Kamis, 28 Februari 2013

Khutbah Huzur 4 Januari 2013


Infaq Fii Sabiilillah
yang Diberkati  &
Tahun Pengorbanan Baru
Waqfe Jadid [2013]
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V At9a
4 Januari 2013 di Masjid Baitul Futuh, London


               
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)  صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ  (٧)

artinya: ‘Orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan  Allah, lalu mereka tidak mengiringi apa yang dibelanjakan mereka dengan menyebut-nyebut kebaikan dan tidak pula menyakiti, maka bagi mereka ada ganjaran di sisi Tuhan mereka, dan ‘tak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka akan bersedih’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 263).
            [Sekarang ini] ‘tak ada lagi pihak yang dapat memahami hikmah mendalam dari ayat [Al Quran] ini, sebagaimana yang dimiliki oleh mereka yang sudah menerima kebenaran pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
            Yakni mereka berinfaq fii sabiilillah dengan melupakan kepentingan diri mereka sendiri, disebabkan mendahulukan kepentingan Jamaat.
            Mereka bersemangat sedemikian rupa untuk dapat berinfaq, yang jika tak terlaksana, merekapun menjadi gelisah.
            Hal ini terjadi baik di kalangan mubayin baru maupun Ahmadi lama.
            Baru kemarin ini saya menyaksikan satu keluarga mubayin baru keturunan Arab dengan anak-anaknya yang sudah dewasa dan berkhidmat kepada Jama’at.
            Yakni, keluarga yang baru Bai’at pada beberapa bulan yang lalu ini, disebabkan merosotnya keadaan ekonomi, sang ayah menganggur.
            Dikarenakan kesulitan menghadapi kehidupan, merekapun harus meminjam dari kalangan keluarga.
            Sang ibu yang merasa paling gelisah,  mengatakan kepada saya: Dikaarenakan situasi ini, kamipun tak dapat membayar pengorbanan Chandah sebagaimana yang kami inginkan.’
            Maka sayapun menghibur mereka, bahwa: Karena situasinya demikian, berapapun yang tuan bayar, cukuplah itu.’
            Tetapi sang ibu menukas, bahwa: Kami tak mau ketinggalan  di belakang kaum Ahmadi lainnya dalam membayar  Chandah.’
            Jadi, begitulah inqillab haqiqi yang terjadi pada diri mereka yang telah menerima kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
            Tak perlu ada pertanyaan apakah ada sikap riya di dalam pengorbanan mereka itu; melainkan, mereka senantiasa gelisah [jika sampai ketinggalan], baik yang semangat pengorbanannya tinggi maupun tidak.
            Adapula kalangan anggota yang disebabkan satu dan lain hal harus dikenai tindakan disiplin Jamaat, Chandahnya tidak boleh diterima.
            Mereka inipun menjadi sangat gelisah, lalu menyurat dengan penuh kecemasan memohon maaf, dan berjanji akan segera memperbaiki diri, sekaligus memohon agar pembayaran Chandah mereka janganlah ditolak.
            Kami dapat menerima tindakan disiplin apapun. Tetapi tak dapat menanggung derita jika  pengorbanan Chandah kami ditolak’, katanya.
            Begitulah keadaan Jama’at Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang sangat mengagumkan, yang justru mendapatkan kenikmatan dan ketenteraman dalam berinfaq fii sabilillah mereka.
            Sebaliknya, seringkali pihak lawan Jamaat mengatakan dalam berbagai pidato mereka: ‘Lihatlah betapa bersemangatnya kaum Qadiani - atau Mirzai, atau  apapun yang mereka sebut – dalam berinfaq fii sabiilillah demi untuk mencapai tujuan mereka, yang jamaah kita tidak mempedulikannya.’
            Dan pernyataan kaum Maulwi atau organisasi apapun itu, tidak hanya di Anak Benua India-Pakistan saja, namun juga hingga ke Benua Afrika.
            Bahkan, bilapun mereka itu berinfaq, mereka suka menggembar-gemborkannya: ‘Lihatlah betapa besarnya kami sudah menyumbang untuk membantu kesejahteraan rakyat.’
            Tetapi seringkali pula mereka itu bertikai karena ada yang mengeluh bahwa infaq mereka tidak dibelanjakan sebagaimana mestinya.
            Maka adalah semata-mata fadzal karunia karunia Allah Taala kepada Jama’at ini, sehingga sadaqah infaq kita diberkati sedemikian rupa, yang tak tampak pada pihak lain.
            Pada waktu peresmian [Universitas] Jamiah Ahmadiyah Germany yang baru lalu itu, ada seorang wartawan surat kabar Pakistan yang bertanya kepada saya: ‘Apakah ada suatu bantuan [biaya] dari pihak pemerintah dalam pembangunan yang megah ini ?’
            Saya jawab: ‘Dengan karunia Allah, semua proyek pembangunan kami dicukupi oleh [swadaya] pengorbanan Chandah kami sendiri.      Tanpa kecuali, termasuk pembangunan seluruh kompleks bangunan Jamiah ini.
            Seandainya suatu departemen pemerintahan membangun [fasilitas pendidikan tinggi] semacam ini, niscayalah akan menghabiskan biaya yang jauh lebih besar.’
            [Wartawan itu bertanya lagi: ‘Apakah setiap orang dapat menjadi mahasiswanya ?’
            Saya jawab: ‘Ya. Dan saya sendiri yang menjaminnya.’].
            Pengorbanan harta benda Jama’at ini diberkati Allah Taala. Oleh karena itu banyak pekerjaan proyeknya yang dapat diselesaikan dengan hemat biaya.                      Namun, meskipun para anggota Jama’at ini, laa yutubi’uuna maa anfaquu manna walaa adza, yakni tak menyebut-nyebut, atas pengorbanan mereka, tak pula mereka mempertanyakannya, tetapi para pengurus hendaknya sangat berhati-hati dan membelanjakannya dengan cermat.
            Kesejahteraan kita adalah berkat doa dan keberkatan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., dan Insha’Allah selamanya akan tetap demikian.
            Akan tetapi hendaknya diingat pula keprihatinan beliau a.s. dalam hal ini. Ialah: ‘Aku tidak mengkhatirkan dari mana Jamaat ini akan memperoleh dananya [untuk menjalankan missinya], namun yang aku lebih khawatirkan adalah keadaan qalbu orang-orang yang diserahi amanat untuk mengelolanya.
            Mereka yang diberi amanat untuk membelanjakan harta benda Jamaat jangan sampai terjerat oleh nafsu duniawi.
            Dengan karunia Allah, kita memiliki system operasi pelaksanaan dalam pembelanjaan anggaran, yang disertai dengan pengawasan [‘checks and balance’]-nya.
            Akan tetapi, mereka yang menggunakan harta benda Jama’at hendaknya harus tetap berhati-hati, senantiasa memohon pertolongan dan petunjuk Ilahi, dan juga banyak-banyak ber-Istighfar.
            Jama’at ini terus tumbuh berkembang. Namun pihak lawan pun meningkatkan aksinya untuk merongrong dengan bantuan orang-orang yang munafik.
            Tetapi insha Allah kita akan tetap dapat mneyaksikan nushrat pertolongan dan dukungan Ilahi seiring dengan ikhtiar kita untuk senantiasa meningkatkan sikap ta’aluq billah kita.
            Saya pun tak pernah mengkhawatirkan bagaimana berbagai macam proyek pembangunan ini itu dapat dirampungkan
            Justru adalah sangat mengherankan menyaksikan betapa Allah Taala menanamkan semangat berkorban dan berfastabiqul-khairat di dalam qalbu kaum Ahmadi.
            Yakni, ada pula di antara mereka itu yang ikut berkorban dengan menafi’kan kepentingan dirinya sendiri.
            Inilah salah satu ciri khas suatu  Jamaah para nabiyullah
            Mereka senantiasa setiap saat bersedia untuk mengorbankan segala sesuatu, yang justru mereka anggap sebagai ihsan kebaikan dari suatu Jamaah Ilahi yang telah berkenan untuk menerima infaq fii sabiilillah mereka.
            Begitulah setidaknya yang disikapi oleh mereka – yang dikenai tindakan disiplin Jamaat, sebagaimana yang telah saya sampaikan tadi.
            Sementara para mubayin baru yang memahami hakekat pentingnya berinfaq fii sabiilillah inipun berusaha dan tampil ke muka.
            Adakalanya pula ketika target anggaran telah ditetapkan untuk suatu proyek pembangunan, dan kalangan yang berkemampuan di dalam Jama’at berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi ketertinggalan mereka. Ini dikarenakan ruh mereka tergugah untuk melunasinya.
            Mereka mendengar pernyataan Allah Taala: ‘…..wa laa haufun alaihim wa laa hum yahjanuun’, yakni, ‘…..tak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.’
            Mereka prihatin akan nasib mereka kelak di Akhirat, dan amal shalih mereka yang merupakan kabar suka bagi ganjaran ‘surga al Jannah.
            Padahal Allah Taala tidak hanya menjanjikan ganjaran pahala setelah meninggal dunia;
            Melainkan, Dia pun tidak berhutang atas setiap amal shalih apapun di dunia ini juga.
            Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan di dalam sebuah Hadith Qudsi, yakni, Hadhrat Rasulullah Saw bersabda: ‘Allah Taala telah menyatakan: Wahai anak cucu Adam, berinfaqlah ! Maka Aku pun akan berinfaq bagimu !’
            Selanjutnya saya akan sampaikan berbagai peristiwa terkait, yang menunjukkan adanya karunia khas Ilahi bagi kaum Ahmadi; yang menggerakkan hati mereka untuk berinfaq fii sabiilillah, dan betapa Allah Taala meneguhkan keimanan mereka.
             (1) Tuan Mubaligh kita di Jamaat Niger melaporkan: Pada kesempatan Jalsah Salanah tahun 2012 ini, kami sampaikan suatu Pidato yang mengutip seruan Huzur Aqdas Atba, bahwa masih ada peluang bagi Jamaat-jamaat di  Afrika untuk meningkatkan pengorbanan Chandah mereka.
            Ketika pesan amanat ini sampai di kalangan jamaah di Daerah Birni Konni, mereka pun segera meningkatkan pembayaran Chandah mereka
            Kemudian, ketika seruan ini disampaikan kepada para mubayin baru, merekapun segera menyambutnya.
            Namun, dikarenakan mereka itu adalah masyarakat petani, maka mereka membayarnya dalam bentuk hasil panen, bukan uang kontan.
            Tahun lalu, Jamaat Berni Konni ini membayar dengan 16 karung. Tetapi sekarang meningkat manjadi 52 karung.
            Sedangkan mereka yang biasa membayar dengan uang kontan, melipat-duakannya dibandingkan tahun lalu.
            (2) Tuan Amir Jamaat Niger menambahkan: ‘Dalam suatu perjalanan pulang mengangkut karung-karung pembayaran pengorbanan tersebut, dari suatu Desa, dan melintasi suatu perkampungan  Ahmadi, ada beberapa orang Khuddam yang mencegat di pinggir jalan. Padahal sudah jam 10 malam.
            Mereka mengatakan sudah menunggu-nunggu kami sejak petang atas  permintaan Ibu Ketua Lajnah setempat yang telah mengumpulkan juga pengorbanan Chandah mereka dan siap untuk diserahkan.
            (3) Tuan Mubaligh kita di Benin menyampaikan kisan mengenai kisah seorang Ketua Jamaat Lokal di sebuah Desa yang sebelumnya adalah peyembah berhala, dan baru baiat menjadi orang Ahmadi setahun yang lalu, sebagai berikut:
            ‘Aku hanya memiliki sisa uang 450 CFA Francs di rumah, yang langsung aku bayarkan sebagai pengorbanan Chandah, sambil tak tahu lagi besok mau makan apa..
            Pekerjaanku sebagai pengemudi Bajaj (motorcycle rickshaw driver), dan baru sadar, bahkan untuk modal membeli bensin pun ‘tak ada. Sehingga harus menghutang dulu.
            Namun keesokan harinya aku ‘datang lagi sambil memberi 1,000 CFA Francs sebagai tambahan pengorbanan Chandahku.
            ‘Seharian kemarin, Masya Allah, dengan karunia fadzal Ilahi, aku mendapat banyak penumpang. Sehingga dapat membawa pulang  2,000 CFA Francs’, katanya.
            (4) Tuan Amir Jamaat Burkina Faso menyampaikan: ‘Ada seorang Ahmadi di Daerah Bobo yang sedang mengalami kesulitan hidup sehingga menunggak pembayaran Chandah selama 3 bulan.          Ditambah lagi rumahnya terkena perampokan dan anak laki-lakinya yang sudah dewasa sakit keras.
            Suatu malam ia bermimpi bertemu dengan Huzur Aqdas Atba, yang mengingatkan, bahwa: ‘Tuan sudah beberapa bulan ini tidak membayar Chandah.’
             Ia menjawab: ‘Insya Allah aku akan membayar dalam tempo 20 hari mendatang.
            Dan ketika ia membayarnya, pada hari yang sama itu anaknya yang sakit keras menjadi baik, Lalu, ia pun mendapat pekerjaan yang baik.
            Ini semua berkat pengorbanan infaq fii sabiilillah ini’, katanya.
            (5)        Tuan Mubaligh kita di Burkina Faso menyampaikan laporan seprang Ketua Jamaat Lokal di suatu Desa, yang berasal dari kalangan petani, bahwa: Sebelum menjadi orang Ahmadi, hasil panen kami tidak sebanyak seperti sekarang ini.
            Kami mempercayai bahwa, hal ini berkat pengorbanan Chandah.
            Yakni, jika sebelumnya kami hanya membayar dengan satu karung hasil panen, tetapi pada tahun sekarang menjadi 7 (tujuh) karung.’
            Huzur Aqdas Atba menambahkan: ‘Begitulah kenyataannya. Sedangkan kaum Maulwi menuduh, bahwa di Afrika, kita ini membayar orang-orang yang mau bergabung dengan Jamaat.
            (6) Tuan Amir Jamaat Mali menyampaikan laporan: Di suatu Jama’at, kaum pria dan kaum wanitanya biasa membayar Chandah dengan hasil panen mereka secara terpisah.
            Pada panen akhir tahun 2011, jumlah pembayaran pengorbanan kaum pria ternyata lebih banyak beberapa karung dibandingkan kaum wanitanya.
            Ketika karung-karung tersebut sedang dinaikkan ke atas truk dan siap diberangkatkan, ada kaum wanita yang menyuruh untuk menunggu. Kemudian menyerahkan dua karung tambahan sebagai Chandah mereka.
            (7) Lagi tuan Amir Jamaat Mali melaporkan: Ada seorang mubayin baru yang Bai’at 6 bulan sebelumnya memberi pengorbanan Chabdah sebesar 10,000 CFA Francs.
            Sebelum Bai’at, keadaan ksesehatan keluarganya tidak baik (sering sakit) sehingga harus banyak mengeluarkan biaya pengobatan.
            Namun, sejak Bai’at dan membayar Chandah dengan dawam [dan sesuai aturan] kondisi kesehatan keluarganya menjadi jauh lebih baik. Biaya pengobatan pun menjadi jauh berkurang.
            (8) Tuan Amir Jamaat Uganda menyampaikan: ‘Ada orang Ahmadi kaya dan suka berkorban.
            Yakni untuk pembangunan 2 buah Masjid di daerah mubayin baru dan juga sebuah Sekolah.
            Sehingga total pengorbanannya mencapai 50 juta Shillings.
            Dan beliau suka mengatakan, bahwa sejak rajin berkorban, ia tak habis ‘pikir, betapa          Allah Taala menyediakan segala sesuatu bagi dirinya
            (9) Tuan Amir Jamaat Gambia melaporkan: Ada seorang Ahmadi yang sudah melunasi  pengorbanan Waqfe Jadidnya, tetapi kemudian membayar lagi dengan jumlah besar.
            Ketika diingatkan, ia berkata dengan penuh suka cita: Berapapun yang aku korbankan bagi suatu gerakan pengorbanan yang dicanangkan oleh seorang Khalifah Waqt,  diriku tak pernah merasa puas.’
            (10) Tuan Mubaligh kita di Daerah Leo,  Burkina Faso melaporkan: ‘Suatu hari ada seorang sesepuh yang ‘datang ke Rumah Missi dan berkata, bahwa: ‘Diriku rutin mendengar siaran Radio [Islam] Ahmadiyah sehingga menyadari pengkhidmatannya yang mulia [untuk Islam].
            Maka perkenankanlah aku memberi barang sesuatu infaq untuk Stasiun Radio ini sebagai tanda syukurku atas pengkhidmatan tuan sekalian’, sambil menyerahkan uang  sebesar 100,000 CFA Francs.
            Padahal, adalah tidak mudah mendapatkan uang sebesar itu bagi kalangan petani seperti orang tua ini.
            Dan ia pun ghair-Ahmadi. Namun ia berinfaq disebabkan  Tabligh Islam yang dilakukan oleh Stasiun Radio kita.
            Kemudian ketika dijelaskan adanya system  Chandah di dalam Jamaat dan Kwitansinya diberikan, ia mengatakan: Sikap amanah Jamaah Ahmadiyah telah menggugah qalbuku.
            Aku telah banyak berinfaq, akan tetapi belum pernah menemukan system administrasi Chandah yang lurus seperti ini di tempat lain manapun.
            (11) Seorang  Mu’alim Lokal kita di Jamaat Benin menyampaikan: ‘Disebabkan perselisihan keluarga seorang Ahmadi, istrinya yang sedang hamil dikuasai oleh pihak mertuanya.
            Kemudian ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diperjuangkannya untuk mendapatkan hak perwaliannya.
            Dan ia sudah berusaha selama bertahun-tahun tanpa hasil.
            Padahal ia sudah menjadi orang Ahmadi selama 5 tahun, tetapi ia tak pernah menceritakan perkaranya ini.
            Baru pada tahun ini ketika ia dinyatakan kehilangan hak atas perwalian anaknya itu, barulah ia menceritakannya kepada tuan  Mu’alim kita, sambil memohon doa.
            Kebetulan waktu itu sedang saatnya pelunasan pengorbanan Waqfe Jadid.
            Maka Pak Mu’alim pun menyampaikan kepadanya, bahwa: ‘Adalah keyakinan kita, bahwa banyak problema kehidupan dapat teratasi dengan cara banyak berinfaq fii sabiilillah.
            Dan karena tuan adalah seorang Ahmadi, bayarlah Chandah, insya Allah, Allah Taala pun akan membantu mengatasi persoalan tuan.
            Dan ia pun membayarnya sebesar 2.000 CFA Francs .
            Tiga hari kemudian ia menelepon, mengabari bahwa kini ia menyaksikan keberkatan pengorbanan pembayaran  Chandah.
            Yakni, ex bapak mertuanya ‘datang menyerahkan anaknya tanpa meminta uang ganti rugi sebagaimana mereka tuntut sebelumnya. Padahal, ia sudah menyatakan kesanggupannya, tetapi kemudian pihak keluarga ex istrinya itu yang mengatakan belum siap menyerahkan anaknya
            (12)  Seorang Ahmadi di Tanzania menyampaikan: Aku biasa membayar Chandah sekedarnya saja.
            Setelah dinasehati tuan Mubaligh mengenai pentingnya berkorban sesuai aturan, mulailah aku membayarnya dengan baik dan benar.
            Kini aku membayar dengan dawam, dan senantiasa meningkatkan jumlahnya.
            Sebelumnya aku ini tak berharta. Tetapi kini aku memiliki pabrik minyak bunga matahari, membangun rumah sendiri, dan sedang menyelesaikan program pendidikan doctoral [Ph.D].
            Akupun sudah menjadi anggota Musi (ber-Wasiyyat).
            (13) Dengan karunia Allah Taala, seorang  Ahmadi di Calicut, India senantiasa dapat [melunasi] perjanjian Chandah [Waqfe Jadid] yang lebih besar dari kemampuannya.
            Yakni, jumlah totalnya kini menjadi 201,000 Rupees.
            Ia berkeyakinan: Jika ia bertekad akan membayar Chandah dengan jumlah berlebih dan bertawakal kepada Allah, maka Dia pun akan memberkatinya.
            Menjelang akhir tahun perjanjian Waqfe Jadid, ia menuliskan cheque sebesar itu, lalu memohon doa karena sebetulnya dananya belum mencukupi.
            Ternyata kemudian ia memperoleh pendapatan [yang cukup] dan tepat pada waktunya.
            (14) Seorang Ahmadi di Kerala, India yang adalah seorang anggota Musi, biasa menyisihkan uang pengorbanannya di kotak-kotak yang terpisah untuk setiap Chandah.
            Lalu di hadapan Bapak Inspektur [Juru Pungut] Chandah, ia membuka salah satu dari kotak infaq tersebut, yang ternyata ia anggap masih kurang.
            Maka iapun meminta istrinya untuk menambahkannya.
            Kemudian, iapun memberikan lagi extra sebesar 165,000 Rupees.             Dan dengan karunia Allah, pembayaran pengorbanan Waqfe Jadidnya mencapai 780,000 Rupees.
            (15) Seorang pemuda Ahmadi berusia 25 tahun di Andhra Pradesh, India senantiasa berada di Saf  Awal dalam berinfaq.
            Untuk pengorbanan tahun 2011, ia berjanji 66,000 Rupees.
            Akan tetapi, dikarenakan pendapatannya merosot, ia tak dapat melunasinya, yang membuatnya merasa malu.
            Maka disarankan kepadanya untuk menulis surat ke PB, memohon maaf dan membatalkan perjanjiannya.
            Namun ia menolak, dan berkata, bahwa Allah Taala akan mencukupi segalanya.
            Pada tahun berikutnya [2012] ia malah berjanji 77,000 Rupees.
            Ternyata, pada bulan Mei ia sudah melunasi semua perjanjiannya. Malah ditambah lagi dengan 24,000 Rupees.
            (16) Seorang Inspektur [Maal] kita di India melaporkan: Suatu kali kami berperjalanan dinas ke daerah Tamil Nadu bersama dengan Nazim sahib mengenai [pelunasan] perjanjian Waqfe Jadid.
            Ada seorang Ahmadi yang berjanji untuk tahun 2011 sebesar 160,000 Rupees, hingga akhir tahun.
            Namun di tahun [2012] ini ia dengan sukacita dan sukarela malah berjanji lagi sebesar 550,000 Rupees.
            Maka kami pun mengkhawatirkan kemampuannya untuk melunasi.
            Kemudian, kami makan bersama di rumah beliau.
            Lalu, aku bersama tuan Nazim berkunjung ke rumah seorang Ahmadi lainnya.
            Setengah jam kemudian kami ke Masjid, yang ternyata sudah ditunggu oleh beliau sambil menyerahkan sekantong plastic.
            ‘Ini pencuci mulut yang sehabis makan tadi lupa aku sajikan’, katanya.      Aku ‘katakan: ‘Tetapi tuan Nazim kita ini punya penyakit diabetes. Biar saja aku yang memakannya.’
            Kata beliau: ‘Tapi tuan Nazim lihatlah dulu isinya, berdoalah, lalu bawalah saja…..’
            Ketika tuan Nazim memeriksanya, ia terpana, tak bisa berkata apa-apa.    Ia serahkan kantong plastic itu kepadaku, yang setelah aku periksa, ternyata isinya gepokan uang sejumlah 550,000 Rupees !
            Maka airmata pun bercucuran ketika kami mendirikan Salat, mengingat betapa Allah Taala telah memudahkan segalanya
            (17) Bapak Ketua Jamaat Brompton, Canada menyampaikan:  ‘Ada seorang Ahmadi yang baru ‘datang dari USA dan permohonan asylum-nya mengalami kesulitan.
            Ia memiliki tabungan sebesar $5000 yang akan dikirimkan untuk ibunya di Germany.
            Namun ketika diingatkan mengenai pengorbanan Chandah, ia pun menginfaqkan tabungannya itu, plus sejumlah lainnya.
            Maka karunia Allah Taala pun turun kepadanya. Yakni, bukan saja permohonan asylum-nya [di Canada] dikabulkan tanpa kesulitan, bahkan ibunya pun  dapat bergabung dalam waktu hanya seminggu.
            (18) Tuan Amir Jamaat Norwegia melaporkan: Suatu kali kami ingatkan satu Jamaat Lokal mengenai pentingnya membangun Masjid.
            Tak seberapa lama kemudian, dalam cuaca yang sangat dingin dan bersalju, datanglah seorang sesepuh Ahmadi ke Rumah Missi sambil menyerahkan uang sebesar 70,000 Krones sebagai infaq untuk pembangunan Masjid.’
            [Huzur Aqdas Atba menambahkan: ‘Begitulah contoh orang-orang yang berani mengesampingkan resiko karena mereka memahami, bahwa berinfaq dengan niat yang ikhlas akan dikabulkan dan mendapat ganjaran pahala dari Allah Taala].
            Kemudian sebagaimana biasa, Pengumuman Tahun Pengorbanan Baru Waqfe Jadid pun dilakukan pada kesempatan Khutbah Jumah ini.
            Dengan karunia Allah Taala, Tahun Pengorbanan Ke-55, Dana [Gerakan Waqfe Jadid] ini mencapai £5,010,000;  atau terjadi peningkatan sebesar £317,000 dibandingkan tahun sebelumnya.
            (1) Jamaat Pakistan tetap bertahan menduduki peringkat pertama.
            Di luar itu, kabar suka bagi (2) Jamaat UK yang menempati peringkat Kedua, atau bahkan Pertama di antara berbagai negara di luar Pakistan.
            Diikuti kemudian oleh  (3) Jamaat USA, (4) Germany, (5) Canada, (6) India, (7) Australia, (8) INDONESIA, (9) Belgium, (10) Satu negara di Timur Tengah, dan (11) Jamaat Switzerland.
            Jika ditilik dari segi peningkatan dalam mata uangnya masing-masing, adalah sebagai berikut: (1) Jamaat Australia, (2) India (3) INDONESIA. (4) France, (5) Norway dan  Turkey yang membayang-bayangi.
            Sedangkan berdasarkan jumlah pengorbanan per-capita, adalah sebagai berikut: (1) Jamaat USA (£88.00), (2) Switzerland (£55.00), (3) UK (£40.00), (4) Belgium (£39.00) dan (5) Jamaat Canada (£32.00).
            Jumlah peserta Waqfe Jadid pada tahun 2012 ini pun meningkat. Dan negara-negara Afrika telah memberi perhatian khusus akan hal ini.
            Yakni total jumlah peserta adalah: 1, 013,112 atau terjadi peningkatan sebesar 323,000 orang.
            Hikmah adanya peningkatan ini adalah menunjukkan adanya peningkatan keimanan mereka.
            Adapun urutan berdasarkan peningkatan jumlah peserta tersebut, adalah: Jamaat Nigeria, Ghana dan Sierra Leone.             Sedangkan di luar Benua Afrika, adalah:: Jamaat UK dan Germany, juga negara Kababir.    Ghana menempati urutan pertama di antara negara-negara Afrika.
            Semoga dapat tetap bertahan demikian.
            Kemudian diikuti oleh Jamaat Nigeria, Mauritius, Burkina Faso dan Ivory Coast.
            Adapun peringkat 3 besar Jamaat di Pakistan adalah: Lahore, Rabwah dan Karachi.
            Sedangkan di UK adalah Jamaat Raynes Park, Birmingham West, Worcester Park, New Malden, West Croydon, Birmingham Central, Baitul Futuh, Gillingham, Earlsfield dan Wimbledon.   Adapun jika secara per-Wilayah adalah:  Midlands, South, London, Middlesex dan North East.
            Di USA urutannya adalah sebagai berikut: Jamaat Los Angeles Inland Empire, Silicon Valley, Detroit, Seattle dan  Chicago West.
            Sedangkan dari segi peserta Atfal-nya di Jamaat Canada adalah:  Calgary, Peace Village South, Edmonton, Durham dan Surrey East.
            Di India, peringkat per-Wilayahnya adalah: Kerala, Tamil Nadu, Jammu Kashmir, Andhra Pradesh, West Bengal, Karnataka, Orissa, Punjab, Uttar Pradesh dan Maharashtra.
            Semoga Allah Taala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada setiap peserta pengorbanan ini. Amin !
            [Selanjutnya Huzur Aqdas Atba menyampaikan ikhtisar sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang terkait dengan [pengorbanan] ini.
             Juga agar banyak-banyak berdoa sehubungan situasi kaum Ahmadi di Libya yang sangat kritis sekarang ini             Yakni sudah ‘tak ada lagi pemerintahan yang layak di sana. Tiap-tiap wilayah [Provinsi] sudah berada di bawah pengaruh beberapa Organisasi Kesukuan masing-masing.
            Polisi menahan kaum  Ahmadi hanya berdasarkan fatwa para pemimpin keagamaan atau organisasi tertentu.
            Di beberapa tempat, dilaporkan mereka disiksa.
            Pendek kata, kaum Ahmadi di sana sedang sangat mengalami kesusahan. Khususnya lagi bagi mereka yang bukan orang Libya.
            Semoga Allah Taala memberi berbagai kemudahan dalam usaha untuk membebaskan mereka. Amin !

oo0O0oo
 MMA/LA/20130111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar