Rabu, 02 Januari 2013

Khutbah Huzur 28 Desember 2012


Berbagai Kasyaf &
Mimpi Haqiqi (II)
Para Sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s

Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
28 Desember 2012 di Masjid Baitul Futuh London

               
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦)  صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ  (٧)
                ’Saya akan melanjutkan berbagai riwayat pengalaman kasyaf dan mimpi haqiqi para sahabah Hadhrat Masih Mau’ud a.s., sebagai berikut:
            (52) Hadhrat Muhammad Fazil sahib r.a. meriwayatkan, bahwa: ‘Sepulang safar pertamaku ke Qadian, akupun mulai giat bertabligh dengan sasaran pertama Ustadz-ku sendiri.
            Dan pada malam di hari pertamaku bertabligh itu, aku melihat dalam mimpi: Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memegang tangan kananku, lalu kamipun berjalan cepat.
            Kemudian aku melihat diriku berada di Madinah dan melihat rumah Hadhrat Rasulullah Saw. Namun aku tak melihat lagi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di sekitarnya.
            Lalu aku melihat sembilan buah rumah berplester lumpur, dan tercetus di dalam pikiranku, bahwa itu adalah rumah-rumah para istri mubarakah Hadhrat Rasulullah Saw.
            Kemudian akupun melihat sebuah masjid, yang tercetus dalam pikiranku, bahwa itu adalah Masjid Nabawi.
            Keesokan paginya, aku ceritakan mimpiku tersebut kepada Ustadzku sambil memberinya sebuah buku karya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang berjudul ‘A’ina Kamalat Islam’ agar dibaca.
            Ternyata, 15 hari kemudian Ustadzku itu berangkat ke Qadian, lalu Bai’at.
            (53) Hadhrat Nizamud Din sahib r.a., Bai’at pada tahun 1890 atau 1891, meriwayatkan, bahwa: Aku sudah banyak mendapat mimpi, bahkan sebelum Bai’at.
            Yakni, suatu kali, sekeluarnya aku dari masjid Mubarak ba’da Salat, aku melihat ada dua orang terhormat masuk suatu ruangan aula, lalu bertanya dimanakah Mirza sahib ?
            Ketika aku menjawab, bahwa aku akan mengantarkan mereka kepada beliau, mereka meminta aku berjalan di belakangnya supaya ketika melihat beliau a.s., mereka dapat segara mengenali beliau.
            Pada waktu itu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang duduk berbincang-bincang santai dalam suatu majlis.
            Maka kedua orang itupun bertanya: Apakah nama tuan [Mirza] Ghulam Ahmad ?
            Beliau a.s. menjawab dengan isyarat yang mengiyakan.
            Mereka bertanya lagi: Apakah benar tuan telah mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi ?
            Beliau menjawab: Ya.
            Maka merekapun menyampaikan ucapan salaam [Assalamu Alaikum wa Rahmatullah] dari Hadhrat Rasulullah Saw.
            Kemudian dalam suatu mimpi yang lain aku melihat tangan mubarak Hadhrat Rasulullah Saw di atas pundak kanan  Hadhrat Masih Mau’ud a.s. seraya berkata: Beliau [Hadzaa Masihu] inilah Al Masih Mau’ud. Bai’at-lah kepadanya, dan sampaikanlah salaamku kepadanya.’
            Mimpiku tersebut sangat menggugah diriku. Sehingga akupun mulai banyak berdoa.
            Lalu, sebagai hasil doa-doalu yang ikhlas dan tawadhu tersebut, akupun mendapat mimpi-mimpi yang lain.
            Adapun pada mimpi yang terakhir, yang membuat diriku memutuskan untuk Bai’at adalah: aku melihat sebuah sungai yang airnya bening bergemerlapan. Mengalir dari arah Timur ke Barat.
            Maka akupun berenang di dalamnya dengan riang.
            Namun ada seseorang yang memanggilku, lalu berkata: Maskipun badanmu basah tapi hatimu tetap kering.’
            Maka akupun memeriksanya, dan mendapati memang begitu.
            Maka akupun segera melompat lagi ke dalam air sungai itu agar bagian dada hatiku menjadi basah. Tetapi ternyata masih tetap kering.
            Maka orang itupun menyuruhku untuk melihat ‘ke arah Timur tempat sebuah jembatan besar dan Rumah Mirza sahib berada.
            Kemudian orang itu menyuruhku untuk pergi ke tempat tersebut. Namun aku menolaknya.             Maka orang itupun mengulangi lagi perintahnya.
            Dan akupun akhirnya mendatangi tempat itu. Aku mendapati tepi sungai yang berumput, dan badanku sudah kering. Tetapi qalbuku yang semula  kering menjadi basah menetes-neteskan air bagai mata air.
            Maka pada hari itu juga aku Baiat.
            (54) Hadhrat Khairud Din sahib r.a., bai’at pada tahun 1906, meriwayatkan, bahwa: Pada suatu mimpi aku melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengimami Salat Jumah tetapi laksana Salat Hari Raya Id.
            Aku melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memasuki ruangan [Masjid[ sambil membawa Al Quran Karim tetapi diikuti 4 orang Sikh berpenampilan seadanya dan boleh jadi membawa senjata secara tersembunyi.
            Maka akupun menjadi sangat khawatir. Jangan-jangan mereka akan melakukan penyerangan.
            Namun Hadhrat Masih Mau’ud a.s. duduk di kursi dengan tenang, lalu menilawatkan talim Al Quran Karim yang disimak dengan baik oleh orang-orang Sikh tersebut.
            Tak lama kemudian merekapun keluar dari ruangan sambil mengusap-usap air mata.
            Tampak, bahwa mereka telah [Baiat] menerima pesan risalah beliau a.s..
            (55) Hadhrat Abdul Rahim sahib Nayyari r.a., bai’at pada tahun 1901. meriwayatkan, bahwa: Suatu kali aku membaca perkataan: [Me ree nubuwwat aor Me ree risalat, yakni:] ‘Nubuwat dan Risalahku’ di dalam salah satu tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang membuat ruhaniku terbangun.
            Namun, aku tak menceritakannya kepada siapapun, hingga tiga hari setelah itu, akupun mendapat ilham: ‘….Laa raiba fiihi….’
yakni, ‘…..tiada satupun karaguan di dalamnya…...
            Kemudian, aku mendapat kesempatan untuk membaca beberapa kitab karya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. lainnya.
            Maka pengetahuan [ilmu agama]-ku pun bertambah, hingga saat itu tiba, aku ‘datang ke Qadian untuk Bai’at kepada beliau a.s..
            (56) Hadhrat Abdul Rashid sahib r.a., bai’at pada tahun 1897, meriwayatkan, bahwa: Aku melihat dalam mimpi: Hadhrat Rasulullah Saw sedang sakit dan terbaring di tempat tidur, dengan ditunggui oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagaimana orang yang sedang merawat pasien.
            Kemudian Hadhrat Rasulullah Saw berusaha berdiri dengan bantuan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., lalu memberikan Dars mengenai ‘Kebenaran  Hadhrat Imam Mahdi a.s.’.
            Setelah itu, Hadhrat Rasulullah Saw pun tampak pulih kembali dengan wajah yang bersinar-sinar.
            Maka akupun tergugah oleh mimpiku tersebut [dan berkesimpulan], bahwa Islam akan hidup kembali dengan perantaraan missi risalah  Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
            (57) Hadhrat Syed Zainul Abidin WaliUllah sahib r.a., bai’at pada tahun 1903, meriwayatkan, bahwa: ‘Ketika aku berusia 7 atau 8 tahun, terjadi suatu perbincangan hangat di dalam kelurga besarku, mengenai ada seseorang yang mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi, dan menyampaikan nubuatan, bahwa dirinya mendapat kasyaf, melihat para malaikat sedang sibuk menanam banyak pohon berwarna hitam, sambil mengatakan, bahwa itu semua adalah bibit wabah penyakit ta’un (pes).             Masih di sekitar waktu itu, akupun mendapat mimpi, melihat kakekku ‘datang. Maka aku segera berlari ke luar untuk menyambutnya.             Kakekku ‘datang dengan berpakaian hijau dan berjanggut putih, sambil berkata, bahwa: ia ‘datang untuk mengajariku ilmu Al Quran.
            Pada suatu mimpi yang lain, aku melihat [tulisan] ‘Kalimah [Syahadat] dikaligrafikan di muka sebuah Masjid, tetapi sudah memudar.
            Kemudian datanglah seorang  Imam Zaman memasuki Masjid tersebut, yang aku ikuti dari belakang.
            Namun tampak, bahwa barisan Saf-saf jamaah yang akan mengerjakan Salat di dalam Masjid tersebut tidak lurus. Maka Imamuz Zaman itupun meluruskannya.’
            Pada waktu itu sudah menjadi kesadaran umum, bahwa Kaum Muslimin telah mengalami kemunduran, dan sudah saatnya Imam Mahdi datang.
            Namun, keluargaku waktu itu belum menjadi orang Ahmadi.
            Tetapi ibuku sering menyampaikan mengenai kedatangan Hadhrat Imam Mahdi dengan penuh kecintaan, dan mengatakan, bahwa kedatangannya akan ditandai dengan terjadinya Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari.
            Itulah mimpi-mimpiku sewaktu masih kecil. Dan beberapa peristiwa pebzahirannya adalah terkait dengan nubuatan dari Allah Taala, sehingga baik generasi muda maupun tua dapat menyaksikannya.
            (58) Hadhrat Munshi Qazi Mahbub Alam sahib r.a. bai’at pada tahun 1898, meriwayatkan, bahwa: ‘Ketika pertama kali aku ‘datang di Qadian dan ingin segera Bai’at, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menasehatiku agar tunggulah barang beberapa hari lagi.
            ‘Tinggalah tuan di sini paling kurang selama 3 hari, kata beliau a.s..
            Dan aku mendapat mimpi pada hari pertamaku di Qadian itu.
            Yakni, aku melihat seberkas nur cahaya yang turun dari langit memasuki sebelah telingaku dan meresap ke seluruh tubuh.
            Kemudian keluar lagi melalui sebelah telinga yang lain, dan kembali lagi ke langit.
            Lalu turun lagi seberkas sinar lainnya dalam bentuk pelangi, dan seolah-olah seluruh permukaan bumi telah disinari, dan langit berjejolak.
            Pada keesokan paginya akupun menyadari, bahwa aku akan mendapat bagian berbagai karunia Ilahi. Maka akupun memohon Bai’at.
            Tetapi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menasehati agar aku menunggu paling kurang 3 hari. Maka setelah itu, akupun Bai’at di tangan berberkat Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
            Kemudian ada suatu peristiwa yang menimpa seorang ahli hukum di Lahore yang bernama Karim Buksh yang suka berkata-kata kasar terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
            Pada suatu acara diskusi, ia bertanya dengan berang: Siapa yang berani mengakatakan Jesus Kristus sudah mati ?!’
            Aku jawab: Aku dapat mebuktikan dengan dalil-dalil qath’i bahwa Hadhrat Isa a.s. memang sudah wafat.’
            Namun ia menempelengku dengan keras hingga aku jatuh pingsan.
            Pada malam harinya aku mendapat mimpi: Melihat Karim Buksh sedang tiduran di atas dipan usang yang di bawahnya ada sebuah lubang besar.
            Kemudian ia pun terjatuh ke dalam lubang itu hingga tak tertolong lagi.
            Maka akupun mengingatkannya agar berhati-hati, karena akan mendapat kehinaan.
            Tak seberapa lama, anak perempuannya yang menjanda hamil tanpa bapak.
            Maka merekapun mengusahakan pengguguran kandungan secara diam-diam. Namun sang ibu maupun jabang bayinya tak tertolong.
            Pihak kepolisian menyidiknya, yang untuk itu ia banyak mengeluarkan biaya. Namun tetap saja ia mendapat kehinaan.
            Ia tak mampu keluar dari rumahnya karena menanggung malu.
            Ketika aku mengetahui hal ini, aku mendatangi rumahnya untuk mengingatkan: Apakah hal ini semua bukan disebabkan sikap penentangan keras tuan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ?
            Tetapi ia malah tetap mencaci-maki diriku, yang ketika aku memasuki rumahnya, kondisinya memang sudah menghinakan.’
            [Hadhrat Khalifatul Masih Atba mengingatkan]: Beberapa peristiwa semacam ini masih terus terjadi hingga kini, meskipun tampak seperti tak ‘ada hubungan sebab akibatnya yang khas.
            Yakni, dalam situasi di Pakistan seperti sekarang ini, Allah Taala masih tetap menuntut balas terhadap mereka yang menghinakan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sehingga diri mereka sendiri yang mendapat kehinaan dan kehancuran [Namun, tak dapat saya sampaikan sekarang]..
            Yakni, manakala waktunya telah tiba, berbagai peristiwa semacam itu, [yang dapat menambah keimanan kaum Ahmadi yang tinggal di daerah tersebut] akan terkuak.
            (59) Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Rajiki sahib r.a., bai’at pada tahun 1897 via pos, lalu dua tahun kemudian diulangi lagi secara langsung.
            Beliau meriwayatkan, bahwa: Maulwi Imamud Din sahib sudah pergi lebih dulu ke Qadian sebelum diriku.
            Tetapi ia kembali dengan pikiran yang menentang.
            Namun, sebaliknya aku banyak mendapat mimpi. Antara lain aku melihat Hadhrat Rasulullah Saw ‘datang di Qadian,
            Maulwi Imamud Din sahib sangat terpengaruh [oleh mimpiku itu]. Maka kami pun berziarah kembali ke Qadian pada tahun 1899 itu.
            Ketika kami masuk ke masjid [Mubarak], Maulwi sahib berjalan di depan. Sedangkan aku mengikutinya dari belakang.
            Tetapi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memanggil diriku yang masih remaja agar maju ke depan.         Tetapi, terpengaruh sedemikian rupa oleh charisma derajat mulia Hadhrat Masih Mau’ud a.s., akupun mulai menangis.
            Maka Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menepuk-nepukkan tangan beliau ke punggungku untuk menenangkan diriku.
            Namun aku tetap menangis terharu.
            (60) Hadhrat Chaudhry Ahmad Din sahib r.a., bai’at pada tahun 1905, meriwayatkan, bahwa: ‘Sebelum aku membaca beberapa kitab Hadhrat Masih Mau’ud a.s. aku mendapat mimpi. Aku melihat sebuah maqam yang menurut hematku adalah maqam Hadhrat Rasulullah Saw, yang bertirai perak.
            Kemudian ada seseorang menaruh usungan (keranda) di dekat maqam tersebut. Lalu memasukkan kedua-tangannya sedemikian rupa ke dalam liang lahat itu sehingga ia dapat menempatkan usungan tersebut tepay di bawah jasad yang berberkat tersebut.
            Sehingga, jasad itupun bangkit dan hidup kembali dalam bentuk seorang anak laki-laki sekira berusia 12 tahun. Dan mengucapkan salaam kepada diriku.
            Namun aku merasakan, bahwa ternyata wajahnya berwajah ‘Mirza sahib’. Maka akupun tak mengerti: Bagaimana mungkin Hadhrat Rasulullah Saw ‘datang kembali ke dunia ini, namun bertentangan dengan Janji Ilahi.
            Namun, akupun menjadi tersadar, bahwa  ‘Mirza sahib’ inilah yang mendakwakan diri sebagai penzahiran dari kebangkitan kembali Hadhrat Rasulullah Saw.
            Mimpi tersebut berdampak positif sedemikian rupa kepada diriku mengenai kebenaran pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
            (61) Hadhrat Mehr Ghulam Hassan sahib r.a. bai’at pada tahun 1898,  meriwayatkan, bahwa: ‘Sebelum Bai’at, aku mendapat mimpi melihat seseorang sedang bermain layang-layang.
            Akupun melihat suatu Kampung yang dikatakan milik seorang Pendeta Kristen Amerika, yang dari atas langitnya aku lihat ada sebuah ayunan besar sedang melayang-layang dan duduk di dalamnya seorang  anak laki-laki sambil bermain suling.
            Kemudian si pemain  layang-layang mengarah-arahkan layangannya ke jurusan anak itu hingga mematuk kepalanya. Lalu timbulah asap api di mana-mana hingga anak itu dan ayunannya lenyap di tengah kepulan asap tersebut.
            Tetapi layangan itu tetap utuh, tak mengalami kerusakan.
            Sedangkan pada suatu mimpi yang lain, aku melihat diriku bersama adikku berjalan menyusuri sebuah Perkampungan Hindu, dan melihat seorang orang tua yang sedang menilawatkan talim Quran Karim.
            Ketika kemudian pulang kembali, orang tua itu masih sedang menilawatkan Al Qur’an.
Dan timbulah dalam pikiranku, bahwa orang tua ini adalah seorang Muslim yang tangguh, dan penuh keberanian menilawatkan talimul Qur’anul Karim di suatu Perkampungan Hindu.
            Beberapa waktu kemudian setelah aku Bai’at dan melihat foto Hadhrat Masih Mau’ud a.s., akupun menyadari, bahwa orang yang bermain laying-layang dan menilawatkan talim Qur’an di dalam mimpiku itu, adalah beliau a.s. ini.
            Lalu, ketika aku berkesempatan berziarah ke Qadian, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menanyaiku tentang situasi wabah penyakit ta’un (pes) di Sialkot.
            Maka akupun menyampaikannya kepada beliau a.s., sekaligus juga mengenai mimpiku, yakni melihat beberapa orang Polisi bersenjata menjaga rumahku.
            Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: ‘Keluarga tuan akan selamat, terlindung dari serangan wabah penyakit ta;un. Allah Taala akan menjadi Pelindung mereka.
            (62) Hadhrat Sheikh Atta Muhammad sahib r.a. meriwayatkan, bahwa: aku melihat pada suatu mimpi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menuliskan namaku dengan tinta merah pada suatu Buku.
            Kemudian akupun melihat ada 7 orang penjaga amanat tanah lahan, tetapi beliau a.s. hanya memanggil namaku.
            Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menafsirkan, bahwa 7 orang terpandang itupun akan menjadi orang Ahmadi.
            (63) Hadhrat Malik Ghulam Hussain Muhajir r.a. bai’at pada tahun 1891, meriwayatkan, bahwa: ‘Aku ini berasal dari firqah Syiah yang mempraktekkan semua aqidahnya.
            Ada seorang [Ustadz] yang bernama Munshi Gulab Din yang biasa membacakan berbagai kitab [ajaran Syiah] termasuk karangan Imam Ghazali kepada kami, dan suka mengatakan: Jika ada yang sanggup mengarang buku setaraf dengan Imam Ghazali di zaman ini maka aku akan bersafar untuk menemuinya meskipun harus menempuh jarak sejauh 400 miles [atau 625 km].
            Begitulah yang terjadi. Ada dua kitab karya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang berjudul ‘Tauzih Maram’ dan ‘Fatah Islam’ yang sampai kepadaku melalui seorang ikhwan yang telah lebih dulu berziarah ke Qadian lalu Bai’at [di tangan Hadhrat Imam Mahdi a.s.]..
            Maka aku pinjamkan buku-buku tersebut kepada Munshi Gulab Din sahib selama beberapa hari, yang kemudian membacakannya pula kepadaku,, yang akhirnya ia akui, bahwa semua tulisan tersebut jauh lebih afdhal dibandingkan Imam Ghazali.
            Kamudian Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menerbitkan selebaran poster Seruan Bai’at.
            Maka Munshi Gulab Din, aku, dan seorang ikhwan lainnya mengirimkan surat pernyataan Bai’at.kepada beliau a.s..
            Lalu, akupun mengingatkan Gulab Din sahib mengenai janjinya akan bersafar untuk menemui penulis kitab yang diakuinya jauh lebih afdhal dibandingkan Imam Ghazali, meskipun harus bersafar hingga ratusan miles.
            Maka kamipun berikhtiar dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
            Ketika kami tiba di stasiun Batala dan sudah kemalaman, kamipun mencari-cari penginapan. Tetapi tidak ada kamar yang kosong. Sehingga kamipun tidur di Masjid jami yang ada di daerah tersebut.
            Ternyata masjid itu milik Maulwi Muhammad Hussain Batalwi [penentang keras Hadhrat Masih Mau’ud a.s.].
            Maka keesokan paginya ia menanyai kami dari mana hendak ke mana ?
            Ketika kami jelaskan, ia berusaha menghalang-halangi agar jangan pergi ke Qadian, sambil mengatakan, bahwa jika ‘Mirza sahib’ benar, mengapa dirinya menolak ? Dan pergi ke Qadian adalah hanya membuang-buang biaya saja.
            Aku jawab: Kami sudah mengeluarkan sejumlah biaya untuk safar ini. Maka bagaimanapun juga kami harus tetap pergi ke Qadian.
            Lalu, ketika kami sampai di Qadian, Jalsah sudah dimulai [sejak pagi].
            Kami disuguhi makan dan penginapan. Lalu ikut ber-Jalsah pada keesokan pagi harinya.
            Ketika Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tiba [di Jalsah Gah], akupun berkata kepada para ikhwanku: ‘Apakah tuan-tuan menyaksikan nur cahaya di wajah aqdas beliau itu di tempat lain ?! Seandainya kita mendengarkan perkataan  Maulwi Hussain Batalwi  betapa sialnya hidup kita ini !’
            (64) Hadhrat Hakim Abdul Muhammad sahib r.a., bai’at pada tahun 1905, meriwayatkan, bahwa: ‘Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda dalam suatu Pidato, bahwa: Barangiapa yang  disebabkan ketunaan ilmunya tak dapat membuat keputusan mengenai kebenaran pendakwaanku, bolehlah banyak memanjatkan doa:

yakni, ‘Tunjukilah kami pada jalan yang lurus — Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan atas mereka yang dimurkai, dan bukan pula yang sesat’ (Q.S. 1 / Al Fatihah : 6-7).
            Laksanakanlah hal itu, maka niscaya kebenaranpun akan dibukakan dalam tempo 40 hari.’
            Maka akupun segera melakukannnya, dan hanya dalam waktu seminggu, kebenaran itu dibukakan kepadaku.
            Yakni, aku melihat dalam mimpi, aku berada di dalam sebuah Masjid, lalu masuklah Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
            Maka akupun menghampiri beliau untuk menyalami. Namun ada seorang Maulwi tuna netra yang menghalangi.
            Maka akupun berusaha ke jurusan yang lain. Tapi Maulwi tersebut masih juga menghalangi-halangi. Hingga akupun marah dan siap untuk memukulnya.
            Namun seketika itu juga Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkata: ‘Jangan mengumbar amarah.
            Maka akupun menjelaskan kepada beliau a.s., bahwa aku ingin menyalami tuan, tetapi Maulwi ini terus menerus menghalangi.
            Kemudian akupun terbangun.
            Keesokan paginya aku ceritakan mimpiku ini kepada seseorang [Ahmadi], yang menyarankan agar aku menuliskan mimpi tersebut dan mengirimkannya kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sekaligus memohon Bai’at.
            Permohonanku diterima, dan beliau a.s. menambahkan: Meskipun seandainya ada orang yang menghalangi dengan segunung penghinaan, harap jangan dilayani.’
            Selanjutnya Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis Atba bersabda: Jalsah Salanah Qadian akan dimulai besok.
            Delegasi dari 22 Negara akan menghadirinya.
            Seluruh peserta agar berusaha untuk memperoleh faedahnya semaksimal mungkin.
            Manfaatkanlah waktu yang ada untuk banyak-banyak berdoa.
            Jika ada kesempatan, berdoalah di beberapa tempat aqdas Hadhrat Masih Mau’ud a.s. biasa berdoa [sseperti di Baitud-Doa, Baitul Fikr, Masjid Mubarak, Masjid Aqsa, dlsb].
            Doakan pula untuk kemajuan Jama’at dan dilindungi dari musuh.
            Juga untuk Umat Islam, sehubungan situasi di berbagai negara Muslim, khususnya Syria yang sangat kritis.
            Kaum Ahmadi di Syria mengatakan, bahwa keadaan negara sangat merosot yang tak terbayangkan oleh orang luar.
            Semoga Allah Taala melindungi segenap rakyat di sana, khususnya kaum Ahmadi.
            Semoga pula Allah Taala memberikan akal sehat kepada pemerintah maupun rakyatnya untuk menempuh jalan damai, alih-alih bertempur !
            Unsur-unsur ekstrimis maupun anti-Islam sedang memanfaatkan situasi buruk tersebut.
            Semoga Allah Taala menghancurkan mereka semua.
            Semoga kebenaran dan keelokan wajah Islam menampak ke seluruh dunia !
            Semoga Allah Taala senantiasa memberkati berbagai niat baik dan usaha kita, sehingga kitapun dapat menyaksikan seluruh dunia berada di bawah Bendera Hadhrat Rasulullah Saw.
            Kemudian, saya pun akan mengimami salat jenazah gaib untuk tiga orang, yakni.
            (1) Professor Bashir Ahmad Choudhry sahib, yang syahid pada usia 68 tahun.
            Beliau ini hadir dalam peristiwa penyerangan terhadap Masjid Jamaat di Model Town, Lahore pada tanggal 28 Mei 2010.
            Sejak itu beliau menderita banyak luka yang harus ditanggungnya dengan jiwa dan raga sekian lama [hingga hampir tiga tahun]. Tanpa mengeluh.
            (2) Untuk Babar Ali sahib. yang berusia 30 tahun dan tergolong syahid pada 17 Desember 2012 yang lalu. Yakni, ketika sedang melaksanakan tugas pekerjaan Jama’at dengan mengendarai sepeda motor di jalan yang sempit dan cuaca berkabut, bertabrakan dengan sebuah tractor. Lalu syahid dalam perjalanan ke rumah sakit. Beliau ini Musi dan juga Waqfe Zindigi.
            (3) Untuk Rubina Nusrat Zafar sahibah, janda almarhum Mirza Zafar Ahmad sahib yang disyahidkan pada peristiwa penyerangan Masjid Jamaat ‘Darul Zikr’, Lahore pada`tanggal 28 Mei 2010.
            Rubina sahibah ini menderita sakit kanker selama dua tahun terakhir  dan meninggal dunia pada tanggal 3 Desember 2012 yang lalu, setelah memperlihatkan keberanian dan keistiqamahan yang luar biasa sepeninggal kesyahidan suaminya.
            Dan panjang pula pengkhidmatan beliau di dalam organisasi Lajnah Imaillah.

MA/LA/20130102

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar