Berbagai
Kasyaf &
Mimpi
Haqiqi Para Sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba
7 Desember 2012 di Hamburg, Germany
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُوَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا
بَعْدُ فَأَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ
يَوْمِ الدِّيْنِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (٥) اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ
عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّيْنَ (٧)
’Bilamana ada
kesempatan, saya berusaha untuk menyampaikan berbagai riwayat dalam peristiwa
kehidupan para sahabah Hadhrat Imam Mahdi a.s.. yang memiliki kekhasannya
masing-masing dan disampaikan sesuai dengan peristiwa terkait.
Namun pada intinya adalah
menunjukkan proses penerimaan mereka terhadap kebenaran beliau a.s.; derajat
keimanan dan ta’aluq billah mereka, agar kita pun memiliki derajat yang sama seperti itu:
(39) Hadhrat Sardar Karim sahib
r.a., meriwayatkan, bahwa: ‘Aku Bai’at pada
tahun 1902 dan melihat Hadhrat Imam Mahdi a.s. [secara langsung] pada tahun
yang sama.
Namun, sebelum Bai’at , aku sudah
melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dalam suatu mimpi, sebagai berikut: Hadhrat
Muhammad Rasulullah Saw dan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berjalan bersama menuju
ke arahku.
Kemudian Hadhrat Rasulullah Saw memberi
isyarat dengan menunjukkan jari beliau ‘ke arah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. seraya
bersabda sebanyak tiga kali: ‘Beliau ini berasal dari Allah Swt’; ‘Beliau ini
berasal dari Allah Swt’; ‘Beliau ini berasal dari Allah Swt ’
Kemudian ketika aku berziarah ke Qadian,
dan menyaksikan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. secara langsung di masjid Mubarak, aku
melihat seluruh penampilan beliau a.s. sama persis sebagaimana yang aku
saksikan di dalam mimpiku itu.
(40) Hadhrat Karimud Din sahib r.a.
meriwayatkan, bahwa: ‘Aku Bai’at pada tahun 1896. Dan pada pertengahan tahun itu
juga, aku melihat dalam mimpi, bahwa: Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang duduk di
atas seekor unta di suatu ‘ladang subur yang baru diolah dan ditanami benih. Kemudian akupun menyalami tangan beliau
a,.s., yang beliau sambut dengan penuh kecintaan dan kehangatan.
Sedangkan pada mimpi yang sama,
sebelum itu aku melihat seorang Pir (ulama) dari firqah Naqhsyabandiyah
mengibaskan tangannya kepadaku sambil berkata: Pergilah kamu orang yang tak
tahu agama !’.
Pada mimpi yang lain, aku melihat
seorang kerabat polisi yang bernama Nabi Baksh sahib yang sudah Bai’at [kepada
Hadhrat Masih Mau’ud a.s.] menerima wahyu.
Aku sampaikan tentang hal ini kepada
Syed Muhammad Ali Shah yang menolaknya.
Dan pada pagi harinya aku melihat Nabi
Baksh sahib dan Muhammad Ali Shah sahib sedang menyusun beberapa kalimat dengan
cara menempatkannya pada selembar kertas.
Aku menduga bahwa itu adalah
beberapa kalimat wahyu tadi malam yang sedang mereka susun sesuai dengan
urutannya. Maka akupun mendekati mereka kemudian bertanya.
Mereka menjawab: ‘Dikarenakan banyak
orang yang memperolol-olok perkara ini, maka kami tak membahasnya.’
Namun, aku justru berpikir: ‘Jika
seorang murid Hadhrat Masih Mau’ud a.s. saja dapat menerima wahyu Ilahi,
tentulah beliau a.s. itu adalah seorang insan yang benar.
Pada waktu itu, aku masih berusia 16
tahun, yang belum pernah membaca buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s..
Maka aku ‘katakan kepada Muhammad Ali Shah ini: ‘Tuan telah
begitu banyak membaca buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s. akan tetapi masih
belum tahu kapan akan merasa puas.
Sedangkan aku akan pergi sekarang
untuk Bai’at.’
Lalu akupun berangkat ke Qadian dengan
berjalan kaki.
Sesampainya di sana aku melihat-lihat
sambil berjalan kaki selama beberapa hari, hingga suatu hari aku bertanya
kepada seseorang [Ahmadi] mengenai Bai’at.
Maka ia pun terkejut, bahwa ia
memang sudah melihat diriku selama beberapa hari di Qadian, yang dikiranya
hanya untuk berjalan-jalan saja.
Kemudian permohonanku untuk Bai’at pun
diterima. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkenan menerimaku secara pribadi. Beliau a.s. memegang tanganku, lalu
diBai’at. Aku mendapati penampilan
diri beliau a.s. persis sebagaimana yang aku saksikan di dalam mimpiku.
Ini semua semata-mata berkat karunia
Allah Swt kepadaku.’
(41) Hadhrat Mian Allah Ditta sahib
r.a., Bai’at pada tahun 1900, namun baru melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. secara
langsung pada tahun 1905.
Aku ini berasal dari Kabupaten Hoshiyarpur
(tempat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkhalwat), dan usiaku baru berusia antara
10 hingga 12 tahun ketika Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari terjadi [pada
tahun 1894 dan 1895].
Adapun kabar suka mengenai
kedatangan Hadhrat Imam Mahdi a.s. sampai di kampungku terjadi pada tahun 1898 melalui
Sheikh Shihabud Din sahib.
Sekitar tahun 1900, aku melihat
dalam sebuah mimpi, mengenai [keberadaan] Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di Qadian,
yang pada waktu itu aku sama sekali belum pernah menyaksikan kota Qadian.
Namun, mimpi tersebut sudah sukup
memuaskan diriku. Sehingga akupun berhasrat untuk segera Bai’at.
Maka akupun meminta tolong seseorang
untuk menuliskan surat permohonan Bai’at atas namaku, kemudian aku bubuhkan
sidik jari jempolku di atasnya.
Beberapa hari kemudian aku menerima
balasannya yang mencantumkan namaku bersama 40 orang lainnya yang diBai’at.
(42) Hadhrat Din Muhammad sahib r.a.
Bai’at pada tahun 1902 dan melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. secara langsung pada
tahun 1904.
Beliau meriwayatkan: ‘Suatu kali aku
jatuh sakit terserang dysentery. Padahal, ayahku sedang perdi ke Calcutta berkaitan
dengan pekerjaannya. Namun, pada saat
itulah aku melihat Qadian dalam mimpi. Padahal, sebelumnya sedikitpun tak
terlintas dalam pikiranku mengenai Qadian.
Yakni, aku melihat di sana ada suatu
ruangan kecil yang pada setiap dindingnya ada meja kecil (niche) yang di setiap
atasnya ada sebotol tinta.
Aku melihat Hadhrat Masih Mau’ud
a.s. sedang sibuk berjalan dari satu dinding ke dinding lainnya sambil
menuliskan suatu karangan. Yakni, ‘ke
arah dinding manapun beliau berjalan, di situlah beliau mencelupkan pena
beliau ke dalam botol tinta itu.
Maka akupun mendekati pintu ruangan
tersebut, lalu mengucapkan salaam [Assalamu Alaikum wa Rahmatullah !].
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. membalas
ucapan salaamku seraya menyambut dan berkata: ‘Afdhal bila tuan dating lagi
besok-lusa. Dan kelihatannya ayah tuan akan mengirim uang.’
Keesokan paginya aku ceritakan
tentang mimpiku itu kepada Ustadzku seraya memohon bantuan beliau untuk menuliskan
surat permohonan Bai’at [kepada beliau a.s.].
Keesokan malamnya aku bermimpi lagi:
Yakni, aku bertemu lagi dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang berkata kepadaku:
Tuan akan mendapatkan seorang anak laki-laki [yang rupawan], yang belum pernah
ada sebelumnya di dalam keluarga besar tuan. Dan
anak itu akan memiliki suatu tanda hitam (tompel) di bagian belakangnya (thigh).
Tiga hari setelah mempiku yang
pertama itu, sakitku sembuh dan ayahku mengirim uang.
Setelah itu, aku sangat berhasrat
untuk bermulaqat kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Namun orangtuaku melarangnya
secara secara diam-diam.
Akan tetapi aku tetap berangkat dan
berhasil Bai’at di tangan beliau a.s. di Lahore.
(43) Hadhrat Hafiz Ibrahim sahib
r.a. meriwayatkan: ‘Aku Bai’at via surat pada tahun 1899, lalu [baiat lagi] secara
langsung pada tahun 1900.
[Ini berkat[ Ustadzku Syed Bhawal
Shah sahib baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. kemudian banyak membacakan
buku-buku beliau a.s. kepadaku.
Suatu malam aku mendapat mimpi melihat
Hadhrat Rasulullah Saw datang.
Maka akupun bertanya kepada beliau
Saw: ‘Mirza sahib’ telah mendakwakan diri [sebagai Imam Mahdi\, apakah benar ?’
Hadhrat Rasulullah Saw menjawab: ‘Benar
!’
Aku bertanya lagi: ‘Dapatkah tuan
bersumpah untuk itu ?’
Hadhrat Rasulullah Saw menjawab: ‘Tidak
perlu ! Karena aku adalah al-Amin fii
samawati wal-ardh !’
Maka keesokan paginya aku menulis
surat pernyataan Bai’at yang di dalamnya sekaligus aku sampaikan Salaam [Assalamu
Alaikum wa Rahmatullah] atas nama Hadhrat Rasulullah Saw [sebagaimana
diamanatkan di dalam Hadith].
(44) Hadhrat Munshi Barkat Ali sahib
r.a. meriwayatkan: ‘Aku Bai’at pada tahun 1901 dan mendapat karunia bertemu
langsung dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada tahun yang sama.
Di awal tahun 1901 itu sedang ‘akan
ada Sensus Nasional.
Maka Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyebar-luaskan
maklumat melalui selebaran poster, bahwa: ‘Barangsiapa yang meskipun menerima
[kebenaran pendakwaan]-ku sebatas di dalam qalbu dan belum Baiat, boleh
menuliskan dirinya sebagai Ahmadi Muslim di dalam Formulir Sensus.
Maka akupun mencantumkan identitas
diriku sebagai Ahmadi Muslim.
Kemudian aku mendapat mimpi melihat Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. datang’ menghampiri diriku, lalu bertanya: ‘Barkat Ali, kapankah
tuan akan datang’ [bergabung] bersamaku ?’
Aku menjawab: ‘Ya, aku akan segera
datang’.
Maka pada hari berikutnya akupun Bai’at
via surat. Kemudian ketika menghadiri Jalsah Salanah, akupun Bai’at lagi secara
langsung.
Dan aku mendapati Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. tidak saja berpenampilan sama persis sebagaimana yang aku lihat
dalam mimpi, namun juga suasananya.’
(45) Hadhrat KhairudDin sahib r.a.
meriwayatkan: ‘Aku Bai’at dan juga
menyaksikan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada tahun 1906.
Suatu kali dalam keadaan kantuk aku
mendengar suara ghaib dari Langit yang mengatakan: ‘Nama Nurud-Din di antara para malaikat adalah
‘Abdul Basit’.
Ketika hal ini aku sampaikan kepada Hadhrat
Maulana Hakim Nuud-Din (Khalifatul Masih Awwal) r.a. beliau tertawa lalu
berkata: ‘Ya, aku tahu bahwa akupun memiliki nama itu.’
Kemudian aku mendapat kasyaf yang
berkaitan dengan Hadhrat Khalifatul Masih Tsani (II) r.a. ketika beliau baru
terpilih menjadi Khalifatul Masih [Kedua].
Yakni, pada waktu itu beliau sedang menyampaikan
Pidato [Amanat] Pertama di Masjid Mubarak yang disesaki oleh para jamaah.
Aku duduk di [saf pertama] di
hadapan beliau r.a. dan dalam keadaan sadar sepenuhnya. Aku menyaksikan suatu
pancaran nur cahaya lain selain dari pantulan sinar matahari yang sangat
menyenangkan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Lalu, secara perlahan-lahan seluruh
jamaah yang hadir di sekelilingku ghaib, hingga tinggal wujud Hadhrat
Khalifatul Masih Tsani r.a. yang tetap berada di hadapanku, dan ditaburi nur
cahaya yang bergemerlapan laksana sebuah Bintang.
Aku sadar sepenuhnya, bahwa aku ini
sedang berada di tengah-tengah orang banyak, namun dapat menyaksikan nur cahaya
ruhaniah itu.
Kemudian bentuk jasmani seluruh
jamaah yang hadir itupun mewujud kembali.
Selama 11 (sebelas) hari berikutnya
aku masih dapat menyaksikan pemandangan gemerlap nur cahaya tersebut di seputar
raga Hadhrat Khalifatul Masih Tsani r.a. di manapun dan apapun yang beliau
sedang kerjakan
Belum pernah di sepanjang hidupku
mengalami kasyaf yang khas semacam itu. Bahkan mendengarnya pun tidak.
Maka hal ini semua hanyalah semata-mata
keberkatan dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang membuat diriku yang awan ini
mendapat karunia Ilahi untuk dapat menyaksikan kasyaf seperti itu.
Namun, pemandangan kasyaf tersebut
adalah seuai dengan penuturan ayat Al Quran Karim ini: ‘…..nuuruhum yas’aa baina aydihim
wa bi-aimaanihim…..’
yakni, ‘…cahaya mereka akan
berlari-lari di hadapan mereka, dan di sebelah kanan mereka..…’ (Q.S. 66 / Al Tahrim
: 9).
Aku merasa seolah-olah Allah Swt memberitahu,
bahwa Hadhrat Khalifah kita ini adalah salah satu di antara orang-orang pilihan
Tuhan yang senantiasa disinari nur hidayah-Nya.
(46) Hadhrat Qazi Muhammad Yusuf
sahib r.a., Bai’at via surat pada bulan Januari 1902, kemudian pada bulan Desember-nya
Bai’at secara langsung.
Beliau meriwayatkan, bahwa: ‘Diperlihatkan
kepadaku [dalam suatu mimpi] Allah Taala telah mengirim dua orang malaikat
untuk menjagaku.
Satu bernama Muhammad Sadiq yang [berpenampilan]
serupa dengan ayahku; dan satunya lagi bernama Ghulam Samdani.
Kedua malaikat ini mewujud dikala
aku sedang menghadapi berbagai kesulitan.
Ayahku menasehati agar aku memvaca sekurang-kurangnya
‘Alhamdulillahi Rabbil A’lamiin’ dua
kali sehari.
Dan aku melaksanakannya pada setiap
kali Salat.’
(47) Hadhrat Muhammad Fazil sahib
r.a. meriwayatkan: ‘Aku Bai’at di antara
akhir tahun 1899 atau awal 1900. Sebagaimana
adat kebiasaan masyarakat di sekitarku ketika mengerjakan Salat, aku melipat
kedua-tanganku di bawah pusar, meskipun aku merasa ragu dan tak puas.
Akupun merasa tak pasti apakah Surah
Al Fatihah harus dibaca ulang [oleh makmum] mengikuti Imam ketika [memimpin] Salat;
ataukah tidak ?
Suatu kali, ketika aku dibebani oleh
pikiran ini, akupun tertidur, dan mendapat mimpi: ‘Aku masuk ke masjid Aqsa di Qadian
yang saat itu sedang memulai salat berjamaah dan diimami oleh Hadhrat Masih
Mau’ud a.s.. Aku menyaksikan semua jamaah melipat tangannya di dada.
Maka akupun segera ikut salat
berjamaah dengan melipat tanganku di dada, lalu membaca Surah Al Fatihah.
Ketika sedang membaca Surah Al Fatihah
itulah aku terjaga.
Dengan demikian, beban pikiranku pun
terpecahkan.
(48)_ Hadhrat Khairud Din sahib r.a.
meriwayatkan, bahwa: ‘Aku melihat dalam suatu mimpi, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengundang
banyak orang makan, dan Hadhrat Ummul Muminin [Amma Jan] r.ha. sedang sibuk
menyiapkan segala sesuatunya.
Ketika aku datang’, Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. berkata: ‘Berilah tuan ini nasi.’
Maka akupun diberi nasi [sebagai
penganan utamanya]..
Kemudian aku tak sepenuhnya yakin,
apakah aku teringat kepada mimpi yang lain, ataukah dari mimpi yang sama itu, aku
melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkata: ‘Berilah tuan ini kurta (baju tunic)
untuk dipakai.’ Maka seketika itu juga
– entah darimana dan bagaimana - aku menyaksikan diriku sudah memakai baju kurta
putih yang indah.
Aku merasakan, bahwa hal itu
disebabkan terkait dengan peristiwa di dalam mimpiku itu.
Pada suatu mimpi lainnya aku melihat
seseorang yang dikenali sebagai salah seorang Sahabah Hadhrat Rasulullah Saw
memakai pakaian [jubah] panjang bertepian merah yang membungkus dirinya.
Aku bertanya: ‘Darimana tuan
mendapatkan baju ini ?’
Ia menjawab: ‘Pemberian dari Hadhrat
Rasulullah Saw.’
Aku berkata: ‘Hadhrat Rasulullah Saw
telah wafat 1400 tahun yang lalu ?!’
Ia berkata: ‘Begitulah, ini dari beliau
Saw.’
Atau boleh jadi ia mengambilnya
begitu saja.
Maka akupun bertanya lagi: ‘Siapakah
yang menjaga rumah Hadhrat Rasulullah Saw ?’
Ia menjawab: ‘Anak-anak [ahli sufa]
di masjid,’
Aku bertanya lagi: ‘Bagaimana dengan
para istri beliau Saw ?’
Ia menjawab: ‘Salah seorang di
antaranya telah mencapai Delhi (India).’
Pada waktu mendapat mimpi tersebut
aku belum mengetahui, bahwa Hadhrat Ummul Muminin [Amma Jan] r.ha. adalah
berasal dari Delhi.
Sehingga akupun merasakan, bahwa Allah
Swt telah memberikan jaminan jasmani maupun rohani, bahwa hal itu sesuai dengan
pernyataan ayat Al Qur’an Karim ini:
yakni, ‘Dan [begitu pula] Dia akan
membangkitkannya pada kaum lain yang belum bertemu dengan mereka…….’. (Q.S. 62 / Al Jumah
: 4).
Akupun suatu kali mendapat mimpi
melihat masjid Aqsa di Qadian berdampingan dengan Ka’bah, dan tampak mirip satu
sama lain.
Maka akupun menafsirkan mimpiku itu
sebagai penzahiran ayat (Q.S. 62 / Al Jumah : 4) itu.
(49) Hadhrat Hakim Atta Muhammad
sahib r.a. meriwayatkan: Aku Bai’at pada tahun 1901 dan menyaksikan Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. pada tahun yang sama.
Tak seerapa lama setelah Bai’at, aku
mendengar suara orang yang berkata dengan merdu: ‘‘Muhammad [Saw] sahib telah
datang kembali di Qadian.’
Maka akupun terkejut demi
mendengarnya, lalu berdoa kepada Allah Swt: ‘Benarkah aqidah di dalam Jamaat
ini, bahwa Hadhrat Rasulullah Saw telah datang’ kembali ? Dan bagaimana mungkin
‘Mirza sahib’ adalah Hadhrat Muhammad Saw ?’.
Maka akupun mendapat mimpi melihat Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. sedang berdiri, kemudian datanglah seorang malaikat turun
dari langit lalu bertanya kepadaku: Siapakah beliau ini ?’
Aku menjawab: ‘Ini adalah ‘Mirza
sahib.’
Lalu aku melihat nur cahaya Hadhrat
Rasulullah Saw turun dari langit dan masuk ke dalam kepala Hadhrat Masih Mau’ud
a.s., lalu turun ke sekujur tubuh beliau, kemudian wajah beliau a.s. pun memancarkan
nur cahaya [Hadhrat Rasulullah Saw] tersebut.
Maka malaikat itupun bertanya lagi:
‘Siapakah beliau ini ?’
Aku menjawab: ‘Sebelumnya adalah ‘Mirza
sahib’, tetapi sekarang telah menjadi Muhammad [Saw] !’
(50) Hadhrat Sheikh Afzal sahib r.a,
meriwayatkan, bahwa. ‘Aku Bai’at pada
tahun 1905.
Namun, ketika usiaku 12 tahun, ada
beberapa orang kerabat keluargaku yang sudah Bai’at [menjadi orang Ahmadi].
Tetapi aku belum pernah melihat Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. baik secara langsung maupun melalui fotonya.
Suatu kali aku melihat dalam mimpi, bahwa:
‘Sudah ‘tak ada lagi kehidupan dalam jasmaniku, terkecuali otak yang masih bisa
berpikir dan mata yang masih bisa melihat.
Kemudian ada seorang Waliullah yang
sedang duduk di depanku sambil memandangi diriku. Tetapi di belakang Waliullah
itu aku melihat ada lagi sepasang kaki yang aqdas berberkat.
Kemudian tertanam [firasat] di dalam
qalbuku, bahwa Waliullah yang sedang duduk di hadapanku ini adalah Hadhrat
Masih Mau’ud a.s., sedangkan sepasang kaki aqdas berberkat di belakangnya
adalah Hadhrat Rasulullah Saw.
Ketika keesokan paginya aku
ceritakan tentang mimpiku itu kepada seseorang, ia berkata: ‘Tuan akan
memperoleh derajat keitaatan kepada Hadhrat Rasulullah Saw berkat itaat kepada Hadhrat
Masih Mau’ud a.s..
Maka ketika aku Bai’at pada tahun 1905
itu, aku mendapati Hadhrat Masih Mau’ud a.s. persis sebagaimana yang aku
saksikan di dalam mimpiku itu.
Kemudian, ketika aku berumur 15
tahun, aku mendapat mimpi: ‘Aku melihat sorga al-Jannah, dan juga
neraka-Jahannam.
Ketika aku keluar dari Taman Sorga tersebut,
aku bertemu dengan seorang Waliullah, yang aku bertanya kepadanya: ‘Berapakah
nilai [harga] Taman Firdaus ini ? Beliau
menjawab: ‘Tak terhingga ! Yakni, seandainya pun seluruh kota asalmu Patiala (kota
kedua terbesar setelah ibukota Ludhiana di Provinsi Punjab, India) dijual
dengan 100 kali lipat dari harganya yang sekarang, tetap saja tak mencukupi
untuk membeli Taman Firdaus al-Jannah ini, meskipun hanya untuk membeli satu
buah batu bata-nya saja !’
Demi Allah ! Ketika aku Bai’at dan
menyaksikan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., itulah Waliullah yang wujudnya aku jumpai
di muka pintu gerbang Taman Sorga al-Jannah di dalam mimpiku itu.’
(51) Hadhrat Muhammad Fazil sahib
r.a. meriwayatkan, bahwa: ‘Dalam suatu mimpi, aku melihat diriku sedang duduk
di atas Sajadah. Kemudian datanglah Hadhrat
Masih Mau’ud a.s. dan duduk di suatu ketinggian Sajadah di hadapanku, lalu
mulai menggosok kuat telapak tangan kananku dengan jempol beliau. Kemudian
bertanya: ‘Apakah ada sesuatu kekuatan yang engkau rasakan mengalir ke dalam qalbumu ?
Dan aku memang merasakannya, lalu
menjawabnya dengan anggukan.
Pada suatu mimpi yang lain, aku melihat
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang duduk di dalam masjid Mubarak, Qadian yang
dipenuhi dengan nur cahaya. Aku
masuk ke dalamnya lalu duduk di hadapan beliau
a.s. yang memberiku sepiring porselen halwa merah bercahaya langsung dengan
tangan beliau yang berberkat, sambil berkata: ‘Silakan makanlah ini.’
Maka
akupun menyantapnya.
(52) Hadhrat Hafiz Jamal Ahmad sahib
r.a. meriwayatkan: Aku melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada tahun 1908.
Istriku mengatakan kepadaku, bahwa
ia merasa bimbang di dalam hatinya, karena begitu banyak Pir [Ulama] di
lingkungan kita tetapi mengapa hanya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. saja yang
dianggap benar. Sedangkan yang lainnya adalah batil ?
Maka pada suatu malam aku melihat di
dalam mimpi: Hadhrat Rasulullah memegang tangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. lalu
bersabda: ‘Barangsiapa yang tidak menerima beliau ini, adalah Kafir.’
(53) Hadhrat Mian Zahurud Din sahib r.a.
meriwayatkan, bahwa: ‘Aku Bai’at pada tahun 1905.
Namun, sebelum pendakwaan beliau
a.s. [sebagai Imam Mahdi], ayah-mertuaku Qazi sahib telah bai’at kepada Hadhrat
Munshi Ahmad Jan sahib; yang setelah meninggal, iapun jadi sering mendatangi
dan berdoa di makam Hadhrat Mujaddid Alf Tsani [Shaykh Ahmad al-Farūqī al-Sirhindī, 1564–1624].
Hingga suatu hari ia melihat kasyaf,
bahwa Mujaddid Alf Sani ini datang’ dan bertanya: ‘Apa yang engkau inginkan ?
Ia menjawab: ‘Guru rohaniku telah
meninggal dunia.’
Maka wajah Mujaddid Alf Sani itupun
menghilang.
Maka ayah-mertuaku Qazi sahib pun
mendatangi lagi makam beliau, dan melakukan hal yang sama, dan mengalami hal
yang sama itu pula.
Maka ayah-mertuaku itupun bertanya: ‘Apakah aku ini harus menemui
Mirza Ghulam Ahmad Qadiani ? Mujaddid
Alf Sani menjawab: ‘Engkau belum akan mendapat kepuasan ‘
Tak lama kemudian Qazi sahib pergi
ke Qadian, namun memang belum mendapat kepuasan sepenuhnya.
Namun ia tetap mengunjunginya hingga
beberapa kali, bahkan adakalanya menginap selama seminggu pada tiap kunjungan
itu.
[Diriwayatkan]: ‘Ketika menyaksikan
tahun-tahun awal [pendakwaan] Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Munshi Ghulam Ahmad
Jan sahib pun menghentikan penerimaan Bai’atnya.
Yakni, setiap kali ada orang yang datang’
ke rumahnya mau baiat, beliaupun segera memerintahkan mereka agar pergi ke Qadian
untuk menemui [Hadhrat] Mirza Ghulam Ahmad Qadiani sahib.
Munshi Ghulam Ahmad Jan sahib yang meninggal
dunia pada tahun 1885 ini sering mengatakan, bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah
seorang insan yang penuh keberanian; yang telah membuka khazanah ilmu kerohanian
dengan selebar-lebarnya. Barangsiapa yang ‘meminumnya’, tentulah dahaga
rohaninya akan terpuaskan.
Suatu kali beliau mengabari segenap
muridnya, bahwa: ‘Mirza sahib’ akan datang’ ke Ludhiana. Dan aku akan
menjumpainya di Stasiun K.A..
Aku akan menunjuk kepada sosok
beliau agar kalian semua dapat mengenali bahwa itulah ‘Mirza sahib.’
Para murid beliau bertanya:
‘bagaimana mungkin tuan dapat memberitahu kami, sedangkan tuan sendiri belum
pernah melihat ‘Mirza sahib’ ?’
Munshi Ghulam Ahmad Jan sahib menjawab:
‘Berbagai Hadith telah memerinci [ciri-ciri khas beliau a.s.]. Maka manakala Hadhrat
Imam Mahdi itu tiba di Stasiun K.A. Ludhiana, aku akan menunjukkannya kepada
kalian semua !
Maka Qazi sahib ayah-mertuaku pun
baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagai sikap patuh kepada gurunya.
Sehingga, sekali ia masuk ke dalam kehidupan jamaah ini, maka hilang pulalah
cara hidupnya yang lama.’
Selanjutnya saya sampaikan,
sebagaimana telah berulangkali saya serukan agar [seluruh Jamaat] banyak
mendoakan Pakistan dan kaum Ahmadinya,
maka doakanlah [negeri] Pakistan, yang pada hari ini saya ingin sekali lagi menarik
perhatian anda sekalian kepada perkara ini.
Yakni, situasi di sana masih membuat
kaum Ahmadi tercekam.
Namun, ketika para pejabat terkait
dihubungi, mereka hanya menjawab: Berdasarkan laporan yang ada, semuanya tampak
normal.
Maka jelas bagi kita, bahwa hanya Allah
Swt sajalah yang dapat dijadikan titik pusat perhatian kita. Sedangkan orang-orang tersebut tak
menyadari Kekuasaan Ilahi Rabbi.
Maka tugas kita adalah kembali
bersimpuh kepada-Nya dengan lebih khusyu lagi. Jangan pernah menjadi berkurang..
Beberapa hari yang lalu, ada sekira
14 hingga 15 orang laki-laki yang memaksa masuk kompleks pemakaman [Jamaat]
kita di Model Town, Lahore (Pakistan), lalu mengikat dan menodongkan senjata
mereka kepada penjaganya. Kemudian merekapun merusak 120 batu nisan di dalam pekuburan
itu.
Maka kini menunjukkan, bahwa
orang-orang Ahmadi yang sudah meninggal pun tidak selamat dari perbuatan
syaithani para pembuat makar tersebut.
Tampak nyata bahwa peristiwa itu mendapat
sokongan pihak kepolisian. Sebab, untuk mendapatkan Laporan Kejadian Perkara (FIR,
First Information Report)-nya saja sangat sulit.
Kemudian berita pensyahidan pun
diterima dari Quetta pada hari ini. Yakni terjadi atas diri seorang pemuda
[Khaddim] Ahmadi, yang bernama Maqsud Ahmad.
Saya mendapatkan informasi ini tadi,
beberapa saat sebelum Salat Jumat. Rincian
peristiwa pensyahidan tersebut akan diberikan jika sudah diterima. Sekaligus dengan salat jenazah gaibnya yang Insha
Allah akan saya imami pada Jumat mendatang.
Adapun abang almarhum ini juga telah
disyahidkan bulan lalu di Quetta.
Semoga Allah Swt segera memberikan
pembalasan-Nya sesuai dengan perbuatan buruk pihak musuh tersebut.
Kewajiban kita adalah kembali kepada
Allah Taala dengan lebih tawadhu lagi. Semoga
Allah Taala memberi taufik kepada kita semua untuk itu. Amin !
oo0O0oo
MMA/LA/12142012
[Berita Pers] :
Pertemuan Antara Pemimpin Muslim Jamaat Ahmadiyah Sedunia Dengan Parlemen Uni Europa [Di Brussels, Belgium; perhatikan gambar foto di atas yang berlatar-belakang Bendera Jamaat Ahmadiyah berdampingan dengan Bendera Uni Eropa]
LAPORAN
Pada
tanggal 3 dan 4 Desember 2012 yang lalu [beberapa
hari sebelum Khutbah Jumah 7 Desember ini], Pemimpin Sedunia Jamaat Muslim
Ahmadiyah atau Khalifatul Masih Al Khamis, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad telah
mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pemimpin politik dan tokoh pemerintahan
di Benua Europa di [Gedung] Parlemen Uni Eropa [di Brussels, Belgium].
Pada
tiap-tiap pertemuan tersebut, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan syiar
ajaran Islam yang damai. saling menghormati, dan sikap toleransi.
Below
are brief summaries of some of the meetings that took place.
Meeting with Dr
Charles Tannock –
(MEP London & Chair of
European Parliament Friends of Ahmadiyya Muslims Group)
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad spoke about the persecution faced by Ahmadi Muslims in
Pakistan. His Holiness said that each month Ahmadi Muslims were being brutally
martyred in Pakistan.
Charles
Tannock MEP said he would continue to support the Ahmadiyya Muslim Jamaat in
all respects.
He
said that earlier in the day he had met the Pakistani Foreign Minister and
questioned her directly about the persecution faced by the Ahmadiyya Muslim
Jamaat.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad said that a key principle of humanity was that human beings
should always being willing to help all those who are deprived.
Meeting Tunne Kelam –
(MEP Estonia & Vice-Chair of
European Parliament Friends of Ahmadiyya Muslims Group)
Tunne
Kelam said that the visit of Hadhrat Mirza Masroor Ahmad to Parlemen Uni Eropa
‘was very important
because it will enrich our understanding’.
Tunne
Kelam briefed Hadhrat Mirza Masroor Ahmad about the political situation in his
native Estonia.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad said he was pleased to learn that Estonia had emerged from
difficulties of the past and now had a stable Government.
Meeting with Claude
Moraes –
(MEP and Vice-Chair of Parlemen Uni Eropa Friends of
Ahmadiyya Muslims Group)
Claude
Moraes MEP spoke of his honour at meeting Hadhrat Mirza Masroor Ahmad.
He
said that the Head of the Ahmadiyya Muslim Jamaat was a ‘great leader who stood out from other religious leaders.’
Claude
Moraes said that Hadhrat Mirza Masroor Ahmad was particularly welcome at Parlemen
Uni Eropa because he brought with him a message of peace and tolerance.
Meeting with Marina
Yannakoudakis – (MEP London)
Marina
Yannakoudakis said she had always admired the Jamaat’s motto of ‘Love for All,
Hatred for None’. Hadhrat Mirza Masroor
Ahmad said in reply, ‘This
is a message for the entire world’.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad said that as a Member of European Parliament Marina
Yannakoudakis should try to spread the message of peace far and wide.
Meeting with European
Parliament’s South Asia Delegation -
Jean Lambert (MEP London) and Phil Bennion (MEP West Midlands)
The MEPs briefed Hadhrat Mirza
Masroor Ahmad about their recent official visit to Pakistan, whilst also
pledging to help Ahmadi Muslims who are persecuted.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad said an effort should be made to stop innocent children
being radicalised in Pakistan.
He
said that many of the so-called Madrassas were not fulfilling their roles to
provide religious education; rather they were indoctrinating children with
extremist ideologies.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad said: “Without a proper education people can be easily influenced
and indoctrinated.”
Meeting with
Norwegian Delegation:
Billy Taranger (CF Party), Ann Katherine
Skgorshammer (MP – CF Party)
Taranger
spoke of his admiration for Ahmadi Muslims.
In
response Hadhrat Mirza Masroor Ahmad said that all good and sensible people
would support the Jamaat’s message of love, peace and harmony.
The
politicians said they had seen visited the new Ahmadiyya Mosque in Oslo and
that it was a source of pride to the Norwegian people.
Meeting with Ingrid
Norstein -
(Labour Party Norway)
Ingrid
Norstein spoke of her ‘delight’
at meeting Hadhrat Mirza Masroor Ahmad.
She
said she had very good relations with the Ahmadiyya Muslim Jamaat in Norway and
had read a lot about the Jamaat recently.
Ingrid
Norstein asked Hadhrat Mirza Masroor Ahmad how the Government of Norway could
help the Ahmadiyya Muslim Jamaat. His
Holiness responded by saying that Ahmadi Muslims believed that all citizens
should have equal rights.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad said Ahmadi Muslims were denied the right to vote in
Pakistan due to unjust legislation and thus the Norwegian Government should
work towards making sure all groups have the right to vote.
Meeting with Spanish
delegation –
Jose Maria Alonso
Ruiz, (MP), Pedro Carlavilla (Mayor of Meco) and Augustina Rubio
(Barrister and Professor)
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad was briefed upon the current economic situation in Spain.
His
Holiness counselled that any money received as part of a bailout settlement
from the European Union should be spent wisely and for the betterment of the
Spanish people.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad said that he hoped that Spain’s economic situation would
improve and that the country would progress.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad also spoke about his fondness for Spain.
He
said that he enjoyed both Spain’s climate and its people.
Meeting with Garry
O’Halloran –
(Barrister from Ireland)
Garry
O’Halloran, a Barrister from Ireland, was introduced to Hadhrat Mirza Masroor
Ahmad and spoke about he had given up a political career to pursue a legal one.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad prayed for his future success.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar