap sedemikian rupa untuk dikorbankan. Dan sang ayah pun siap untuk mengorbankan anaknya yang lahir ketika usianya sudah sedemikian lanjut.
            Lalu, beliau a.s. ini pun meninggalkan istri dan anaknya itu di padang belantara [Par’an].
            Namun kemudian saat itu pun tiba ketika pengorbanan istri dan anak beliau itu diterima dan mereka dicukupi dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda.
            Ketika Ka’bah tersebut sedang dibangun, kedua insan (yakni, Hadhrat Ibrahim a.s. dan putra beliau Hadhrat Ismail a.s.) menyatakan, bahwa tujuan utama mereka adalah untuk memakmurkan Rumah Allah.
            Yakni, memakmurkannya dengan  kaum mukminin yang akan memuliakan kewajiban beribadah kepada Allah Taala, dan menjaganya hingga ke maqom yang setinggi-tingginya.
            Jadi, insan-insan tersebut membangun Rumah Allah atas perintah-Nya; namun kerendahan hati dan kecintaan mereka kepada Allah Taala sedemikian rupa, sehingga mereka pun memohon agar kiranya Allah Taala berkenan untuk menerima pengorbanan mereka itu.
            Inilah suatu pelajaran yang mulia dalam berkorban. Yakni memberikan pengorbanan dengan sebaik-baiknya, kemudian kembali kepada Allah Taala dengan penuh kerendahan hati dan berdoa agar kiranya Dia berkenan untuk menerima pengorbanan yang telah dipersembahkan.
            Sikap  dan doa ala Ibrahimi dan Ismaili seperti inilah yang hendaknya kita perhatikan sebagai para pengikut dari seorang wujud penghamba dan pecinta Hadhrat Rasulullah Saw yang sejati, yang juga telah dijuluki sebagai Ibrahim Zamani oleh Allah Taala.
            Yakni, beliau a.s. itulah yang telah berhasil menegakkan kembali dinding-dinding keimanan dan menyinarkan kembali  keindahan ajaran Islam, kemudian mempersembahkannya kepada dunia dengan segala Keagungannya, sehingga ghair-Muslim pun berkata: ‘Jika ini Islam yang sebenarnya, maka kami pun menarik kembali segala perkataan kami yang anti-Islam.
            Jadi, tujuan utama keberadaan Ka’bah sekarang ini tengah dipenuhi oleh wujud Ibrahim [Zamani] ini.
            Pancaran sinar keindahan ajaran Islam sedang semakin mewujud kepada dunia.
            Setiap Masjid kita di seluruh dunia telah menjadi saksi pemenuhan tujuan yang sangat utama ini.
            Yakni, Masjid yang diberi nama Baitur Rahman inipun merupakan ekspresi kita untuk mencapai tujuan utama tersebut.
            Manakala Masjid ini memohon perhatian kita kepada kerendahan hati untuk mencapai tujuan utama itu; hal ini sekaligus pula memohon perhatian untuk memenuhi janji Baiat dan tanggung jawab kita.
            Hanya dengan cara inilah kita dapat mencapai tujuan utama yang haqiqi tersebut.
            Yakni, kita menyatakan: ‘Wahai Al Masih Muhammadi, penghamba dan pecinta Hadhrat Rasulullah Saw yang sejati, kami telah berjanji-baiat kepada engkau, bahwa kami akan mendahulukan kepentingan agama di atas kepentingan duniawi. Dan akan menyebar-luaskan Tauhid Ilahi.       Membangun Masjid ini akan menarik perhatian dunia kepada Islam dan membuka peluang Pertablighan.
            Dengan memenuhi persyaratan mereka dan memfaedahkan segala kemampuan kita, kewajiban yang paling utama dari kita semua adalah menegakkan Tauhid Ilahi dan membawa bangsa ini ke bawah naungan Bendera Hadhrat Rasulullah Saw.
            ‘‘Ya Allah, Ya Sami’ul Aliim, Wahai Engkau Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dengarlah doa-doa kami. Berilah kami taufiq untuk memenuhi  berbagai kewajiban kami.
            Jadikanlah Masjid ini sebagai sarana untuk mencapai tujuan utama dalam membangun Rumah Engkau.
            Anta Al Aliim, Maha Mengetahui berbagai kedhaifan kami. Terimalah doa-doa kami. Perbaikilah berbagai kekurangan kami. Dan sempurnakanlah berbagai tujuan utama kami.’’
            Begitulah, keindahan dan derajat sebuah Masjid hanya dapat tercapai apabila kita sudah dapat memenuhi berbagai kewajiban kita.
            Jika kita menunaikan kewajiban haququllah [beribadah kepada Allah] dan juga kewajiban haququl-ibad [terhadap ‘sesama manusia] sedemikian rupa sehingga menjadi contoh amalan ajaran Islam, maka hal itupun menjadi bukti nyata dan menarik qalbu orang lain untuk itu.
            Selama periode ratusan tahun pemerintahan Muslim dahulu memerintah di Spanyol, banyak Masjid-masjid indah yang berhasil dibangun.
            Contohnya, antara lain adalah Masjid Cordoba, yang keelokannya tetap menawan hingga kini.
            Dan masih banyak lagi Masjid Agung lainnya yang berhasil dibangun ke manapun pemerintahan Muslim awalin itu menunaikan tugasnya.
            Salah satu contohnya adalah yang di Granada itu.
            Akan tetapi, manakala ruh ajaran Islam yang haqiqi telah hilang dari diri para ahlul-Masjid tersebut, maka bangunan yang dulunya menegakkan Tauhid Ilahi tersebut diruntuhkan pihak lain, atau mereka rubah menjadi gereja.
            Yakni, hingga kini orang masih tercengang menyaksikan keindahan dan kekuatan Masjid Cordoba yang tak lekang oleh usianya yang telah berabad-abad. Namun ‘sayang telah berubah menjadi sebuah Gereja.
            Jadi, manakala kaum Muslimin telah kehilangan ruh agama mereka, maka Masjid-masjid mereka pun berubah menjadi sesuatu yang lain.
            Jadi, aspek utamanya adalah bukan memperindah Masjid; melainkan ruh keimanan mereka yang dating untuk memakmurkannya.         Maka, kita harus dapat memelihara ruh Masjid ini dengan cara bekerja keras dan banyak beribadah serta berdoa, sehingga Allah Taala senantiasa membangkitkan generasi di antara kita yang akan tetap menjaga ghairah rohani ini, sehingga tempat ini pun senantiasa menjadi pusat Tauhid Ilahi hingga Hari Qiyamat.
            Adapun pada ayat kedua yang telah ditilawatkan di awal [Khutbah] tadi, para Nabiyullah yang mulia tersebut tidak membatasi doa-doa bagi diri mereka saja, melainkan memperluasnya untuk anak keturunan; bahkan hingga ke generasi demi generasi selanjutnya.
            Inilah sesungguhnya metoda, pola ‘pikir dan keprihatinan cara berdoa bagi mereka yang menginginkan keberhasilan untuk generasi demi generasi pelanjut mereka.
            Dengan pemahaman ini, Insya Allah Taala kita pun akan memperoleh falah keberhasilan.
            Dan dengan ibadah serta doa- doa itu, anak keturunan kita pun akan lekat dengan ketaqwaan untuk memperoleh tujuan utama keberadaan Rumah Allah Taala ini.
            Pengorbanan kita akan diterima apabila kita senantiasa memiliki suatu kaum yang memenuhi kewajiban haququllah dan haququl-ibad.
            Kita perlu berdoa kepada Allah Taala, sebagaimana para nabiyullah ini telah panjatkan: ‘…..wa arinaa manasikanaa…..’; yakni, ‘…..dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara ibadah…..’.
            Sebab, cara-cara beribadah dan pengorbanan yang haqiqi hanya dapat  difahami melalui petunjuk hidayah Allah Swt.
            Yakni, pemahaman hikmah yang mendalam, dan yang berhasil mereka penuhi adalah berkat karunia Allah Taala.
            Dan Salat sesungguhnya adalah salah satu cara beribadah kepada-Nya.
            Namun, ada pula mereka yang beribadah [Salat] tetapi Allah Taala menyatakan bahwa Salat mereka itu akan berbalik [mencelakakan] diri mereka, dan menjadi sumber kerusakan mereka.
            Maka hendaknya berusahalah untuk mendirikan Salat sedemikian rupa, yang dapat diterima oleh Allah Taala berkat  fadhzal karunia-Nya. Sehingga apapun amalan yang dikerjakan semata-mata lillahi Taala menjadi salah satu cara beribadah, yakni bahkan bilapun dalam bentuk haququl-ibad, mengkhidmati ‘sesama manusia.
            Kita hendaknya banyak berdoa sedemikian rupa bagi keturunan kita.
            Kita berikrar-janji di dalam berbagai acara pertemuan, bahwa: Setiap saat bersedia untuk memberikan pengorbanan.             Maka kita pun perlu menanamkan ghairah semangat pengorbanan ini pada generasi kita berikutnya.
            Namun, kita pun perlu menyadari bahwa sesuai dengan waktu dan kondisinya, bentuk pengorbanan pun dapat berubah.
            Yakni, ketika kaum Muslimin Awwalin ‘datang ke Spanyol dan menyebar ke mana-mana, mereka ber-Jihad dengan menggunakan pedang. Tetapi bentuk pengorbanan sekarang ini adalah ber-Jihad dengan Tabligh. Atau mengorbankan harta-benda untuk membangun Masjid-masjid.
            Pendek kata, cara memberikan pengorbanan dapat berubah sesuai dengan kondisinya.
            Hadhrat Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah Taala agar diajarkan cara-cara pengorbanan; yang oleh karena itu, Allah Taala pun memberi petunjuk hidayah-Nya kepada kita, yang pada prinsipnya: Pengorbanan hendaknya diberikan sesuai dengan situasinya.
            Amal shalih hendaknya dilaksanakan dalam usaha untuk memperoleh keridhaan Allah Swt.
            Inilah mengapa sebabnya Hadhrat Rasulullah Saw menasehatkan seorang sahabah untuk mendirikan Salat Tahajjud sebagai amal shalih yang ter-afdhal bagi dirinya. Sedangkan kepada sahabah lainnya, adalah ber-Jihad.
            Yakni, pada suatu amalan mana kita merasa kurang, di situlah amal shalih yang ter-afdhal untuk dilaksanakan.
            Itulah cara ibadah yang paling cocok untuk orang itu. Dan ada pula pengorbanan yang paling sesuai bagi orang lainnya.
            Jadi, doa-doa [yang ditilawatkan di awal Khutbah] tadi sarat dengan penekanan kepada untuk menghilangkan sesuatu kekurangan di dalam diri sendiri dan juga anak keturunan.
            Yakni, hendaklah senantiasa diingat, bahwa kita tak akan dapat memperoleh standar peribadatan yang tinggi atas usaha maupun pengorbanan diri sendiri.
            Inilah mengapa doa ini memohon: ‘…..wa tub’alainaa…..’, yakni, ‘….dan terimalah tobat kami…’; sehingga, pengorbanan kita pun dapat mengarahkan kepada berbagai pengorbanan lainnya lebih lanjut. Dan ibadah senantiasa menjadi pusat perhatian kita.
            Mubaraklah mereka yang mengikuti jalan ini, mendapat perlindungan Ilahi dari berbagai kedhaifan dan kedzaliman serta berdoa dan menanamkan cara tersebut pada anak keturunan mereka.
            Kita hendaknya memperhatikan pentingnya memenuhi kewajiban haququl-ibad, serta menjauhi sikap bangga dan takabur.
            Menjauhi kemalasan dalam mengerjakan Salat. Yakni, yang manapun waktu Salat tampak sulit, di situlah kita berjihad untuk memperhatikannya.
            Jika Salat berjamaah adalah kelemahan, maka perbanyaklah nasehat untuk itu.
            Jika kita tidak memuliakan kewajiban terhadap orang tua, ataupun tidak memenuhi hak-hak saudara kandung, penuhilah itu.
            Bila kita belum memenuhi kewajiban terhadap lingkungan tetangga, bertablighlah kepada mereka. Pikatlah [qalbu] mereka kepada Ahmadiyah, Islam yang haqiqi.
            Maka jika kita sudah mempraktekkan semua amalan-shalihan tersebut, barulah kita dapat memohon Allah Taala agar kiranya: ‘…terimalah tobat kami…’, dan kasihanilah kami…’, [‘…..wa tub’alainaa…..’, ‘…..warhamnaa….’].
            Yakni, kita harus memperlakukan orang lain dengan kasih sayang jika kita ingin agar Allah Taala mengasihani kita.
            Jika seorang mukmin sungguh-sungguh terkait [qalbunya] kepada Masjid, maka pintu-pintu baru ketaqwaan pun terbuka baginya, dan ia memperoleh maghfirah Ilahi.
            Maka Masjid yang telah dikaruniakan oleh Allah Taala kepada kita pada hari ini, hendaknya menarik perhatian kita untuk memenuhi berbagai standar ukuran tersebut.
            Mereka yang tinggal di daerah Masjid ini wajiblah memakmurkannya bersama-sama dengan anak-keturunan mereka, Insya Allah.
            Semoga Allah Taala mengaruniai kita semua keberkatan yang terkait dengan Masjid, dan semoga pula Dia menerima tobat kita, serta mengampuni segala kelemahan kita !  Amin !
            Sekarang ini, kita perlu ber-Jihad terhadap diri-sendiri.
            Yakni, menyebar-luaskan tabligh Islam pun adalah juga Jihad, yang kita perlu perhatikan sepenuhnya.
            Namun, kita tak akan berhasil tanpa adanya nushrat pertolongan Ilahi.
            Dan karunia Allah Taala ‘datang jika kita memenuhi kewajiban beribadah kepada-Nya.
            Yakni, kita akan memperoleh berbagai karunia Allah dengan cara mendirikan Salat dan ber-Jihad melawan diri sendiri, serta syiar-tabligh Tauhid Ilahi.
            Di dalam kehidupan masyarakat seperti sekarang ini, kita perlu ber-Jihad dengan [cara] semua itu.
            Karena hanya dengan Jihad itulah kita dapat menyelamatkan diri dari berbagai penyakit masyarakat, dan menjadikan kita untuk memperoleh karunia Allah, serta melindungi anak-keturunan kita dari berbagai kemudharatan dunia.
            Hiasilah Masjid ini dengan berbagai ibadah yang ikhlas.
            Semoga Allah Taala menjadikan Masjid ini untuk dapat memenuhi tujuan utamanya. Dan semoga pula kita dapat memenuhi berbagai tanggung jawab kita.
            Sebuah masjid lain yang didanai oleh negara Mesir dan Saudi Arabia telah dibangun di Provinci ini. Namun kekurangannya adalah tidak menerima Al Masih Muhammadi, yang hanya dapat dipenuhi oleh Masjid kaum Ahmadi.
            Maka hal ini hendaknya menjadikan setiap Ahmadi teringat untuk meningkatkan tanggung jawabnya.
            Semoga Allah Taala memberi taufiq kepada anda sekalian untuk memenuhinya ! Amin !
            Adapun mengenai informasi tentang Masjid ini: Bangunannya seluas 1,350 square feet (atau lebih dari 400 meter persegi), dengan biaya 1.2 juta Euro (atau 1,5 Milyar Rupiah lebih), dan sumbangan dari Jamaat Spanyol sedikit.
            Jika memang ada kesulitan pengorbanan harta-benda, memberikan perjanjian adalah cara memuliakannya.
            Dan cara lain untuk berpartisipasi dalam pengorbanan adalah dengan cara ber-Tabligh.
            Kapasitas gedungnya untuk 250 orang, namun beberapa Ruangan lainnya cukup luas.
            Berbagai fasilitas lainnya adalah, ada 7 (tujuh) Ruang Perkantoran, Perpustakaan, Toko Buku, Dapur yang lengkap, Gudang dan Gudang Khusus Peralatan Teknis.
            Gedungnya pun ber-ac.
            Lokasi ini dulunya sudah ada sebuah rumah tinggalnya, namun kemudian diperluas dengan 3 (tiga) Kamar.
            Sebuah surat kabar setempat telah memberitakan laporannya, bahwa: ‘Sebuah Tempat Ibadah Terbesar di Provinci [Valencia] Telah Dibangun. Dan Telah Menjadi Sebuah Kenyataan’.
            Namun, hal tersebut menjadi ‘Sebuah Kenyataan’ apabila setiap diri kita dapat memenuhi berbagai kewajibannya.
            Hal positif lainnya yang diwartakan oleh surat kabar tersebut adalah: ‘Berdasarkan pengkhidmatan mereka bagi Allah semata, Kaum Ahmadi menentang siapapun yang membunuh orang lain dengan mengatas-namakan Allah’.
            Masjid [Baitur Rahman] ini pun memiliki 2 (dua) Ruang Serbaguna.
            Semoga Masjid ini dapat menyajikan citra Islam yang haqiqi kepada masyarakat di Daerah dan Provinci ini. Dan semoga pula setiap Ahmadi dapat memenuhi tanggung-jawabnya ! Amin !
            Sebagian besar bantuan konstruksi Masjid ini dari Markaz [London]. Juga bantuan Teknisnya.
            Insinyur kawakan kita, tuan Chaudhry Ijaz telah banyak mengelola berbagai bidang pekerjaan ini, dan juga membuat rincian analisanya.
            Beliau pun dapat memangkas berbagai pembiayaan yang mahal namun tidak memenuhi standar.
            Tetapi sekarang ini beliau sedang tidak sehat. Harus mendapat therapy dialysis (cuci darah), namun tetap bekerja keras.
            Semoga Allah Taala memberi ganjaran pahala yang besar dan kesehatan yang sempurna kepada beliau. Sehingga semoga pula dapat tetap mengkhidmati Jama’at. Amin !
oo0O0oo
MAS/LA/ 20130402

Tidak ada komentar:

Posting Komentar